Hoofdstuk 51 : Milan, met jou

47 6 1
                                    

"Nebula," panggil Lanzo lewat telepon. "Lanzo? Ada apa?" tanya Nebula dari seberang telepon. "Aku membutuhkan bantuanmu." jawab Lanzo. Dan Lanzo pun menceritakan semuanya pada Nebula. Mereka berbicara selama hampir 1 jam penuh dan seketika Lou menghampiri lelaki itu.

"Kau berbicara dengan siapa?" tanya Lou sambil menghampirinya. Lanzo menoleh. "Kalau begitu sudah dulu," ucap Lanzo kemudian akhirnya menutup teleponnya.

Lanzo tersenyum kepada Lou dan berkata, "Tidak ada. Lupakan saja," jawab Lanzo kemudian menarik pinggang gadis itu mendekat padanya. "Kenapa kau sangat cantik?" bisik lelaki itu kepada Lou. Lanzo menggendong gadis itu kemudian membaringkannya di kasur.

Lelaki itu menindihnya dan melumat bibir Lou. Kemudian saat tangan Lanzo hendak menyelinap kedalam baju gadis itu, Lou langsung menghentikannya. Lanzo heran dan menatap gadis itu.

"B-Bukankah kau bilang tadi kau akan membawaku jalan-jalan?" tanya Lou dengan nada yang sedikit aneh melihat posisi mereka sekarang.

Lanzo sempat terdiam mendengar perkataan gadis itu. "Kita bisa melakukannya nanti," jawab Lanzo akhirnya sebelum hendak melanjutkan aksinya. Namun Lou langsung menahannya. "Tapi aku sudah berpakaian," ucap gadis itu lagi menahan Lanzo. Lanzo menatapnya heran dan berkata, "Lalu?" ucap lelaki itu.

"Lalu kita sebaiknya pergi, bukan?" ucap Lou sedikit aneh sambil menolehkan tatapannya ke samping. Lanzo terdiam sejenak. "Tidak juga," jawab Lanzo. Lou sedikit terkejut. "T-Tidak begitu?" tanya gadis itu ragu.

Lanzo mengangguk kemudian hendak melanjutkan aksinya. Namun seketika Lou berteriak. "Lanzo!!!" teriak gadis itu. Lanzo tampak terkejut. "Astaga, apa?? Aku berada tidak lebih dari 3cm darimu, kenapa kau harus berteriak??" tanya lelaki itu terkejut.

"Maaf, hehe. Aku hanya ingin mengatakan kalau aku sedang mau jalan-jalan." sambung Lou tertawa aneh. "Bukankah kita bisa melakukan itu nanti?" balas Lanzo sambil menaikkan salah satu alisnya. "Um, itu, aku mau sekarang." jawab Lou tetap mempertahankan perkataannya.

"Keenan, kau terus mengundur waktuku dari tadi." balas Lanzo sedikit kesal. "Aku cuma...." balas gadis itu kebingungan menjawab. "Maaf," ucap gadis itu akhirnya.

Lanzo menghembuskan nafasnya dengan perlahan. "Sekarang jangan mengangguku lagi, Keenan. Aku sudah tidak tahan lagi," ucap lelaki itu rendah sambil hendak menenggelamkan hidungnya di leher gadis itu.

Dan untuk kesekian kalinya, Lou menahan dada lelaki itu dan berkata, "Lanzo, Lanzo, please!" ucap gadis itu sambil menahannya. Lanzo langsung memasang wajah cemberut nya untuk pertama kalinya. "Bisakah kita melakukannya lain kali saja? Aku benar-benar ingin jalan-jalan denganmu." sambung Lou pada akhirnya.

Lelaki itu pun akhirnya memendam nafsu bejatnya dengan bersusah payah dan bangkit dengan wajah cemberut. Lanzo tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung hendak melangkah ke pintu keluar. Begitu juga dengan Lou, ia langsung bangkit dan dengan cepat mengejar lelaki itu.

Dan disinilah mereka akhirnya, Duamo di Milano. Hanya berjalan-jalan, dan tidak melakukan hal apapun. Ditambah Lanzo yang sedang merajuk. "Bukankah tempat ini sangat indah?" tanya Lou sambil tersenyum. Lanzo hanya menatapnya datar kemudian menjawab, "Biasa saja," jawab lelaki itu malas.

Lou menghembuskan nafasnya menahan rasa kesalnya melihat tingkah Lanzo yang terlalu kekanak-kanakan.
"Tentu saja orang sepertimu tidak akan tahu," komentar Lou. Lalu lelaki itu hanya mengabaikannya saja.

