Hoofdstuk 5 : Vanwege Lanzo

153 14 0
                                    

"Ayah, aku akan menikah dengannya." ucap Leo dengan tatapan biasanya ini sambil berhadapan dengan Ayahnya dan Lionelle. Ayahnya yang mendengar perkataan itu langsung tersedak saat sarapan pagi mereka bertiga sedang berlangsung. Sementara Lionelle yang seperti biasa meminum susu dari gelas kesayangannya, malah menyemburkan susu itu dari mulutnya. Untunglah semburan itu tidak mengenai Leo yang berada berhadapan dengannya. Kalau tidak ia akan dimakan hidup-hidup, batinnya.

"Lionelle, apa aku tidak salah dengar? Ulangi perkataannya Lionelle." ucap Ayahnya yang tampak masih tak percaya dengan anaknya itu.

"U-Um, Ayah aku akan menikah dengannya." ucap Lionelle mengulangi perkataan kakaknya itu sambil meniru-niru suaranya.

Detik selanjutnya, Ayahnya itu sudah seperti seorang pembunuh berdarah dingin yang sedang tersenyum. Ayahnya tersenyum lebar sambil berkata, "Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku, nak. Jadi katakan padaku. Kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran?" tanya Ayahnya.

"Tentu saja karena seks. Tidak lebih dari itu." jawab Leo asal-asalan dengan dingin.

Mendengar itu Lionelle yang sedang meneguk susunya akhirnya menyemburkan susunya untuk kedua kalinya dan berhasil mengenai setelan Leo.

Kakaknya itu tampak sudah mengeraskan rahangnya. Sementara Lionelle terdiam sambil mengatakan, "S-Sorry. My bad." ucap adiknya itu pelan.

"Lionelle, apa kau ingin aku membuang semua susu yang ada di istana ini dan memecahkan gelas sialanmu itu?" ucap Leo tajam sambil memberikan tatapan membunuhnya pada Lionelle.

"Tentu saja tidak! Aku hanya, tidak percaya pada semua ucapanmu. Lagipula kau yang membuatku terkejut sehingga akhirnya itu membuatmu basah.

Membuatmu basah.

Mendengar itu pikiran Leo entah sudah melayang kemana-mana. Sampai akhirnya ia tersadar dan bangkit dari tempat duduknya sambil mengatakan, "Intinya kami akan menikah. Anastasia sudah setuju dan begitu pula denganku." ucap Leo dan hendak pergi.

Kemudian ia menghentikkan langkahnya dan mengeraskan rahangnya sambil berkata, "Aku pasti akan membuat Lanzo pulang, Yah." ucapnya dingin kemudian berlalu.

***

Seminggu telah berlalu sejak kejadian Leo membuat Lionelle menyemburkan susunya dua kali di waktu sarapan pagi yang cerah.

Hari ini adalah kunjungan kedua Anastasia ke istana ini. Tetapi bedanya, kali ini ia sendiri berkunjung, tanpa Ayahnya.

Tak jauh di depannya, kedua mata Anastasia menangkap keberadaan seorang Leonardo Silvijn Vladxeoun yang tengah meneguk teh nya dengan sangat elegan. Ya, tidak salah. Begitulah kehidupan para bangsawan yang berdarah biru.

Anastasia tersenyum seperti biasanya melihat perawakan dingin dan angkuh yang berasal dari pria itu kemudian menghampirinya sambil membawa sebuah undangan berwarna putih yang dihiasi ornamen-ornamen emas.

"Pernikahan ini tak akan berjalan jika Sang Pangeran melewatkan undangannya." ucap Anastasia sambil memberikan undangan itu yang membuat Leo menoleh kemudian menerimanya.

Setelahnya, gadis itu duduk berhadapan dengan pria itu yang masih tampak sibuk memperhatikan undangan itu dengan teliti.

"Bagaimana dengan Lanzo? Apa undangannya sudah sampai ke tangannya?" tanya Leo dingin.

"Seperti yang kau minta." jawab Anastasia sambil tersenyum.

"Bagus. Kalau begitu kau tidak perlu kemari lagi sampai hari pernikahannya tiba. Aku akan beristirahat." ucap Leo datar kemudian hendak bangkit dari duduknya.

Anastasia kemudian buru-buru mendahului pria itu yang hendak melangkah pergi kemudian berdiri tepat didepannya dan tersenyum.

"Apa yang sedang kau lakukan? Minggir, Anna." ucap Leo dingin dengan tatapan tajamnya seperti biasa. Itu sudah satu paket. Seorang Leo dengan tatapan dinginnya serta ucapan dinginnya.

