Hoofdstuk 29 : Je Doet Haar Pijn

78 6 0
                                    

Keesokan paginya, suasana yang berada di istana ini kembali seperti dulu lagi seketika. Anna yang berusaha menghindari Leo, dan Leo yang berusaha menghindari wanita itu. Ada sebuah rasa yang timbul jika mereka berdua bertemu dengan satu sama lain.

Lanzo sedang duduk disebelah Anna. Seketika Leo lewat, dan Lanzo menyadari hal itu. Bahkan mereka berdua pun menghindari menatap satu sama lain. Sayangnya Lionelle tidak ada, batin Lanzo. Kalau tidak pasti kakaknya yang gila itu akan memanaskan situasi, batinnya lucu.

Seketika, wanita yang berada di sebelah Lanzo itu bertanya kepada Lanzo. "Lanzo, kau melihat Lionelle?" tanya Anna. Lanzo yang mendengar itu merasa sedikit terkejut, dan Lanzo masih sadar Leo masih berada disitu. Lanzo dapat melihat langkah kaki Leo terhenti seketika.

Melihat itu, Lanzo tersenyum simpul. "Lionelle? Entahlah, aku ragu. Leo, apa kau melihat Lionelle?" tanya Lanzo yang dialihkan kepada Leo. Sekarang giliran Anna yang terdiam membeku.

Leo berbalik dan menatap Lanzo. "Tidak." jawab Leo singkat dengan sedikit dingin kemudian lelaki itu berlalu begitu saja.

Setelah Leo berlalu, Anna baru bisa bernafas seperti biasanya lagi. Lanzo tertawa melihatnya. "Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian? Tampak seperti kalian sedang bermusuhan satu sama lain." goda Lanzo.

Anna tampak sebal. "Tanyakan saja pada kakakmu yang gila itu." ucap Anna kemudian bangkit dari duduknya dengan kasar dan jalan sambil menghentak-hentakkan kakinya yang membuat Lanzo tersenyum melihat tingkah lakunya.

***

"Apa yang sebenarnya kau lakukan pada istrimu? Ia tampak kesal melihatmu setiap harinya." ucap Lanzo sambil tersenyum miring.

Leo juga tampak sedikit kesal. "Astaga, aku hanya tidak sengaja menyentuh Laila saat itu karena aku mabuk, dan seketika dia melihat kami." jawab Leo dengan tatapan tidak percayanya.

"Sudah jelas dia cemburu," komentar Lanzo sambil tersenyum.

Awalnya Leo hanya terdiam mendengar itu, tetapi kemudian dia menambahkan, "Dan kurasa kami akan tetap seperti ini, Lanzo. Ia yang meminta padaku. Ia berkata bahwa ia ingin pernikahan ini hanya sebagai status, karena ia sudah menyukai Lionelle.." sambung Leo.

"Dan kau setuju dengan itu?" tanya Lanzo.

"Ya." jawab Leo singkat.

Lanzo tersenyum, "Kalau begitu jangan tunjukkan kalau kau tidak terima jika ia bersama dengan Lionelle. Karena ia juga memberikan hak bagimu untuk bersama dengan Laila. Itu tak akan mengusikmu sama sekali, bukan? Laila adalah orang yang kau cintai bertahun-tahun. Leo yang kukenal tidak akan terusik oleh karena seorang wanita bahkan jika wanita itu adalah istrinya sendiri." balas Lanzo sambil tersenyum miring.

"Kau benar. Tetapi terkadang aku merasa sangat terganggu. Apa aku adalah orang yang egois?" tanya Leo.

Lanzo tersenyum, kemudian berkata, "Kau menuruni sifat egois Ayah, Kak." ucapnya dengan tatapan mata birunya sambil tersenyum.

Mendengar itu Leo tertawa pelan. "Untungnya kau memiliki kedua mata biru itu, setidaknya melihat wajahmu bisa membuat kerinduanku padanya terbalaskan." ucap Leo sambil menepuk-nepuk pundak Lanzo.

***

Leo baru saja meneguk segelas air putih yang ia ambil, dan kemudian satu sentuhan dari Laila berhasil membuat tubuhnya membeku merasakan sentuhan itu.

Leo menggeram, kemudian menaruh gelasnya dengan asal-asalan, dan menoleh dingin kepada wanita itu. "Laila, jangan lakukan itu lagi." ucap Leo dengan ekspresi seriusnya. Laila membalasnya dengan senyuman. "Kenapa? Bukankah dulu kau suka saat aku menyentuhmu?" jawab wanita itu.

Leo menghembuskan nafasnya. "Itu dulu. Sekarang aku sudah tidak merasakan hal yang sama lagi." ucap Leo hendak berlalu.

