50: Pyrrestia and Thievery

1.8K 73 1
                                    

Genma membawa mereka ke sudut lain Pyrrestia, tempat yang sedikit lebih tertata rapi dibandingkan tempat sebelumnya, tetapi masih terkesan kumuh. Mereka terbang semakin jauh ke utara, melewati gang-gang sempit dan kios-kios makanan kering. Belasan falcon menoleh menatap mereka, keheranan, tetapi bukan karena kaget. Hanya heran. Takumi menguatkan hatinya ketika akhirnya bisa melihat para falcon dari dekat. Andaikan ia masih di Fukui, Takumi akan menganggap sekumpulan orang bersayap elang dengan mata lebar dan lancip yang memiliki kuku-kuku tajam berkait adalah bagian dari imajinasinya. Sekarang, mereka terasa nyata.

Tempat ini jauh lebih padat dari yang ia kira, dan jauh lebih berisik. Jalan lebar yang sebelumnya dilaluinya berubah menjadi gang sempit yang dipenuhi kios-kios dan para falcon. Semacam pusat perdagangan… dan tempat berkumpul para pekerja kasar. Takumi nyaris menabrak seorang wanita muda, buru-buru minta maaf, dan menyingkir. Ketika wanita itu sudah berlalu, Takumi mencari-cari sosok para pengendali elemen di mana-mana dan hanya mendapati sekelompok pedagang.

Cepat sekali mereka… terbang.

Takumi menyerah. Kepadatan tempat ini menelan sosok teman-temannya, meninggalkannya sendiri di hiruk-pikuk keramaian. Ia mulai berjalan gontai. Dilihatnya kios-kios bertenda di kanan-kirinya, dan para falcon yang menjaganya. Gang ini diapit dua bangunan mewah yang terlihat kontras dengan kekumuhan, bau ikan kering, dan keringat di sekitarnya.

Ada kesan familiar yang aneh di tempat ini. Meskipun penduduknya menyeramkan dan baunya membuat Takumi mati-matian menahan mntah, tetapi tempat ini sama mengundangnya dengan rumah. Seolah ia sering berjalan-jalan di sini, mengintip satu kios ke kios lainnya, dan mengobrol akrab dengan para pedagang. Pelan tapi pasti, seulas senyum tipis  terukir di wajahnya. Mungkin tempat ini tidak terlalu buruk.

Kecuali sekarang. Apa mereka juga hilang ingatan?

Takumi menduga; ya. Kalau para falcon masih mengingat para pengendali, mereka akan langsung menyambut mereka di pintu gerbang. Sekarang, disalami seorang falcon pun tidak. Ia menggigil. Apa yang menyebabkan mereka hilang ingatan, persisnya? Karena ia juga hilang ingatan.

Sebuah tepukan di punggungnya mengagetkan Takumi. Bukan karena tepukannya, melainkan cakar berkait yang tiba-tiba menancap di dagingnya.

Takumi melonjak, menoleh ke belakang. Ternyata hanya seorang pemuda seusianya. Seorang falcon, bermata cokelat terang dengan warna rambut senada dan garis wajah kaku. Hidungnya sedikit terlalu besar untuk wajahnya.

“Kau ini apaan, Bung, hmm?” tanya pemuda itu. Suaranya lebih terdengar seperti gerutuan. “Salah satu dari kami atau bukan? Pakaianmu seperti falcon, tapi tanpa sayap.”

Takumi membeku. Pemuda ini jelas-jelas tidak tahu apa-apa soal “Pangeran Takumi” atau sudah melupakannya. Takumi kebingungan; makhluk apa ia? Para pengendali elemen berasal dari ras manusia, dan kalau kedua orang tuanya sebelumnya adalah para pengendali elemen, berarti bisa dibilang ia masih keturunan manusia. Takumi bukan fayre, elf, atau falcon.

“Dan wajahmu juga aneh,” gerutu pemuda itu lagi. “Dengar, ya, Bung. Kalau kau salah satu elf banci itu, mereka akan langsung menyeretmu.” Dia menunjuk seutas tambang di tangannya. Untuk pertama kalinya Takumi melihat pakaian si pemuda yang terbuat dari katun dan sutra mewah yang dijahit dengan benang perak. Dia memakai kemeja merah dan celana senada yang ujungnya dimasukkan ke dalam sepatu bot. Penampilannya terlihat mencolok dibanding pakaian para pedagang yang lusuh. “Atau aku yang akan langsung menyeretmu. Tapi aku malas berlama-lama di tempat jorok ini. Sampai nanti, Bung!” Dan dengan satu tepukan keras di bahu Takumi, pemuda itu pergi.

ElementbenderWhere stories live. Discover now