Lou sudah merasa kesal terhadap tingkah Lanzo. Sekali lagi ia menarik nafas sedalam mungkin, kemudian menghembuskan nafasnya perlahan. Gadis itu berusaha untuk tersenyum selebar mungkin, kemudian berkata, "Ayo kita melihat ke tempat lain." ucap Lou sambil tersenyum selebar mungkin. Namun lelaki itu malah menjawab, "Kau saja, aku mau balik ke hotel." jawab Lanzo datar kemudian keluar dari tempat itu. Lou pun langsung beranjak keluar mengejar Lanzo.

"Apa kau akan terus memasang wajah murungmu karena aku menolaknya??!" seru gadis itu seketika. "Aku tidak murung," jawab Lanzo. Lou mendekati lelaki itu kemudian tersenyum sambil mengeratkan giginya kesal. "Lalu bisakah kau jelaskan kepadaku apa itu jika kau tidak sedang murung?" tanya gadis itu sambil tersenyum menahan kekesalannya.

"Aku hanya sedang bad mood," jawab lelaki itu. "Bad mood? Kenapa tiba-tiba kau bad mood?" tanya gadis itu lagi. "Kau tak perlu tahu," jawab Lanzo yang membuat gadis itu kesal. Kemudian lelaki itu berbalik dan hendak melangkah menjauh. Namun Lou langsung melepaskan salah satu sneakers yang dipakainya dan melemparkannya ke Lanzo sehingga sneakers itu mengenai kepala lelaki itu dari belakang.

BRUK!

Lou langsung terkejut dan membeku ditempat. Sementara lelaki itu berbalik dan langsung menghampirinya dengan mata birunya yang tampak marah.

"Aku tidak sengaja-"

"Jika kau melakukan hal bodoh seperti itu sekali lagi, aku akan tidak segan-segan menidurimu secara paksa disini, di tempat ini, dan sekarang juga. Kau mengerti itu?" ucap lelaki itu menekankan kata-katanya.

"Maaf," ujar gadis itu sambil tertawa paksa.

"Sekarang kita akan pulang, dan kau akan mendengarkanku." ucap lelaki itu dengan tegas. Saat itu juga Lou langsung berbalik dan lari, tetapi Lanzo langsung menangkapnya dengan cepat dan menggendong gadis itu di tengah keramaian. Semua orang menatapi mereka dengan tatapan aneh. Kemudian, Lou berteriak, "Tolong!! Dia menculikku!" teriak gadis itu seperti singa yang meronta-ronta. Kemudian Lanzo tersenyum miring dan berkata, "Maaf, Sayang. Tidak ada yang akan menolongmu. Ini Itali, bukan Belanda. Gunakanlah bahasa yang tepat," balas Lanzo dengan senyuman penuh kemenangan.

Detik selanjutnya, Lou langsung berteriak menggunakan bahasa inggris. "TOLONG AKU!! DIA INGIN MENCULIKKU-" Pada detik itu juga, Lanzo langsung menutup mulut Lou menggunakan tangannya. "Diam, Keenan! bentak Lanzo kesal. Namun gadis itu masih berusaha berteriak. "Jika kau berteriak sekali lagi, aku benar-benar akan membuatmu malu sekarang juga." ucap Lanzo serius terhadap perkataannya.

Dan ternyata Lou masih saja mengetes lelaki itu. Detik selanjutnya lelaki itu berbicara dalam bahasa asing sekuat mungkin hingga semua orang menatap mereka. Lou tidak tahu entah bahasa apa yang Lanzo gunakan, ia tidak mengerti sama sekali. "Amore mio, perché sei così timido? è perché abbiamo appena fatto sesso la mattina?"

"Apa yang kau katakan??" tanya Lou penasaran. Lelaki itu tersenyum miring.

"Cintaku, kenapa kau sangat malu? Apakah karena tadi pagi kita baru saja bercinta?" ucap lelaki itu mengartikan kata-katanya sambil tertawa yang membuat Lou melotot padanya.

"LANZO KAU BAJINGAN TERKUTUK!!!!" teriak gadis itu.

Lanzo tidak bisa berhenti tertawa. "Sudah kubilang jangan cobai aku, Keenan. Aku bisa melakukan hal-hal gila yang tidak akan kau sangka." jawab lelaki itu masih sambil tertawa.

"Bajingan gila! Turunkan aku!" bentak Lou berteriak-teriak sehingga semua orang melihat mereka. "Scusa, il mio ragazzo è davvero scontroso."

"Apa lagi yang kau bilang?!!" tanya gadis itu kesal. "Maaf, pacarku memang pemarah." jawab Lanzo dengan senang hati

Lou memukul dada Lanzo berkali-kali sambil mengatakan, "Aku akan membunuhmu, Lanzo!!!" teriak gadis itu sambil meronta.

Lanzo tertawa. "Tentu saja, sayang. Aku akan menerimanya dengan senang hati." jawab lelaki itu sambil tersenyum miring.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O






Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now