Hoofdstuk 39 : Een Ruwe Manier

123 7 4
                                    

"Sial!" seru lelaki itu kemudian menghantam dinding yang ada diruangan ini dengan tangan kanannya. Tak puas dengan itu, Leo mengambil bingkai foto yang ada diatas meja itu kemudian mencampakannya sekeras mungkin.

Ia mengambil serpihan kaca itu kemudian mengenggamnya seerat mungkin hingga telapak tangannya mengeluarkan darah yang segar.

Ia tidak habis pikir. Kenapa tidak ada yang percaya padanya? Bahkan Anna juga masih saja meragukannya! Sebenarnya apa salahnya? Ia akui memang dulu ia sangat membenci Lanzo dan segala sesuatu tentang Lanzo. Tetapi ia juga sangatlah perduli kepada anak itu.

Dan sekarang mereka semua tidak percaya kepadanya, bagaimana lagi ia harus membuktikan kalau ia tidak seperti itu?

***

Pagi itu meja makan terasa sangat hening. Lanzo tetap seperti biasanya, dengan senyumannya. Lionelle dan Nebula terasa canggung satu sama lain, Laila yang entah kemana, Anna hanya diam, sementara Leo, ia bahkan tidak datang untuk sarapan pagi seperti biasanya.

"Anna, dimana Leo?" tanya Lanzo sambil tersenyum.

Anna hanya menghembuskan nafasnya. "Entah, mungkin sudah hilang." jawab wanita itu ketus. Lanzo hanya tersenyum miring mendengar jawaban wanita itu.

Kemudian Lanzo yang usil beralih kepada pasangan yang paling disenangi di dunia ini, yang tak lain adalah Lionelle dan Nebula.

"Nebula, bagaimana rencanamu tentang menjadi penulis di Los Angeles?" tanya Lanzo sambil terkekeh.

Lionelle yang tengah menyantap rotinya langsung membeku seketika. Gadis itu akan pergi? batinnya kemudian menoleh pada Nebula.

Nebula tersenyum lesu. "Belum tahu, mungkin aku akan pergi. Tetapi belum tahu kapan." jawab Nebula hangat kepada Lanzo.

Lanzo bisa melihat jika Lionelle sudah merasa terganggu dan kesal dengan jawaban gadis itu. Lionelle tampak mengeraskan rahangnya.

"Begitu rupanya," ucap Lanzo.

"Penulis? Untuk apa mencari pekerjaan yang sangat membosankan dan melelahkan seperti itu?" sindir Lionelle menunjukkan nada tidak sukanya dengan tatapannya yang mulai kesal.

Lanzo hanya tersenyum miring mendengar kakaknya itu protes.

"Bukankah itu lebih baik daripada disini? Setidaknya tidak melelahkan seperti disini." jawab Nebula juga ketus.

Lionelle langsung meletakkan sendok beserta garpunya dengan menghentakkannya ke meja tidak suka.

"Terserahmu saja kalau begitu," balas kakaknya itu ketus kemudian pergi meninggalkan ruangan itu dengan tatapan kesalnya.

Setelah Lionelle pergi, Lanzo tersenyum dan berusaha menenangkan Nebula.

"Jangan dibawa ke hati ya, Lionelle memang begitu." ucap Lanzo tersenyum hangat.

"Tidak apa-apa," jawab gadis itu pelan.

***

"Leo," panggil suara itu.

Perlahan-lahan Leo berusaha membuka kedua matanya. Kepalanya terasa sangat berat, apa mungkin tadi malam ia minum terlalu banyak? batinnya tak habis pikir. Ia bahkan sudah bertelanjang dada.

"Anna," panggil Leo setengah sadar.

"Ya, ini aku Leo." jawab suara itu sedikit ragu sambil kemudian mengelus-elus rambut Leo perlahan.

"Anna...." ucap lelaki itu rendah. Leo kemudian menangkup pipi wanita itu menggunakan tangan kanannya yang telah diperban dan ia mengecup bibir wanita itu.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant