Rose - 1

11.9K 535 10
                                    

Edward melenguh kesal dari balik kemudinya, ia mengumpat pelan seraya melambatkan laju mobil yang ia kendarai sendiri.
"Bisa-bisanya aku melupakan benda pintar itu. Bagaimana bisa aku melakukan presentasi tanpanya?"

"Pergi dengan tangan kosong atau kembali ke rumah dan mengambilnya tetapi terlambat? Aku harus memilih salah satunya." Katanya bermonolog.

Setelah sepuluh detik berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah dan mengambil
i-pad miliknya walaupun  harus datang terlambat. Ia tidak ingin menyia-nyiakan hal yang selama ini ia impikan.   Menjadi seorang pemimpin di sebuah perusahaan Harvey milik ayahnya.

Mudah saja sebenarnya bagi Edward menjabat sebagai pemimpin disana, karena telah lama ayahnya meminta Edward untuk menggantikan posisinya sebagai Pemilik perusahaan tersebut. Namun Edward tidak ingin semudah itu menerimanya, ia ingin bekerja dari bawah. Menunjukkan semua prestasi dan potensi yang ia miliki demi untuk memajukan perusahaan ayahnya.

Ia berjuang dari nol, hingga akhirnya hari ini tiba, setelah 6 tahun lamanya ia bekerja pada perusahaan milik ayahnya. Ia akan mempresentasikan dirinya, bahwa ia layak menjadi pemimpin di perusahaan Harvey menggantikan ayahnya.

Tentu saja itu bukan merupakan hal yang sulit bagi John Harvey untuk memilih putranya sebagai pengganti dirinya. Tanpa presentasi apapun Edward akan menggantikan posisinya.
Hanya saja ia tidak ingin mengecewakan kerja keras putranya dalam meraih keinginannya.
Ia bisa melihat bagaimana sepak terjang Edward selama di perusahaan. Edward benar-benar bekerja keras dan berjuang untuk mendapatkan kedudukannya.

Dengan segera Edward memasuki rumahnya yang tak begitu besar bila di bandingkan dengan rumah ayahnya. Namun Edward bahagia disana, bersama putri kecilnya Paula.

Langkah cepat Edward melambat saat ia melintasi kamar utama, kamar dia dan istrinya Monica. Ruang kerja Edward terletak tepat di sebelah kamarnya.

Samar-samar Edward mendengar suara erangan dari kamar itu. Tidak, itu jelas terdengar. Edward bisa mendengar dengan jelas suara erangan itu berasal dari kamarnya.

Benar, ia mengenali pemilik dari suara erangan itu. Bagaimana tidak, setelah 4 tahun bersama tidak mungkin Edward tidak mengenali suara erangan indah dan seksi milik istrinya Monica.

Edward meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah suara erangan Monica, jika memang benar, apa yang tengah di lakukan oleh Monica di dalam kamar sampai-sampai ia mengerang kenikmatan seperti itu.

Jantung Edward berdegup cepat, ia penasaran dengan yang terjadi di dalam kamarnya. Ia mendekatkan telinganya ke pintu mencoba mendengarkan lagi apa yang tadi ia dengar. Siapa tahu ia hanya berhalusinasi.

Tidak, suara erangan itu benar-benar jelas terdengar oleh Edward. Tidak hanya erangan istrinya, tapi juga mendengan suara lenguhan seorang pria di dalam sana.

Sialan, batin Edward.
Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Dengan segera ia membuka pintu kamar.

Edward membulatkan matanya setelah melihat apa yang sedang terjadi di depannya. Jantungnya berhenti berdetak, nafasnya tercekat, darahnya naik ke ubun-ubun. Hatinya hancur berantakan berceceran di lantai kamarnya.

Bagaimana tidak, ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, dimana istrinya tengah merengkuh kenikmatan di atas tubuh pria lain. Rambutnya tergerai, bertelanjang dada, hanya selimut putih yang menutupi tubuh bawah dan gerakannya.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now