Bab 66

20.3K 1.4K 55
                                    

Keesokan harinya ....

"Eumm ...." Lidya terbangun dari tidur panjangnya. Tidak sholat subuh karena ia sedang menstruasi. Maka dari itulah ia bebas bangun jam berapa saja. Apalagi hari ini dan esok adalah hari liburnya.

Lidya mengerjapkan mata berkali-kali. Menyesuaikan cahaya matahari yang akan menyilaukannya. Ia masih betah memeluk gulingnya.

"Aneh, kok g silau sih?" pikirnya.

Lidya pun membuka mata perlahan lahan. Bertatapan langsung dengan gulingnya.

"Kok guling gue tambah gede ya? Tambah panjang pula," tanyanya pada diri sendiri.

Lidya mendekat dan mengendus harum gulingnya tersebut. "Kok baunya beda? Kayak .... Kayak apa ya?" Lidya berpikir keras bau apa itu.

"Kek bau .... parfum laki-laki tapi yang mint." ucapnya. Ia masih tak sadar apa yang ada di pelukannya. Guling itu adalah Fatir, suaminya.

"Ukhuk!!" Fatir tak sengaja mengeluarkan suara batuk. Padahal ia sudah menahannya sedari tadi agar tidak keluar.

"Hah! Suara apa itu?" Lidya menyembunyikan wajahnya dalam pelukan guling besarnya, saat mendengar suara orang batuk. Ia ketakutan. Tau sendiri kan, kalau Lidya itu parnoan anaknya.

Lidya memejamkan matanya kuat-kuat, ia tak berani mengintip. Nafasnya naik turun. Takut-takut kalau suara itu muncul lagi.

Fatir jadi gemas sendiri melihat tingkah lucu istrinya itu. Ia baru tahu kalau Lidya ternyata punya sifat yang selucu ini.

Fatir berusaha untuk menahan nafas. Ia takut kalau ia bernafas, Lidya akan cepat sadar kalau yang dipeluknya itu bukanlah guling, tapi dirinya.

Tapi sekuat-kuatnya ia berusaha, tetap saja ada batasannya.

"Hahhh ...." Fatir kehabisan nafas, ia langsung menarik nafas banyak-banyak.

"Loh!! Kok guling gua bernafas?" tanya Lidya yang sudah syok melihat gulingnya yang mengembang dan mengempis. Ia mendongak dan langsung bertatapan dengan wajah pria yang sangat ia kenali.

Lidya kembali menunduk. Ia mengucek matanya berkali-kali, memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.

Ia kembali mendongak. Matanya dan Fatir bertemu lagi. Lidya mengedipkan matanya lucu, lalu kembali menunduk.

"G mungkin. Gue pasti berhalusinasi." kukuhnya. Ia pun memantapkan diri bawah ia sedang berhalusinasi, lalu mencoba kembali tidur. Siapa tahu dengan begitu, gulingnya kembali normal.

"Assalamualaikum, istriku."

Senyum Lidya dalam tidur seketika luntur. Matanya langsung terbuka sepenuhnya, kesadarannya pulih bak kilat yang menyambar kencang.

"Bundaaaaaaaaaaaaa!!!!!" Teriak Lidya sambil melompat turun dari tempat tidurnya. Seperti katak, pelompat yang handal.

Fatir langsung bangkit juga dari tidurnya. Seketika ia merasa bersalah karena sudah mempermainkan istrinya.

Lidya duduk di lantai sembari menatap Fatir dengan tidak percaya. Ia syok.

"Enggak, enggak!! Ini mimpi, ini mimpi. Bangun, bangun, bangun!!!" Lidya menampar pipinya sendiri berkali-kali.

"Berhenti! Jangan tampar pipi kamu, ya Qalbi. Tampar pipi mas saja, hmm?" Fatir tiba-tiba sudah berada di depan matanya.

Pria itu dengan lancang memegang tangan Lidya lalu meletakkannya di pipinya.

Wanita itu mematung kaku, saat pria itu mengelus pipinya yang sedikit memerah akibat tamparan tadi. Lidya melihat raut wajah pria tersebut terlihat sangat khawatir kepadanya.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now