Hoofdstuk 67 : Lou Pt.2

110 5 1
                                    

hai! sebelum lanjut ke cerita, aku mau ngasih tau dulu kalau ini chapter terakhir dari cerita ini. dan kita akan ketemu di sekuel nya!

p.s : btw kalian kalo baca wattpad sambil dibuka nggak video yg diatas itu? kalau belum, dicoba yah!! sensasinya mantap! mulai sekarang aku coba sesuaiin kok lagunya sama ceritanya, supaya terasa sedih2 nya gitu hehe. peace!✌

***

6 bulan kemudian

Lanzo duduk di kursi kebesarannya dengan tenang. Max berdiri siap siaga tepat disebelah kanannya. Tak lama kemudian seorang wanita masuk diantar oleh 2 orang penjaga.

Lanzo menaikkan salah satu alisnya. "Oh? Dimana Ayahmu?" tanya Lanzo dengan menyunggingkan senyumannya.

Wanita itu menatap Lanzo seakan-akan dia terpana melihat ketampanan Lanzo, well itu memang tak dapat dipungkiri lagi namun ini saat yang genting bagi hidupnya. Bukankah setidaknya ia harus merasa gelisah? batin Lanzo geli dalam hati.

Detik selanjutnya Lanzo bangkit dari duduknya dan menghampiri wanita itu hingga ia berdiri tepat di depannya.

"Begini sudah jelas atau belum?" tanya Lanzo sambil tersenyum miring. Wanita itu tampak heran. "Y-Ya?" jawabnya kikuk.

"Bukankah daritadi kau menatapku? Apa sudah cukup dengan jarak yang sedekat ini?" perjelas Lanzo.

Wanita itu tampak kebingungan ingin menjawab apa.

Lanzo pun akhirnya pasrah. Entah kenapa mood nya sedang enak hari ini. "Sudahlah, bawa dia pergi. Tapi lain kali bilang ke ayahmu jangan menjual putrinya padaku." ucap Lanzo sambil tertawa kecil.

"Antar dia pulang." perintah Lanzo kepada 2 orang penjaga itu. "Baik, Tuan!" sahut mereka antusias dan menarik tangan wanita itu.

"Ah, dia tamuku. Perlakukan dia dengan baik." tambah Lanzo sebelum akhirnya kedua penjaga itu mengangguk dan mempersilahkan wanita itu lewat.

***

"Kudengar lagi-lagi kakakmu itu membuat para wanita jatuh hati padanya." ucap Rafael dengan niat meledek Lou sembari ia memasuki ruangan gadis itu.

Lou langsung menatapnya sinis. "Kau mau mati?" ucap Lou. Tawa Rafael langsung pecah. "Astaga! Aku hanya bercanda! Lagipula memang faktanya begitu, Nona." jawab Rafael tertawa.

"Kau tahu? Kau sangat menyebalkan." balas Lou.

Rafael masih juga tertawa hebat. Sehingga akhirnya Lou membentaknya yang membuat lelaki itu hampir saja melompat. "CUKUP! PESAN TIKETKU SEKARANG!" bentak Lou memotong yang membuat Rafael terdiam seketika dan hampir saja meloncat.

"Aku hampir saja serangan jantung!" balas lelaki itu kaget dan Lou melayangkan tatapan sinis padanya. Rafael tersenyum. "Bukankah hubunganmu dan Dilan sudah semakin membaik?" tanya Rafael.

Seketika Lou menghampirinya dan berkata, "Ini sudah 6 bulan, Raf. Dan sudah saatnya aku pergi." ucap Lou.

"Aku tahu, tapi alasan apa yang akan kau buat? Ditambah belakangan ini Dilan baik padamu." jelas Rafael.

"Bilang saja aku mengurus sesuatu." jawab Lou acuh tak acuh. "Sesuatu itu banyak, Lou. Tidak bisakah kau memberiku penjelasan yang lebih spesifik?" balas Rafael.

"Bilang saja ada transaksi," jawab Lou cepat. "Kau tahu transaksi tidak memakan waktu lama, bukan?" ujar Rafael memperingatkan. "Aku yang akan mengurus sisanya kalau nanti dia bertanya." jawab Lou mantap.

Rafael mengangguk. "Baik kalau kau memang bilang begitu."

***

Amsterdam, Netherlands

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now