Hoofdstuk 38 : Lou

74 7 2
                                    

"Kudengar gelas kesayangan Lionelle sudah pecah." ucap Leo sambil sedikit menujukkan ekspresi heran.

Lanzo yang berada disampingnya menunjukkan senyuman miringnya. "Ya, begitulah. Itu sebuah kesalahan." jawab Lanzo.

Leo menoleh. "Kau yang membuatnya?" tanya Leo.

Lanzo menggeleng sambil tertawa. "Tidak. Seorang pelayan tidak sengaja menabrakku, dan itu juga bukan salahnya." jawab Lanzo.

"Pelayan? Kenapa bisa seorang pelayan bahkan tidak berhati-hati saat berjalan?" tanya Leo balik.

Lanzo tertawa. "Entahlah. Sepertinya dia baru. Dia tampak gugup ketika bertatapan denganku." jawab Lanzo sambil tersenyum.

Leo langsung menyipitkan kedua matanya. "Lanzo, tolonglah. Semua wanita memang akan gugup ketika bertatapan denganmu. Apa perlu kau kudaftarkan untuk mengikuti operasi plastik untuk wajah brengsekmu itu?" balas Leo sedikit kesal.

Tawa Lanzo pecah mendengar jawaban kakaknya itu. "Kau ini bisa saja. Tetapi memang dia tampak gugup, kau tahu. Lebih seperti ketakutan." sambung Lanzo lagi.

"Aku jadi penasaran dengan pelayan yang berani memecahkan gelas Lionelle."

"Ya begitulah, aku juga tidak menyangka." balas Lanzo

"Lionelle tahu dia yang memecahkannya?" tanya Leo.

Lanzo menggeleng. "Tentu saja tidak. Kubilang aku yang memecahkannya. Ia bahkan memintaku untuk menggantinya, dan kubilang aku akan memberikan yang lebih bagus." jawab Lanzo sambil tertawa.

"Apa kau sudah gila? Yang pertama, untuk apa kau menyalahkan dirimu sendiri padahal itu bukan kesalahanmu? Yang kedua, kenapa aku merasa tindakanmu sangat maju dan kau akan menggantinya? Kau tidak tahu itu pemberian dari-"

"Cukup cukup. Aku sudah tahu! Kenapa kalian berdua tidak percaya kalau aku bisa memberikan yang lebih daripada gelas itu??" jawab Lanzo dengan tawanya yang meledak sudah.

"Siapa juga yang akan percaya dengan omonganmu sementara kau sangat suka membual?" balas Leo sambil menatap adiknya itu heran.

"Astaga, kak! Percayalah padaku." balas Lanzo.

"Ya, ya terserahmu saja."

"Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Lanzo hendak berdiri.

Tetapi Leo langsung berkata, "Tunggu, aku hendak membicarakan sesuatu denganmu." ujar Leo, yang membuat lelaki itu kembali duduk kemudian menatap Leo.

"Apa?" tanyanya.

"Kau tidak mau menggantikanku?" tanya Leo. Itu membuat senyuman Lanzo yang terukir di wajahnya memudar seketika, dan tatapan lelaki itu berubah menjadi sangat tenang.

"Kenapa menanyakan sesuatu seperti ini?" tanya Lanzo balik.

"Entahlah, hanya aku ingin mengetahui jawabanmu." ucap Leo.

"Kau sudah tahu jawabanku," potong Lanzo.

"Benar juga, kau tidak memiliki niat sama sekali?" tanya Leo lagi.

"Tidak pernah, bahkan sekalipun." jawab adiknya itu.

"Jawaban itu tidak akan berubah?" tanya Leo lagi.

"Sudah 29 tahun dan jawaban itu belum berubah, tetapi tidak tahu untuk kedepannya." jawab Lanzo.

***

"Tadi aku berpapasan dengan gadismu, matanya tampak berair. Kau menyakitinya lagi?" tanya Lanzo sambil menoleh kepada Lionelle.

Lionelle menoleh dengan tatapan malasnya. "Entahlah," jawabnya malas.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now