Kemudian Laila membalas, "Apa karena Anna?" balas Laila yang membuat langkah Leo terhenti seketika.

Lelaki itu terdiam seketika, tak dapat menjawab pertanyaan itu dengan berpuluh juta kata yang ada didalam benaknya.

"Aku hanya tidak suka kau menyentuhku seperti itu, kau tahu aku sudah menikah." jawab Leo akhirnya sambil menoleh kepada wanita itu.

Laila mendekatinya, kemudian tersenyum dan berkata, "Yang kutahu kau menikah karena terpaksa, tetapi tingkahmu mengatakan sebaliknya." kata wanita itu.

Leo masih menatapnya saja. "Itu bukan urusanmu. Dan kita tak akan bisa menjadi sedekat dulu." jawab Leo kemudian berlalu.

***

Anna baru saja menuruni bugatti yang dinaiki olehnya bersama dengan Lionelle tadi. Demikian juga Lionelle, ia baru saja turun dari mobil tersebut di depan gerbang istana ini.

"Ayo kita masuk." ajak Lionelle sambil meraih tangan wanita itu. Anna tersenyum ramah kemudian menerima ajakan Lionelle. Ketika detik selanjutnya mereka melihat Leo yang berada tepat di depan mereka berdua.

Kedua mata Leo bertatapan dengan mata Anna, yang membuat wanita itu kikuk seketika. Leo menatapnya datar, tanpa amarah, tanpa rasa cemburu, tanpa rasa apapun. Tetapi ia dapat merasakan beragam emosi yang bercampur aduk didalam benaknya.

Seketika kalimat itu terputar kembali di ingatan Leo.

Orang itu adalah Lionelle....

Mengingat satu kalimat yang dapat membuat Leo ingin menutup kedua telinganya ini dapat-rapat itu membuat rasa kesal timbul dalam benak Leo melihat mereka berdua turun dari mobil yang sama.

Hari-hari belakangan ini telah dilalui Leo dengan biasa, berhasil menghindari wanita ini. Tetapi entah kenapa melihat wanita ini berduaan dengan Lionelle, membuat Leo ingin melakukan sesuatu.

Leo kemudian menatap Anna, dan berkata, "Kau sudah pulang bersama dengan Lionelle." ucap Leo datar dengan menambahkan sedikit sindiran dinginnya didalam kalimat itu.

Anna jelas sadar akan hal itu, kemudian menjawab singkat, "Ya." jawabnya kemudian wanita itu menoleh kepada Lionelle.

"Leon, bukankah kau mau masuk? Ayo." ajak Anna. Leon pun mengangguk.

Ketika wanita itu dan Leon hendak melangkah, Leo menahan tangan wanita itu. Yang membuat langkahan mereka berdua terhenti. Lionelle masih menatapi mereka berdua.

"Aku belum siap berbicara denganmu." sambung Leo. Anna tidak menoleh sedikitpun kepadanya. "Nanti saja, aku sangat lelah." jawab Anna tanpa menoleh sedikitpun.

Tetapi Leo mengeraskan rahangnya dan memperkuat genggamannya pada pergelangan tangan gadis itu.

"Aku belum siap berbicara denganmu." ucap Leo mengulangi kata-katanya lagi. Anna menghembuskan nafasnya kasar, kemudian menjawab dengan jawaban yang sama persis, "Nanti saja, aku sangat lelah." jawab wanita itu yang membuat kesabaran Leo habis seketika.

"Memangnya apa yang kau lakukan hari ini sehingga kau lelah??!" bentak Leo akhirnya.

Lionelle yang melihat hal itu langsung mengambil tindakan. Ia menahan tangan Leo yang mengenggam pergelangan tangan Anna.

"Leo, lepaskan. Kau sudah melewati batas kali ini." ucap Lionelle memperingatkan.

Tatapan membara-bara Leo sekarang beralih kepada Lionelle yang hendak menghalanginya. "Singkirkan tanganmu itu. Kau juga harus tahu batasanmu dengan baik, Lionelle. Jangan kira karena kau adalah adik kandungku aku akan membiarkanmu lewat dengan mudah." ancam Leo.

Tetapi Lionelle tampak membangkang ucapan Leo, dan berusaha menarik tangan Anna darinya.

Hal itu sangat membuat Leo murka. "Jika kau membawanya pergi sekarang, itu berarti kau sedang melawan titahku, Lionelle." ancam Leo dingin.

Lionelle menatap Leo dengan tatapan sungguh-sungguhnya, kemudian ia berkata, "Maafkan aku, Kak. Tetapi aku tidak bisa membiarkanmu menyakitinya." jawab Leo sambil menunduk menunjukkan rasa hormatnya, kemudian menarik Anna dan membawanya masuk.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now