Bab 116

13.4K 743 21
                                    

"Sayang udah yah jalan-jalannya. Kamu kayaknya udah kelelahan." Ucap Fatir. Ia melap keringat yang ada di pelipis istrinya. Sedari tadi ia menawarkan untuk menggendong sang istri, tapi Lidya selalu menolak dengan alasan itu semua demi kelancaran persalinannya.

"Nanti aja, Mas. Kita ke sana dulu yuk. Asya mau beli gelang sama jam tangan untuk anak-anak kita." Lidya mengelus perutnya.

"Maksud kamu untuk bayi-bayi kita? Gak bakalan ada yang muat Sayang, di tangan mereka." Kata Fatir yang lagi-lagi harus memberikan pengertian pada wanitanya.

"Tapi kan suatu saat bisa mereka pakai kalau sudah besar. Ayok mas, kita ke sana." Pinta istrinya.

"Yakin mau ke situ? Gak mau langsung pulang aja?" Tanya Fatir lagi.

"Iya, Mas. Ayok!!!" Lidya langsung menarik tangan suaminya sehingga pria itu mau tidak mau harus menuruti kemauannya.

Fatir hanya bisa pasrah. Tak ada gunanya ia mengelak. Istrinya tetap saja keras kepala.

Sesampainya di sana, para pegawai toko ketar ketir melihat bos mereka datang dengan seorang wanita yang seperti mereka kenal.

"Bu-bukankah itu wanita yang pernah kami hina?" Batin dua orang di antara mereka.

"Selamat datang, Mr. Arash." Sapa mereka semua.

"Hmm." Dehem Fatir dengan suara dingin dan wajah datarnya.

"Saya ingin gelang dan jam tangan yang ukuran paling kecil, khusus untuk bayi." Kata Fatirr to the point. Ia risih dipandangi para wanita di sini dengan tatapan memuja. Ingin sekali rasanya ia pergi dari tempat itu secepatnya.

Sekarang Fatir cukup menyesal mengapa mengusir semua laki-laki, pengunjung maupun pedagang, selain satpam dari mall ini. Seandainya tidak, mungkin ia bisa menyuruh karyawan laki-laki saja untuk melayaninya.

"Sayang ih, aku maunya gelang dan jam tangan ajaib. Yang bisa membesar dan mengecil sesuai ukuran tangan pemiliknya." Pinta Lidya membuat semua orang melotot.

"J-jadi wanita ini adalah istrinya Mr. Arash?" Batin semua karyawan toko itu tak percaya.

"Sayang, mana ada jam tangan dan gelang seperti itu di sini." Kata Fatir memberi pengertian.

"Ck!!" Lidya mendengus kasar. "Masa toko sebesar ini gak punya yang kayak gitu?" Ucapnya kesal.

"Lain kali toko ini harus lengkap yah! Gimana mau narik minat pembeli kalau saya tanya selalu gak ada!!" Protesnya.

"B-baik, Mrs." Ucap salah satu wanita dengan suara yang tercekat. Ia takut membantah perintah istri bosnya.

"Eh kamu kan yang waktu itu melayani saya saat pertama kali datang ke sini?" Lidya menunjuk karyawan di samping wanita itu.

Glup

Wanita yang ditunjuknya langsung menelan ludah. Tamat sudah riwayat pekerjaannya. Pasti istri bosnya ingin mengadu perihal kejadian waktu itu, pikirnya.

"Bukannya kalian bertiga? Mana teman kamu yang satunya? Saya kok tidak lihat dia dimana-mana." Lidya menengok kesana kemari.

Fatir sesaat bingung dengan perkataan istrinya. Jadi sang istri sudah mengenal beberapa karyawan di sini? Pantas saja ia ngotot ingin membeli aksesoris di toko ini.

"L-lagi ke belakang, Bu. M-maaf, maksud saya, Mrs." Jawab pelayan itu gugup. Kerongkongannya terasa gersang.

"Ooh," Lidya hanya ber'oh ria saja kerena tak mau ambil pusing.

"Jam tangan yang kamu tawarkan waktu itu masih ada?" Tanyanya.

"M-masih, Mrs."

"Tolong ambilin dong. Saya mau yang itu." Suruh Lidya. Dengan segera karyawan tersebut mengeluarkan jam tangan yang ia maksud.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang