Hoofdstuk 56 : Tweede Kans

44 6 6
                                    

"Jadi apa yang akan kulakukan jika nyatanya dia benar-benar bukan orang yang kau cari itu?" tanya Leo kepada Lanzo. Lanzo menoleh. "Tidak ada," jawab lelaki itu dengan sedikit kejanggalan yang ada didalam hatinya.

"Jadi kau benar-benar menyukai dia? Terlepas dari dia adikmu ataupun dia orang asing?" tanya Leo meyakinkan. Lanzo terdiam sejenak. "Aku hanya sedikit kecewa karena dia tidak jujur padaku," jawab Lanzo.

"Kau tahu? Matamu mengatakan yang lain," ucap Leo. Lanzo langsung menatap Leo dengan serius. "Memangnya yang kau lihat mataku mengatakan apa?" tanya Lanzo balik.

"Kau menyukai gadis itu, memang benar. Tetapi ketika sekarang kau mulai curiga kalau gadis itu bukan adikmu yang kau cari, aku melihat rasa suka itu sedikit demi sedikit mereda. Seolah-olah kau hanya akan jatuh cinta dengan adikmu saja, dan bukan dengan gadis lain." jelas Leo.

Lanzo sempat terdiam mendengar ucapan Leo itu. Ia juga merasa bahwa yang dirasakannya bukanlah hanya rasa kecewa biasa, ia sangat kecewa karena gadis itu mengaku tidak memberitahukan kepadanya kalau ia bukanlah orang yang Lanzo cari. Walaupun mungkin saja ia tidak tahu, tetapi pada dasarnya pasti setiap orang tidak mungkin tidak mengetahui anggota keluarganya sendiri, pikir Lanzo.

"Kuakui kau benar," jawab Lanzo singkat. "Hatimu itu, memang rumit sekali ya. Bahkan orang yang sudah membuatmu jatuh cinta pun belum bisa memasuki pintu terdalam di hatimu. Aku suka itu," komentar Leo.

Lanzo tersenyum kecil. "Aku memang sedikit payah ditaklukkan oleh wanita," balas Lanzo tersenyum.

***

"Lionelle aku perlu berbicara denganmu," ucap Leo yang sedari tadi tampak menunggu lelaki itu bersiap-siap. Namun Lionelle terlihat mengabaikan Leo, dan itu cukup untuk membuat Leo merasa kesal.

"Apa kau tidak mendengarku?" tanya Leo kesal.

Akhirnya Lionelle menjawab Leo untuk pertama kalinya. "Aku harus pergi," jawab Lionelle. "Sebentar saja," ucap Leo lagi yang akhirnya membuat Lionelle duduk di sofa yang berhadapan dengannya.

"Ada apa?" tanya Lionelle. Leo tidak berlama-lama lagi dan langsung to the point. "Sejak kapan kau tahu Lou itu bukan adik Lanzo yang dicarinya?" tanya Leo. Lionelle menatap Leo dengan datar awalnya, namun seketika Lionelle tertawa. "Jadi kalian sudah sadar?" tanya Lionelle balik.

"Jawab aku Lionelle," ucap Leo kesal.

"Bagaimana harus kukatakan ya? Ada saja waktu dimana kau tahu kalau yang berada didepanmu itu palsu," jaaah Lionelle.

"Dan darimana kau tahu kalau dia itu palsu?" tanya Leo. Lionelle menatap Leo kemudian berkata, "Waktu yang mengatakannya kepadaku." jawab Lionelle.

"Dimana yang aslinya sekarang?" tanya Leo.

Lionelle tertawa. "Sangat jauh atau mungkin sangat dekat. Aku tidak tahu, bahkan kakak pun tidak akan bisa mencarinya. Dia yang akan menunjukkan dirinya nanti. Lanzo hanya perlu menunggu." jawab Lionelle dengan tatapannya yang tampak serius.

"Menunggu? Lanzo telah menunggu bertahun-tahun. Apa kau sedang bermain-main denganku dan Lanzo?" tanya Leo kesal.

"Kakak seharusnya sadar, orang yang ingin bermain dengan kita bukan aku, tetapi orang itu." ucap Lionelle pelan.

"Maksudmu adik Lanzo yang berumur 18 tahun sedang memgacau denganku? Kau pasti sudah gila," komentar Leo tidak percaya.

"Kakak lihat saja nanti," balas Lionelle. "Ini akan menjadi menarik, bahkan sangat menarik untukku." sambung Lionelle.

***

"Aku sudah berbicara dengan Lionelle." ucap Leo. "Lalu?" tanya Lanzo singkat. "Dia memang palsu, dan Lionelle sudah mengetahuinya." jawab Lou.

