7.1: Midnight Noises

3.1K 162 0
                                    

Salah satu unit rumah termewah di apartemen tersebut ditempati oleh Kenta Chiaki, dosen kedokteran terkenal dari universitas ternama di Fukui.

"... Chiaki-sama? Ini saya, Julia Brechtje. Kalau boleh,  saya ingin datang ke rumah Anda... tapi belum tahu hari apa..."

Dan itu adalah sekelumit percakapan telepon yang selalu terngiang-ngiang di telinganya, bahkan di saat otaknya sedang berpikir sepenuhnya.

Ia sedang berkutat dengan sejumlah skripsi dari kelas tempatnya mengajar. Sesekali keningnya berkerut setiap menemukan huruf yang hilang atau tata bahasa yang tidak semestinya. Ruangan tempatnya menyeleksi laporan-laporan mahasiswa tersebut benar-benar hening. Goresan pulpen dan halaman yang tersibak menjadi satu-satunya sumber suara.

Namun, tidak: masih ada suara-suara lainnya.

Kenta mengangkat wajahnya dengan heran, mencari arah datangnya suara itu. Aneh sekali. Sekarang sudah jam 9 malam, mengapa masih ada orang yang ribut-ribut di apartemen? Pria tersebut menajamkan telinga. Ya, suara beberapa... anak muda. Lebih dari satu perempuan dan satu laki-laki, kedengarannya. Kenta tidak ingat ada sekelompok anak muda yang menjadi penghuni apartemen ini. Mungkin mereka orang baru.

Orang baru. Anak muda.

Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Sudah merupakan rahasia umum bahwa dia memiliki semacam ketertarikan pada anak muda. Namun sebaiknya tidak terhadap remaja-remaja yang baru didengarnya.

Di luar itu, Kenta adalah kolektor barang-barang antik. Ia sering mengoleksi senjata-senjata dari berbagai belahan dunia untuk disimpan di ruang kerja. Koleksinya meliputi katana sampai senjata api kuno dari Teksas; namun semua itu bukan apa-apanya dibandingkan sebilah pisau yang ditawarnya dari kepolisian Fukui tiga tahun lalu.

Tidak ada yang istimewa dari alat pertahanan diri tersebut. Asal-usulnya juga masih misteri. Ukiran dan ornamen-ornamen anehnya-lah yang membuat Kenta tertarik. Benda itu bisa sampai di tangan polisi setelah menangani kasus anak laki-laki yang ditemukan di hutan—berlumuran darah, tidak tahu datang dari mana. Pisau tersebut diamankan di kantor polisi sampai ia datang dan menawarinya harga tinggi—setelah dua tahun pertimbangan, karena pisau itu merupakan barang bukti kriminal; kalau memang anak laki-laki itu korban kriminal. Toh percuma saja disimpan di kantor polisi.

Pisau itu unik sekali. Ornamennya terbuat dari mawar asli: sangat mungil dan menjalari bagian atas gagangnya, dan hidup.

Setidaknya, kesenangannya terhadap senjata-senjata bisa mengalihkan kesukaannya terhadap remaja untuk sementara waktu. Setidaknya.

ElementbenderWhere stories live. Discover now