Hoofdstuk 62 : Vrouw in Paars

35 5 0
                                    

Mendengar jawaban gadis itu, Lionelle tersenyum simpul. "Kau benar. Sekarang aku tahu kenapa kau berada selangkah didepan kami. Hatimu, tampaknya sudah beku." balas Lionelle. "Jangankan hatiku, jiwaku sudah lama diambil dari tubuh ini." sambung gadis itu tertawa kecil. "Kalau begitu, hari ini sampai disini saja. Aku ada urusan lain. Tetapi ini sungguh suatu kehormatan bagiku bertemu denganmu langsung." canda Lionelle.

Akhirnya gadis itu menunjukkan ekspresi leganya. "Kau juga menarik." balas gadis itu tersenyum simpul. "Aku akan menunggu kedatanganmu." ucap Lionelle. "Memangnya aku menyuruhmu menunggu? Jangan kira kau dan aku sudah berada di pihak yang sama hanya karena aku memujimu sekali." balas gadis itu acuh tak acuh.

Lionelle tertawa. "Baiklah, baiklah. Kukira kau sudah luluh. Kalau begitu aku pergi," ucap Lionelle kemudian keluar dari Ferrari merah itu. Sementara di saat yang sama, Rafael juga keluar dari mobil Lionelle dan mempersilahkannya masuk sambil menganggukkan kepalanya sekali. Lionelle membalas anggukan itu.

Setelah Rafael kembali masuk ke dalam mobil, ia bertanya. "Apa semuanya berjalan dengan baik?" tanya Rafael. "Lionelle Vladexeoun ini, tak jauh beda denganku." ucap gadis itu pelan. "Apa yang kau katakan?" tanya Rafael lagi. Kemudian Lou memejamkan kedua matanya. "Lupakan saja. Ayo kita berangkat." ucap Lou.

"Oh, sebelum itu. Apa kau sudah melakukan apa yang kukatakan tadi?" tanya Lou yang tampak serius. "Tentu saja. Pekerjaanku tak pernah terbengkalai, bukan?." ucap Rafael yang membuat Lou mengangguk puas. "Bagus. Tetap awasi Cynthia dengan baik." ucap Lou kemudian kembali menutup matanya.

***

"Kita ganti rencana B." ujar Lionelle di telepon sambil berusaha mengendarai mobilnya secepat mungkin. Sedangkan Lanzo yang berada di seberang telepon merasa heran.

"Bukankah ini sangat mendadak?" tanya Lanzo.

"Tidak Lanzo sayang, adikmu jauh lebih cerdik dari yang kukira. Aku takutnya bahkan jika kau dan aku berdrama 24 jam ditambah 16 episode setiap harinya ia tidak akan menunjukkan diri. Jadi sekarang kita pakai rencana B." jelas Lionelle.

"Tunggu. Jangan bilang kau sudah bertemu dengannya??!" teriak Lanzo tidak percaya dari seberang telepon.

Lionelle mengumpat dan mengerem mobilnya seketika. "ASTAGA, BISAKAH KAU TIDAK USAH BERTERIAK TEPAT DI TELINGAKU??!" balas Lionelle kesal.

Terdengar tawa Lanzo yang meledak di telepon.

Tak sampai tiga detik lamanya kemudian tawa Lanzo benar-benar pudar dan ia berkata, "Kau bertemu dengannya?" tanya lelaki itu serius.

"Um, tidak." jawab Lionelle.

"Ok, itu artinya kau sudah bertemu dengannya. Kenapa kau tidak beritahu kepadaku??" tanya Lanzo kesal.

"Sudahlah itu tidak penting, Lanzo. Yang menjadi masalah sekarang adalah rencana kita gagal." balas Lionelle.

"Itu penting. Aku ingin melihat adikku." ucap Lanzo. Lionelle dapat mendengar adanya nada kecewa disana. "Maka dari itu kita harus memikirkan rencana yang lain. Bukankah kau ingin melihatnya?" balas Lionelle.

"Kenapa dia tidak datang saja menemuiku? Bukankah aku ini kakaknya? Setelah kupikir-pikir anak itu juga perlu diajarkan sopan santun." oceh Lanzo.

"Lihat siapa yang berbicara disini. Lagipula, kurasa ia tidak akan senang melihatmu selagi kau masih saja dengan adik palsumu itu." jelas Lionelle.

Lanzo heran. "Kenapa? Bukankah itu bagus? Maksudku Keenan berarti bukan adikku." balas Lanzo membela diri.

"Adikmu memiliki kepribadian yang keras. Aku rasa kau harus memilih kehilangan satu." jawab Lionelle.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now