Anna menampakkan senyumannya untuk kesekian kalinya. Leo masih saja menatapnya dengan dingin. "Kenapa memangnya? Apa aku tak bisa berada di depan calon suamiku?" tanya Anna sambil menunjukkan senyuman mautnya.

Leo terdiam sejenak menatap wanita itu.  Ia rasa Anastasia memiliki semacam gangguan jiwa seperti adiknya, Lionelle. Kalau Lionelle adalah penggila susu serta gelas putih kesayangannya itu, maka Anna adalah orang yang selalu menunjukkan senyuman dan tampang menggodanya. Ia memang cantik, Leo tidak bisa berbohong. Senyumannya juga pasti akan membutakan semua pria jika mereka melihatnya.

Bahkan Leo juga hampir terbutakan oleh senyuman maut itu setiap kali wanita itu mengeluarkan jurus jitunya itu.

Leo membuka bibirnya yang terasa mengering kemudian berkata, "Jangan tersenyum padaku, Anna." ucap Leo dengan dingin.

"Kenapa? Apa kau tidak sanggup melihatnya, suamiku?" goda Anastasia sambil menunjukkan senyuman mautnya itu sambil menyentuh dada Leo.

Lelaki itu masih terdiam saja. Detik selanjutnya Leo berkata, "Kau bisa menciumku, menggodaku. Kita juga bisa menikah, tetapi aku ragu akankah aku melakukan hal yang sama padamu. Dari awal aku akan mengingatkanmu, aku tidak menikah denganmu karena kau. Aku menikah denganmu karena Pangeran Lanzo. Aku menikahimu atas nama Lanzo. Apa kau mengerti, Anna? Jadi berhentilah menyia-nyiakan tenagamu untuk menggodaku." ucap Leo.

Dalam hitungan detik, wanita itu mengecup bibir Leo dengan cara yang sangat-sangat sensual kemudian ia berbisik, "Aku semakin menyukaimu. Aku menyukai gayamu yang angkuh dan dingin. Aku menginginkanmu, Leo." bisik wanita itu kemudian tersenyum kembali.

Leo menatapnya tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun.

"Walaupun aku tak tahu jelas apakah keinginan untuk memilikimu itu hanya karena nafsu bejatku ini, atau yang lain. Kita akan melihatnya nanti." sambung wanita itu.

"Berhenti bermain-main denganku, Anastasia. Jika kau terlalu lama bermain-main, aku juga tidak tahu sampai kapan aku bisa menahan diriku. Seekor singa tetaplah seekor singa, tidak peduli secantik apapun ia dihias." ucap Leo dengan tubuhnya yang menegang.

"Benarkah? Aku lebih suka dengan cara itu." balas wanita itu sambil tersenyum.

"Aku kira ada sesuatu yang tidak kau ketahui, Anastasia." ucap Leo dingin dengan sedikit tersenyum miring kemudian menarik pinggang wanita itu, mendekatkan tubuh mereka berdua.

"Kami para Vladxeoun tidak pernah berpaku pada satu wanita. Tidak peduli itu Lanzo, aku, atau Lionelle, pada akhirnya kami memiliki satu kesamaan sifat yaitu seorang brengsek soal wanita. Mungkin Lanzo yang paling menonjol, well, aku tidak bisa menyalahkannya untuk itu. Bajingan itu memiliki paras yang sangat sempurna dengan pesona mata birunya." ucap Leo sambil tersenyum miring.

Kemudian lelaki itu berbisik kepada wanita itu, "Tetapi itu bukan berarti aku berbeda dengannya, Anna. Tidak pernah sejarahnya kami terikat pada satu wanita. Karena kami hanya membutuhkan mereka untuk seks, tidak lebih dari itu." bisik Leo.

"Jadi jika kau mengira dengan pernikahan ini aku akan tertuju hanya padamu, kau salah besar. Pernikahan ini hanya untuk mendapatkan Lanzo. Itulah alasannya kenapa aku melakukannya. Dan aku juga akan memberikan kebebasan kepadamu setelah kita menikah. Jika kau tetap ingin berhubungan dengan pria lain, silahkan. Karena aku rasa aku juga tidak akan setia kepadamu. Setelah pernikahan ini, yang bisa kuberikan kepadamu hanyalah statusmu sebagai istriku, jika kau minta yang lain, aku takut aku tidak bisa menjanjikannya padamu." sambung Leo dingin.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now