Ban 107

14K 1K 87
                                    

"Tolong, hiks hiks hiks .... Saya mohon jangan lakukan itu lagi ...." Masih di tempat yang sama, Lidya terus memohon kepada orang yang ada di balik suara misterius itu agar tidak melanjutkan cambukan yang diterima suaminya sedari tadi. Ia sudah seperti ulat yang meronta-ronta karena kepanasan.

"Kenapa? Bukankah penderitaannya yang selama ini kau inginkan? Kenapa sekarang malah menyuruh saya berhenti?" tanya suara misterius tersebut. Lidya langsung terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Me-menurut saya sudah cukup dengan perceraian kami. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya tersiksa seumur hidup." Ucap Lidya tanpa melihat ke arah Fatir.

Fatir terus menguatkan dirinya agar bisa bertahan. Sakit fisiknya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perkataan Lidya barusan. Air matanya menetes bukan karena luka memar di punggungnya, melainkan luka dihatinya.

"Oh ya? Kalau begitu lebih baik kalau dia lebih menderita lagi bukan? Bukan hanya tersiksa secara mental, tapi fisik pun iya." Ucap suara itu lagi.

"Jangan!!!" Teriak Lidya tidak terima.

"Kenapa? Bukankah dengan menyiksanya selama ini dan perceraian kalian belum cukup untuk menghilangkan jejak suatu kesalahan? Buktinya, sampai sekarang kau masih belum bisa memaafkan dia bukan? Itu artinya semua ini masih belum cukup sebagai pembalasan atas perbuatannya!!!"

Lidya terdiam mendengar hal itu. Memang benar, di hatinya masih tersedia ruang dendam kepada suaminya. Ia sepenuhnya masih belum bisa memaafkan Fatir.

Tak

Tiba-tiba semua lampu menyala. Dan nampaklah semua orang yang ada di ruangan tersebut satu-persatu.

"Asya."

"A-Ayah?" Ucap Lidya, Fatir dan juga Atha saat mendengar suara yang sangat familiar di telinga mereka.

"J-jadi ayah dalang di balik semua ini?" Tanya Lidya menduga-duga. Begitupun dengan Fatir dan Atha, mereka semua syok dan tidak menyangka hak tersebut.

"Bukan, Ayah hanya membantu orang ini."

Tak tak tak

Semua mata teralihkan oleh suara langkah kaki dari belakang Avian.

"Halo semuanya. Saya Adiatma, ayahnya Flora dan juga Ilona."

Lidya mengerutkan alisnya bingung, "I-ilona?" tanyanya memastikan.

"Ya, mungkin kau sudah pernah bertemu dengan putriku itu. Dia adiknya Flora." Ucap Adiatma menjelaskan kebingungan Lidya. Pantas saja ia merasa familiar dengan wajah Ilona waktu itu.

"Kau—" Mata Fatir memerah.

"Kurang ajar!!!! Akhh!!! Lepaskan!! Saya ingin menghabisi pria itu sekarang juga!!!" Teriak Fatir begitu marah. Ia memberontak kuat dan tidak memperdulikan lagi apapun yang ada di sekitarnya.

"Berhenti di situ atau kami tembak!!!" Ancam salah satu anak buah Adatma keada Fatir. Sudah ramai yang mengepung pria itu, tapi ia sama sekali tidak takut dengan banyaknya pistol dan pisau yang di arahkan kepadanya.

"Tolong tenang dulu. Saya ke sini damai, tidak ingin memancing pertikaian lagi." Jelas pria itu membela diri.

"Tidak ingin memancing keributan katamu? Matamau!!!!" Caci Fatir kesal sejadi-jadinya.

"Lalu semua ini apa hah!!! Saya pikir urusan kita sudah selesai, utang saya atas semua jasa-jasa kamu dalam menemukan istri saya sudah lunas. Tapi apa? Kamu malah memanfaatkan saya untuk mencapai ambisimu untuk membahagiakan putrimu. Dan tega-teganya kau malah melibatkan istri saya juga untuk itu. Kau telah mengancam saya, membahayakan istri saya dua kali. Parahnya lagi, kau juga membuat saya telah berbuat dzalim kepadanya. Itu semua apa jika tidak ingin memancing keributan hah!!!" Berang Fatir tak terima.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now