Bab 70

21.6K 1.2K 18
                                    

Setelah beberapa jam Fatir dan Lidya akhirnya sampai di tempat pengajian. Mereka memarkirkan mobilnya sedikit lebih jauh dari lokasi, pasalnya parkiran full dan mereka tidak ingin desak-desakan ketika pulang nanti.

"Ternyata jauh juga ya lokasi pengajiannya mas?" tanya Lidya.

"Iya, Sayang."

"Kenapa mas g bilang? Tau gini Asya g usah ikut, kan jadinya mas telat gara-gara nungguin Asya siap-siap."

"Gpp, Sayang. Malah mas seneng istri mas tercinta mau nemenin mas ke pengajian." Fatir tersenyum lembut kepada istrinya. Lidya jadi salting sendiri di buatnya.

Fatir membukakan pintu untuk istrinya. "Your hands, My love?" pinta Fatir. Ia membungkuk meminta tangan istrinya untuk ia genggam.

"I'm yous, Your Highness." Lidya memberikan tangannya dengan sangat anggun. Setelah itu, suaminya tiba-tiba berjongkok.

Cup

Fatir mencium tangan sang istri sambil menatap ke matanya dengan tatapan cinta.

Plak!

"Aww! Sakit, Sayang."

"Mas, ih!! Malu di liatin orang! Ngapain coba kayak gitu?" Lidya memukul lengan atas suaminya. Bisa-bisanya suaminya melakukan hal menggelikan seperti itu di tempat umum seperti sekarang.

"Itu namanya romantis, Sayang. Bukan malu-maluin." jawab Fatir.

"Tapi kan g boleh mengumbar keromantisan di depan umum, Mas. Rasullullah tidak mengajarkan kita seperti itu, Mas. Semua keromantisan rumah tangga itu ada di dalam rumah, di balik pintu, ga boleh di bawa keluar. Kalau di dalam rumah, mas boleh melakukan apapun, selain itu g boleh." Sanggah Lidya memberi pengertian pada suaminya.

"Astaghfirullah. Mas, Lupa, Sayang. Maafkan hamba ya Allah. Makasih yah, udah ngingetin, mas." sesal Fatir. Ternyata istrinya bisa lebih bijak dari apa yang ia bayangkan.

"Sama-sama, Mas. Itu kan emang tugas aku sebagai istri untuk mengingatkan kalau mas berbuat salah. Begitupun sebaliknya, kalau suatu saat aku buat kesalahan, jangan sungkan langsung di tegur." kata Lidya. Ia memperlihatkan senyum termanis pada sang suami.

Fatir jadi tersenyum lebar karena istrinya. Ia bisa membayangkan bagaimana manisnya senyum sang istri meskipun yang ia lihat hanya mata sang istri yang menyipit seperti bulan sabit.

"Masya Allah. Istrinya mas emang yg terbaik. Yaudah, ayok Sayang kita jalan." Fatir ingin menarik tangan istrinya. Tapi Lidya malah mundur ke belakang. Membuat ia terheran-heran.

"Mas jalan duluan, entar aku ngikut dari belakang. Okey?" pinta Lidya.

"Loh kok gitu sih, Yang?" Fatir menampilkan wajah cemberutnya pada sang istri. Ia mencoba untuk meraih tangan istrinya lagi, tapi langsung di tepis oleh empunya.

"Sayaaaanggg ...." lenguh pria itu lagi. Ia seperti ingin menangis saja saat ini.

Lidya melihat ke sekeliling, rame yang melihat ke arah mereka. Banyak anak-anak muda yang lagi nongkrong di pinggir jalan saat malam seperti ini."Ya Allah, punya suami kok gini amat," batinnya malu.

"Mas, ini tuh buat ngejaga hati para kaum jomblo. Apalagi orang-orang yang punya penyakit hati. Jangan sampai karena melihat kita pegangan tangan, mereka malah berpikir itu adalah hal yang bisa saja di lakukan. Padahal itu adalah zina jika mereka bukan pasangan yang halal."

"Tapi kan kita udah halal, Sayang." sanggah Fatir. Ia memajukan bibir bawahnya lucu ke arah Lidya.

"Ya kali mereka tahu mas. Mereka aja g kenal sama kita. Kita nikah aja, katanya cuman beberapa orang yang di undang sama orang tua kita." balas Lidya.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now