Lanzo mengeraskan rahangnya. "Lalu dimana yang aslinya?" tanya Lanzo. Leo menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. "Lionelle berkata ia tidak tahu, bahkan ia berkata kita tidak akan bisa mencarinya sampai adikmu yang menunjukkan diri." jawab Leo.

"Omong kosong seperti apa itu," balas Lanzo kesal.

"Entahlah, jadi apa rencanamu?" tanya Leo.

"Aku tidak akan bertanya apapun tentang ini pada Keenan," jawab Lanzo. "Meskipun dia sudah berbohong padamu?" tanya Leo memperjelas. Lanzo mengangguk. "Kenapa?" tanya Leo lagi.

"Aku sudah menyukainya, dan bagaimanapun tidak akan mungkin aku menyukai gadis lain disaat aku sadar aku payah memberikan hatiku untuk orang lain." jelas Lanzo. "Jadi maksudmu kau membiarkannya begitu saja?" tanya Leo.

Lanzo mengangguk.

Leo tersenyum kecil. "Aku tidak berusaha memprovokasimu, tapi bagaimana jika seandainya adik aslimu itu jauh lebih menarik daripada Lou yang sekarang?" tanya Leo sambil tersenyum kecil.

Lanzo sempat terdiam sejenak. "Apa menurutmu akan begitu?" tanya Lanzo balik.

Leo tertawa. "Seandainya." ucap Leo.

"Maka yang bisa kulakukan saat itu hanyalah mengingatkan diriku bahwa dia hanya adikku dan aku sudah memiliki Lou." jawab Lanzo.

"Oh, aku baru tahu kalau kau itu tipikal lelaki yang setia terhadap pasangan," ucap Leo. "Tentu saja, walaupun aku suka bermain-main, tapi ketika aku suka kepada mereka aku tidak akan bermain-main lagi." jelas Lanzo.

Leo tersenyum mendengar jawaban Lanzo. "Itu juga berarti tidak apa-apa kan bila adikmu yang asli muncul dan ia dekat dengan Lionelle?" tanya Leo. "Katamu tadi kau akan bersama dengan Lou," sambung Leo.

Lanzo terdiam. "Soal itu aku akan melihatnya nanti," jawab Lanzo. Leo tertawa. "Kau ini," komentar Leo.

***

Malam itu Lanzo hendak menghampiri Lou di kamarnya. Namun saat lelaki itu hendak masuk, ia mendengar suara gadis itu. Ia sedang berbicara dengan seorang lelaki?

Lanzo berusaha menguping mereka. Ia mendengar sekilas pembicaraan mereka. "Kau tahu kalau dia akan marah besar jika kau melanggar perintahnya," ucap suara lelaki itu.  Lalu Lanzo mendengar suara Lou yang menjawab, "Aku tahu," jawab gadis itu singkat. "Kalau begitu jangan kecewakan dia lagi," balas lelaki itu dan kemudian Lanzo mendengar tidak ada sedikitpun suara. Yang ada hanyalah keheningan.

Lanzo langsung membuka pintu kamar Lou, dan ia mendapati gadis itu yang berdiro dengan tatapannya yang tampak sedikit terkejut akan kehadiran Lanzo.

"Kenapa?" tanya Lanzo. "T-Tidak apa-apa." jawab gadis itu sambil tersenyum kaku. Kemudian Lanzo mendekati gadis itu dengan senyuman hangatnya kemudian memeluk Lou. Disaat ia memeluk gadis itu, ia berkata, "Kau takut aku akan mengetahuinya?" ucap lelaki itu pelan. Tidak ada emosi marah, atau kesal, atau apapun disana. Lelaki itu hanya bertutur kata dengan lembut.

Lou sempat terdiam sejenak. "A-Apa kau sudah tahu?" tanya Lou balik. Lanzo tersenyum kecil, "Kurang lebih begitu," jawab Lanzo.

"Dengar. Aku tidak peduli jika kau membohongiku dengan berpura-pura menjadi adikku, namun jika kau terpaksa melakukannya karena alasan lain, beritahu aku agar aku dapat membantumu. Mulai sekarang jangan berbohong padaku lagi," ucap Lanzo kemudian melepaskan pelukannya dari gadis itu.

Lanzo menatap kedua mata gadis itu kemudian berkata, "Apa masih ada yang kau sembunyikan lagi dariku?" tanya Lanzo melanjutkan.

Lou sempat terdiam sebelum akhirnya tersenyum dan mengatakan, "Tidak ada." ucap gadis itu berbohong yang membuat Lanzo kecewa.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
- L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang