Hoofdstuk 2 : Het Perspectief van Leo

183 13 1
                                    

Amarah Leo masih saja membara sejak mereka pulang dari klub malam tadi. Kedua matanya menunjukkan tatapan membunuh yang membuat Lionelle tidak berani mengatakan sepatah katapun selama di dalam perjalanan pulang. Memang wanita tadi sedikit keterlaluan setelah ia menampar seseorang yang berkedudukan sebagai Pangeran di negara ini.

Tetapi sudahlah, untung Leo tadi tidak terlalu menuntut sehingga Lionelle bisa membujuknya pulang dengan alasan jika mereka berlama-lama disitu keberadaan mereka akan terekspos begitu saja.

Setelah mereka menginjakkan kaki mereka kembali di istana ini, hal yang pertama kali dihadapi mereka berdua adalah Ayahnya.

"Apa kalian berdua pergi ke tempat seperti itu lagi tanpa sepengetahuanku?" tanya Ayahnya itu. Lionelle hanya terdiam dengan sedikit menunduk. Sementara Leo masih saja berdiri dengan tegak dan maskulin.

"Leonardo, kukira kau yang harus menjelaskan semua bencana ini." ucap Ayahnya karena ia tahu betul bagaimana sifat Leo. Anak itu bukanlah seorang pengecut seperti Lionelle yang tampaknya hilang tanggung jawab walaupun Ayahnya tahu memang Leo lah yang mengajak adiknya itu.

"Aku mengajak Leon ke sebuah klub malam dan kami hanya minum sedikit. Tidak lebih." jawabnya singkat, padat, dan jelas.

"Kau harus berhenti mengunjungi tempat-tempat seperti itu, nak. Dan itu berlaku juga untukmu, Leon!" seru Ayahnya yang sekarang menatap Lionelle.

Lionelle tertawa aneh. "Tapi bagaimanapun Yah, aku seorang lelaki. Hal itu wajar untuk penghiburan." jawab Lionelle.

"Kau bilang kau butuh penghiburan? Pelayan! Panggilkan Nebula!" suruh Ayahnya dan Lionelle langsung mengumpat, "Shit!" umpatnya pelan.

"Yah, bukan begitu maksudku. Aku tidak tertarik dengan Nebula. Dia selalu mengangguku. Dia lebih tepatnya seperti tengkorak yang belum mati-mati walaupun ia sudah jadi tengkorak." ledek Lionelle.

"LIONELLE!" bentak Ayahnya itu.

Tidak lama kemudiaan, Nebula tiba dengan tersenyum lebar. "Paman, ada apa memanggilku?" tanya Nebula kepada Lane.

"Nebula, aku ingin kau menemani Lionelle satu harian! Buat dia betah di tempat ini! Jangan sampai ia melarikan diri. Bisakah kau melaksanakannya?" tanya Lane.

Nebula langsung mengangguk setuju kemudian bergelantungan di lengan Lionelle yang tampak sangat malas untuk melangkahkan kakinya. Mereka berdua pun berlalu.

Leo masih saja berdiri tegap dengan perawakan dinginnya.

"Kalau sudah selesai, aku akan pergi ke kamarku, Yah." ucapnya.

"Besok, kau harus berada di istana ini pukul 10.00 pagi. Kau mengerti? Jangan membuat harga diriku dipijak-pijak, Leonardo. Kau harus menemaniku besok bertemu dengan rekan bisnis. Tidak ada penolakan." ucap Ayahnya.

Leo hanya diam sambil mengeraskan rahangnya sedikit kesal. Kenapa harus dia, batinnya kesal.

"Kalau begitu, permisi." ucap Leo singkat kemudian berlalu.

Setibanya Leo di kamarnya, ia langsung menelepon Lionelle yang entah berada di mana di dalam istana ini. Lagipula Leo terlalu lelah untuk berkeliling di istana ini demi mencari adiknya yang bodoh itu. Meneleponnya adalah cara yang bagus.

"Lionelle, kau punya seseorang?" tanya Leo dingin.

"Ah... aku mengerti. Aku akan segera mengirimkannya ke kamarmu. Bersenang-senanglah." jawab Lionelle kemudian panggilan itu terputus begitu saja.

Leo memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Ia tidak lupa untuk membasahi rambutnya. Kemudian ketika ia keluar dengan handuk yang menutupi setengah badannya dari pinggang, ia sudah melihat keberadaan seorang wanita yang tampaknya berusia 20-an.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora