Hoofdstuk 30 : Lanzo Voorwaarden

81 5 0
                                    

"Kau minum sendiri? Ada apa?" tanya Lanzo menghampiri kakaknya itu. Leo menoleh dan tersenyum miring dengan seringai setengah sadarnya.

"Kau sudah mabuk, rupanya." ucap Lanzo sambil tersenyum miring kemudian duduk disampingnya.

"Biasanya kau minum dengan Lionelle." sambung Lanzo lagi. Leo menuangkan segelas minuman untuk Lanzo kemudian memberikan gelas itu kepadanya.

Lanzo tersenyum miring kemudian menerima gelas itu lalu meneguk dalmore itu.

"Aku ingin melihat Ayah," ucap Leo seketika dibawah alam sadarnya sambil menghembuskan nafasnya.

Kemudian detik selanjutnya Leo tertawa alih-alih mabuk, dan ia berkata, "Setiap harinya, ia selalu menghabiskan waktunya membuatku bosan mendengar segala ceritanya tentangmu. Seakan-akan hanya kau yang muncul didalam hidupnya." ucap Leo.

"Ia selalu mengulang-ulang cerita yang sama dan berkata, 'Lanzo berbeda dengan kalian. Anak itu memiliki hati yang hangat, dan ia akan selalu membuatmu nyaman ketika kau berada disampingnya. Ia akan menjagamu,' begitulah kata Ayah." sambung Leo.

Lanzo tersenyum simpul mendengar cerita Leo tersebut.

"Ayah juga selalu tersenyum ketika ia bercerita mengenaimu, sama seperti ketika ia menatap Ibumu." ucap Leo.

Senyuman Lanzo pudar seketika dan ia terus menatap Leo.

"Itu bukan salah Ibumu, itu memang kesalahan Ayah. Aku tahu itu." sambung Leo kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan berat.

Detik selanjutnya, Leo menoleh kepada Lanzo.

"Tidakkah kau merasa kisahku mirip dengan kisah tragis Ayah?" tanya Leo sambil menatap Lanzo dan tertawa.

"Terjerat dalam hubungan 2 wanita. Tetapi yang membedakan Ayah denganku adalah sesungguhnya Ayah tidak pernah memberikan hatinya kepada istrinya. Dan kurasa aku entah kenapa malah merasakan hal yang sebaliknya kepada wanita itu." ucap Leo sebelum akhirnya ia menutup kedua matanya.

***

Anna beserta Lanzo dan Lionelle tengah berkumpul seperti biasa di ruang tamu pada pagi hari sambil bersantai. Gelas Anna berisi teh, begitu pula dengan gelas Lanzo. Sementara gelas Lionelle, yang beda sendiri, berisi susu kesukaannya seperti biasanya.

Mengingat perkataan Leo semalam terkadang Lanzo tersenyum miring. Jadi kakaknya itu benar-benar sudah jatuh pada wanita ini, batinnya. Dan tampaknya tidak ada satupun orang yang menyadari hal itu, termasuk Anna.

"Anna," panggil Lanzo.

Anna menoleh sambil menjawab, "Kenapa?" jawabnya. Lionelle juga ikut menoleh mendengar Lanzo memanggil wanita itu.

"Dimana Nebula?" tanya Lanzo sambil tersenyum. Anna tampak heran sebentar lalu mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. "Entahlah, aku tidak yakin. Aku belum ada melihatnya." jawab Anna.

Kemudian tatapan Lanzo beralih pada Lionelle, yang tampak langsung sigap bertanya kepadanya, "Kenapa kau mencarinya?" tanya Lionelle.

"Tidak ada. Aku memiliki janji dengannya." jawab Lanzo sambil tersenyum.

Lionelle semakin menjadi-jadi. Ia mendekatkan badannya yang tadinya duduk menyandar di sofa, dan kini punggungnya tak bersentuhan lagi dengan sofa.

"Janji? Janji apa?" tanya Lionelle.

"Kenapa kau sangat ingin tahu? Ini rahasia." jawab Lanzo sambil tersenyum.

Lionelle tampak sedikit kesal mendengar jawaban Lanzo. "Apa kalian akan pergi ke suatu tempat bersama?" tanya Lionelle lagi.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now