68: Swim, Little Prince, Swim!

1.6K 67 0
                                    

“Aku masih belum yakin,” bisik Sakura, setelah wanita yang mengaku bernama Godiva itu telah menghilang dari pandangan. Mereka telah cukup lama menyusuri pinggiran pantai dan sejauh ini tidak ada gangguan yang berarti. Satu-satunya “gangguan” yang berarti adalah ombak pasang yang sering datang tiba-tiba, dan ketika ombak tersebut muncul, mereka harus berlari menjauhi pinggiran pantai sampai air itu kembali surut. “Bola meriam itu mengenai Portamortalis? Rasanya mustahil.”

Genma tersenyum sinis. “Sayangnya, tidak mustahil. Tapi itu bukan masalah.”

Masalah, Genma,” sambar Higina. Alisnya mengerut marah. “Kalau Portamortalis rusak, kita tidak bisa menjemput pengendali elemen cilik. Dan itu berbahaya.” Ketika dilihatnya Genma mempercepat langkahnya, gadis itu mulai berjalan setengah berlari, menyusulnya. “Dan menurutmu itu bukan masalah?”

Genma menggertakan gigi, menatap Higina tepat di mata indigonya, dan berkata, “oke. Tapi kita punya masalah lain sekarang,” gerutunya. Pemuda itu berjalan lebih cepat.

Genma tidak biasanya menggerutu sebelumnya. Ia lebih sering menganggap sesuatu sebagai permainan, petualangan seru, atau hal-yang-tidak-terlalu-mengerikan lainnya. Namun, ketika ia sudah menggertakkan giginya sambil berkata serius, berarti ia benar-benar serius. Tidak ada yang berani mengganggunya dalam situasi seperti ini—termasuk Higina. Akhirnya, gadis itu hanya terdiam sambil merenung.

Mereka berhenti di sebuah titik di bibir pantai yang sedang mengalami pasang surut. Pantai ini memiliki pasir putih kemerahan berbutir-butir dan air laut yang jernih, nyaris transparan, memperlihatkan dasar laut di bawahnya. Pantai tempat mereka bertemu Godiva  memiliki pasir kuning pucat dan airnya tidak terlalu jernih.

Mereka terdiam sesaat. Langit malam menjelang pagi yang bertabur bintang, suara debur ombak menghantam pulau-pulau karang, dan warna cemerlang air laut mengisi kepala mereka. Tempat yang hening dan khidmat—tanpa kerusakan yang berarti. Takumi menatap sekeliling. Tempat ini... hampir kosong. Ketika ia menoleh ke belakang, yang bisa dilihatnya hanya barisan pepohonan dan lebih banyak pepohonan. Itu pasti Vidar. Mereka telah melewati perbatasan Pyrrestia tanpa harus melewati hutan itu lagi.

Tabitha menunduk, menurunkan Metsuki dari pelukannya dengan lembut, dan menjulurkan tangannya ke dalam air yang dingin, menciduk sejumlah kecil air dan meminumnya. Rasanya dingin. Ia mengambil setangkup air lagi, dan meniupnya perlahan. Bayangan wajah lelahnya terpantul di air itu.

“Energi air,” gumamnya, nyaris berbisik. “Minum,” perintahnya singkat.

Teman-temannya ikut menunduk dn menciduk setangkup air, tetapi Tabitha menggeleng. Sembari menyodorkan tangannya yang berisi air ke hadapan Metsuki, ia berkata pelan.

“Bukan yang itu. Yang ini. Yang baru kutiup.”

Metsuki menunduk dan mencelupkan lidahnya ke dalam air di tangan Tabitha, minum dengan rakus. Tabitha menunggu. Setelah kucing itu selesai, ia mengangsurkan sisa air yang tinggal sedikit tersebut kepada teman-temannya—sejumlah besar air tumpah dari sela-sela jemarinya. Tabitha mengambil air lagi, meniupnya, dan mengangsurkannya ke arah Sakura. Gadis itu minum dengan hati-hati.

“Ini aman, ‘kan?” tanya Higina waspada, sebelum ia menundukkan wajahnya dan menyesap air tersebut pelan-pelan. “Awas saja kalau—“ ia terhenyak. Air itu menghangat di mulutnya.

Tabitha menciduk setangkup air lagi, meniupnya, dan menyodorkannya pada Genma dan Takumi. Pemuda berambut biru kehijauan itu mengerutkan kening sebelum meminum airnya. “Buat apa?” tanyanya canggung. Tabitha mengangkat bahu.

 Ketika giliran Rira tiba, Tabitha ragu-ragu sejenak. Pemuda itu telah pingsan—atau tidur—selama mereka berjalan berjam-jam hingga ke tempat ini. Meskipun suhu tubuhnya sudah normal dan irama napasnya kembali seperti semula, ia belum siuman. Tabitha mengambil air lagi, kali ini hanya dengan satu tangan dan beringsut mendekati Rira—yang masih bersandar di lengan Genma dan Takumi. Ada rasa takut yang membuncah-buncah setiap kali ia harus mendekati pemuda ini.

ElementbenderWhere stories live. Discover now