41: Her Loyal Servant

2.2K 74 0
                                    

Sama seperti dapur, ruang makan kosong kecuali sebuah meja makan bundar dan beberapa kursi yang sudah lapuk. Tidak ada karpet menutupi lantai yang dingin, tidak ada taplak meja, tidak ada apa-apa sebagai penghias ruangan. Langit-langitnya—jalinan akar hitam yang tidak terlalu rapat—dirayapi laba-laba raksasa berbulu hitam. Laba-laba itu sibuk menganyam jaring-jaring di setiap sudut atap. Secarik kecil jaring-jaring jatuh dari perut si laba-laba, mengenai Sakura, dan gadis itu refleks mengenyahkan benda lengket berlendir itu dari bahunya. Laba-laba itu menoleh ke arahnya dan menjatuhkan lebih banyak jaring-jaring.

Sakura menguraikan cambuknya, menyentakkannya ke arah perut laba-laba itu dan membelahnya, darah dan organ-organ lengket terburai keluar.

Laba-laba itu memekik, suaranya yang melengking nyaris seperti tawa anak kecil—bersamaan dengan keluarnya sebarisan laba-laba mungil dari dalam perutnya. Suara derakan basah terdengar ketika seekor laba-laba pertama berjalan di tengah organ induknya, kemudian melompat ke dalam kubangan darah induknya, diikuti laba-laba yang lain. Mereka merayap turun dalam urutan teratur. Sakura refleks menyambar tangan Genma dan tanpa pikir panjang, mereka sudah berlari melintasi ruang makan.

***

"Tutup!" teriak Sakura panik. Matanya melebar ketika melihat pintu menuju ruang makan masih terbuka, tetapi Genma dengan cepat menutupnya.

Pintu berdaun ganda itu masih bergetar ketika Genma mengikat gagangnya dengan sobekan tirai jendela, bahkan setelah sebuah meja telah ditaruh di depannya, menahan siapapun dan apapun di balik pintu itu agar tidak keluar. Sakura menarik dua buah kursi dari depan perapian dan menumpuknya di atas meja. Setelah memastikan laba-laba itu terjebak di ruang makan, ia baru bisa menghela napas lega.

"Gila," katanya, menyeka helaian rambut emasnya ke belakang telinga. "Ke mana semua perabotannya?"

Mereka berada di ruang masuk kantor pusat; tempat di mana sofa-sofa yang terbuat dari daun lembut seharusnya berada. Sakura kecewa mendapati tempat ini sudah "dibersihkan"; sofa-sofa dan meja kayunya menghilang, meja resepsionisnya lenyap dan karpet kelopak bunga yang sebelumnya menyelimuti lantai di bawahnya hilang entah ke mana. Tempat ini kosong sejauh mata memandang, kecuali sebuah perapian yang terpasang di salah satu sisi ruangan, padam dan dingin. Ruang masuk kantor pusat berbentuk lingkaran; sebarisan pintu terpasang di dinding dan salah satu pintu itu mengarah ke ruang makan. Pintu-pintu lain entah terkunci atau terblokir oleh serumpun tanaman berduri yang mendesis dan bergerak-gerak setiap kali seseorang berusaha menyentuhnya. Genma mencoba mendobrak salah satu pintu yang terkunci, dengan harapan pintu itu akan terbuka; tetapi pintu itu tetap bergeming di tempatnya.

"Genma," panggil Sakura pelan. "Lihat di atasmu."

Genma menengadah. Apa yang dilihatnya membuatnya tersadar; ini sebuah pohon, bukan bangunan biasa. Kantor pusat dibangun di dalam rongga pohon raksasa, ruangan tempat mereka berada terletak di tengah-tengahnya. Terdapat pintu-pintu lain bertebaran di sekitar mereka. Kebanyakan pintu tersebut berada dalam ketinggian yang sulit mereka jangkau, terpasang begitu saja di sekeliling rongga pohon tanpa tangga maupun undakan. Pintu yang berada di ketinggian tertinggi nyaris menyentuh puncak pohon. Di atas sana, yang tersisa dari atap bangunan kantor pusat hanya jalinan ranting busuk dan dedaunan cokelat.

"... kita harus terbang," kata Genma, mengerti. Dicobanya mengepak-ngepakkan sayapnya. Tubuhnya terangkat ke udara. "Ya. Sepertinya perekat sayap itu bekerja."

Sakura mencoba juga, dan mendapati bahwa sayapnya telah sembuh seperti sedia kala. Ia menatap pintu-pintu di sekitarnya sambil berpikir keras. Yang mana yang harus ia buka? Yang mengarah ke halaman belakang, tentunya. Semua pintu kelihatan terkunci. Tatapannya tertuju pada pintu berdaun ganda yang kira-kira berjarak 13 kaki dari lantai, tepat di hadapannya. Tidak ada penghubung apapun antara pintu dengan lantai. Pintu itu seolah melayang di udara lepas—dan ada semacam tanaman berduri merambati permukaannya.

ElementbenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang