Hoofdstuk 27 : Vriend of Vijand?

97 8 0
                                    

"Ya. Aku ingin keluar dari sini." jawab wanita itu dengan penuh tekad. Lionelle masih saja menatapnya dengan hening.

Lionelle tidaklah buta. Ia benar-benar dapat melihat tekad yang ditunjukkan oleh wanita itu dari kedua matanya yang tampak bersungguh-sungguh.

"Bawa aku keluar dari sini." ucap wanita itu lagi." pinta wanita itu untuk kesekian kalinya.

Akhirnya Lionelle berusaha untuk membuka mulutnya dan berkata, "Aku tidak bisa berkhianat dan membawa istri seorang Raja keluar dari istana ini. Tetapi aku bisa melakukan hal lain untukmu. Aku bisa membuatmu keluar dengan cara lain." jawab Lionelle.

"Cara lain? Dengan cara apa?" tanya wanita itu.

"Kematian. Hanya ada satu cara bagimu untuk keluar dari tempat ini. Mereka semua harus menganggapmu telah meninggalkan dunia ini. Dan itu bukanlah suatu rencana yang mudah. Apa kau sudah siap untuk dianggap tiada di dunia ini?" tanya Lionelle.

Tubuh Anna membeku seketika, dan ia mengeratkan tangannya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab pria itu.

Sampai beberapa detik lamanya, ia akhirnya menjawab, "Aku sudah siap. Mari kita membuat Annastasia telah hilang dari dunia ini." jawab wanita itu.

"Aku ingin mengingatkanmu, jika aku membantumu melakukan semua ini sampai akhir, jangan menyesal. Aku tidak suka melihat penyesalan. Jadi kau masih ingin meneruskan ini?" tanya Lionelle dengan serius.

"Ya." jawab wanita itu dengan tegas.

"Bukankah kau menyukai Leo? Kenapa tiba-tiba kau seperti ini? Merelakan takhtamu saat ini itu berarti kau merelakan Leo. Apa kau baik-baik saja dengan itu?" tanya Lionelle.

"Aku tidak perlu semua itu. Aku ingin keluar dari sini." jawab Anna.

Lionelle menghembuskan nafasnya sekali lagi kemudian ia melangkah mendekati wanita itu dan berhenti tepat di depannya.

Lionelle menghangatkan tatapannya kemudian meraih kedua pundak wanita itu. Ia menepuk pundak wanita itu dan berkata, "Bila kau melepaskannya sekarang, dan jika suatu hari kau memintaku untuk membawa Leo lagi kepadamu, aku tidak akan sanggup melakukan itu. Kau paham?" ucap Lionelle sambil menghembuskan nafasnya pelan.

"Ya. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pernah melibatkan diriku pada Leo lagi." jawab Anna.

"Baik. Kau yang meminta ini." balas Lionelle.

***

Ini masih pukul 02.17 siang, dan telinga Leo sudah terasa panas mendengar laporan dari salah satu pengawalnya yang bisa membuat emosinya naik sekarang juga.

"Yang Mulia, Calon Ratu tidak ada di kamar manapun. Saya tidak bisa menemukan Calon Ratu, Yang Mulia." ucap pengawal itu sambil menunjukkan rasa hormatnya.

Leo menoleh dan menatapnya dengan tatapan mematikan. "Cari dia. Jika kau tidak dapat membawanya ke depanku dalam keadaan hidup, maka kau yang akan menggantikannya hilang dari dunia ini. Kau mengerti?" ancam Leo.

"Y-Ya, Yang Mulia. Saya akan mencari Calon Ratu." jawab pengawal itu dan berlalu.

***

Satu tahap lagi dan mereka akan siap untuk beraksi. Lionelle mengeluarkan satu potong baju pelayan resmi kerajaan. Seragam berwarna putih untuk seorang pelayan kerajaan.

Lionelle mengambil seragam itu dan menyerahkannya kepada Anna sambil menghembuskan nafasnya perlahan.

"Aku rasa kau akan membutuhkan seragam ini." ucap Lionelle sambil tersenyum menyemangatinya.

Anna menatap Lionelle dan tersenyum kembali. "Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu." balas Anna sambil tersenyum.

"Lihatlah kau ini." ucap Lionelle sambil tersenyum miring. "Kau tahu tidak ada yang gratis di dunia ini, bukan? Suatu saat nanti aku akan meminta balasannya kepadamu. Walaupun aku tidak tahu kapan pastinya. Kau harus mempersiapkan itu." sambung Lionelle sambil tertawa.

Anna hanya tersenyum simpul. "Kau harus segera memakai seragam itu. Dan kita akan keluar dari sini." ucap Lionelle.

"Tunggu. Bisakah kau mengambilkan gunting untukku?" pinta Anna sambil menahan tangan Lionelle.

Leon menoleh kepadanya dan menatapnya. Anna masih terdiam sesaat. "Bila Anastasia harus hilang dari dunia ini, maka aku juga tidak boleh berpenampilan seperti seorang Anastasia." ucap Anna.

Lionelle tidak bertanya apapun lagi kepada wanita itu karena sudah memahami alasannya dan ia langsung menyerahkan sebuah gunting kepada wanita itu.

Ia mengambil segenggam rambutnya dan menutup kedua matanya dengan sebuah gunting yang berada siap siaga di tangan kanannya.

Melihat ekspresi wanita itu yang tampak sedikit belum siap, Lionelle menyentuh kedua pundaknya. Anna membuka kembali kedua matanya dan Leon berkata dengan pelan, "Biarkan aku yang melakukannya untukmu." ucap lelaki itu.

Anna masih terdiam. Kemudian Leon mengambil gunting itu dari tangannya dan menggunting rambut panjang wanita itu hingga sebahunya.

"Tidak usah memasang ekspresi wajah seperti itu. Aku adalah pemangkas yang handal, kau tahu." canda Leon.

"Aku tidak pernah meragukan kemampuan memangkasmu." komentar Anna.

Sambil memangkas rambut wanita itu, Lionelle berkata, "Jika semua ini sudah selesai, aku akan sering mengunjungimu. Mungkin kau akan merasa kesepian." ucap Lionelle.

Anna tersenyum. "Tidak juga. Tetapi aku khawatir Ayahku akan mencari putrinya. Walaupun aku tidak suka dengan keluargaku sendiri, tapi tetap saja." jawab wanita itu.

"Aku bisa memberitahu Ayahmu kalau putrinya belum mati. Aku akan mengurus hal itu." balas Leon.

"Tidak usah. Aku tidak ingin ada orang lain yang mengetahui hal ini. Bahkan Lanzo sekalipun. Aku hanya akan memercayaimu kali ini." ucap Anna menentang.

Lionelle melihat wanita itu. "Tumben rasanya kau percaya padaku." goda Lionelle.

"Aish, kau ini." balas Anna malu.

"Tetapi, kau tahu? Entah kenapa aku rasa Leo memedulikanmu. Walaupun memang ia adalah orang yang dingin. Tetapi begitulah Leo. Jika ada seseorang yang ingin dilindunginya, ia akan menaruh orang itu di posisi yang paling aman." ucap Lionelle.

"Apa? Maksudmu posisi Ratu?" balas Anna.

"Hm, aku juga masih tidak mengerti sampai sekarang kenapa kau seketika ingin keluar dari sini. Bukankah kau menginginkannya?" tanya Lionelle.

Anna menghembuskan nafasnya. "Aku adalah pembohong yang besar kalau aku berkata aku tidak menginginkannya. Aku ingin. Tentu saja. Tetapi istana adalah tempat dimana orang tidak boleh mempercayai siapapun, jika ia ingin bertahan sampai akhir. Lama kelamaan aku akan mencurigai orang di sekitarku, bahkan keluarga dan orang terdekatku sendiri demi takhta. Dan aku tidak ingin hidup seperti itu." jawab Anna.

Lionelle tertawa. "Kau tidak salah. Istana memang adalah tempat seperti itu. Kau harus berdiri sendiri disini. Karena kalau kau berpegang pada seseorang, pada akhirnya kau akan jatuh sendiri." ucap Lionelle.

"Tetapi bagaimana jika sekarang situasinya berbalik? Katakanlah itu Leo. Dan kau adalah orang yang dipercayainya, kalau ia akan berpegang padamu. Apa yang akan kau lakukan? Apa kau juga akan sama seperti mereka dan menjatuhkan orang yang berpegang padamu?" tanya Lionelle.

Anna tersenyum. "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Semua orang bisa berubah. Akankah aku tetap begitu atau apakah aku akan sama seperti mereka dan menjatuhkan orang yang berpegangan padaku, aku tidak tahu jawabannya. Tetapi satu hal yang kutahu pasti adalah Leo bukanlah tipe orang yang berpegangan pada orang lain. Kakakmu adalah orang yang sangat waspada, bukan? Jika seseorang berada disampingnya, mungkin saja Leo akan berpegangan padanya. Tetapi seiring ia berpegangan padanya, ia juga tidak bodoh. Di saat itu jugalah Leo akan menilai apakah orang itu adalah orang yang akan menjadi sekutunya, atau musuhnya. Jika orang itu adalah musuhnya, Leo akan menjatuhkan orang yang menjadi pegangannya itu."

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now