Hoofdstuk 46 : De Eerste Zonde

61 6 2
                                    

Setelah itu Lanzo langsung meninggalkan Laila dan mengejar Lou. Sial! Ia telah salah paham terhadap gadis itu, batinnya mengutuk. Bahkan kalau Lanzo bisa terbang ia akan terbang sekarang juga agar ia bisa mengejar Lou secepat mungkin. Ia terus berlari dan berlari sampai akhirnya ia melihat punggung wanita itu. Ia langsung berlari menghampiri Lou dan berhenti didepan gadis itu.

"Minggir," ucap gadis itu dengan tatapan datarnya.

"Aku tahu itu bukan salahmu," ucap Lanzo.

"Minggir kubilang," seru Lou kemudian mendorong dada Lanzo dengan sekuat tenaganya. Tetapi Lanzo tetap berusaha menenangkannya. Gadis itu memukul dada Lanzo berkali-kali dan Lanzo akhirnya berhasil menahan kedua tangan gadis itu.

"Dengarkan aku," ucap Lanzo sambil berusaha menenangkan dirinya. "Ini kenapa kau tidak perlu muncul didepanku. Ini alasannya. Kau sudah melihatnya kan? Kau puas sekarang?" tanya gadis itu dengan kesal sambil memghempaskan tangan Lanzo yang menahan tangannya dan menunjuk lelaki itu. "Aku tidak ingin terlibat denganmu lagi. Camkan itu," ucap gadis itu sambil menekankan kata-katanya dan melangkah menjauh.

"Kenapa kau seperti ini? Kau tidak perlu merasa kesal. Kau tidak perlu marah. Kau tidak perlu menunjukkan reaksi apapun." ucap lelaki itu dengan jantung yang berdebar.

Mendengar perkataan itu langkah kaki Lou terhenti seketika. "Kecuali kau benar-benar jatuh padaku." sambung Lanzo.

Namun gadis itu terdiam dan tidak menjawab Lanzo. Beberapa detik kemudian ia melanjutkan langkahnya dan menjauh. Yang Lanzo rasakan sekarang adalah jantungnya yang berdetak seperti orang gila.

Setelah Lou masuk ke kamarnya, ia langsung mengunci pintu kamarnya. Kemudian ia duduk di ujung ranjangnya dan memegang dada kirinya. Berdetak dengan sangat cepat.

Gadis itu kemudian berbaring. Ia menatapi langit-langit dan bertanya kepada dirinya sendiri. Kalimat itu terekam dengan baik di dalam memorinya. 'Kecuali kau benar-benar jatuh padaku.'

Lou bertanya-tanya. Apakah mungkin ia benar-benar sudah jatuh cinta pada lelaki itu? tanya nya dalam hati.

***

Keesokan harinya, Lou merasa bosan berada di istana terus. Lagipula ia perlu sedikit refreshing untuk mengalihkan perhatiannya dari Lanzo. Jadi dia memutuskan untuk pergi keluar.

Sementara Lanzo, ia belum ada melihat Lou satu harian ini. Dan ketika ia baru saja hendak makan malam, ia melihat gadis itu tengah makan. Lanzo beraksi biasa saja. Ia tetap duduk dibangku biasanya, disebelah gadis itu. Lou tidak mengatakan apapun padanya bahkan meliriknya. Begitu pula dengan Lanzo. Keadaannya hening. Setelah Lou menghabiskan makanannya, ia langsung beranjak tanpa memperdulikan lelaki itu.

Sudah hampir satu minggu penuh mereka tidak menggubris satu sama lain. Lanzo merasa biasa saja. Walaupun terkadang ia masih goyah jika Lou berada disekitarnya, tetapi dia sudah bisa menahan dirinya.

Namun suatu hari Lou merasa sangat ingin mendapatkan perhatian dari lelaki itu. "Kau sangat pendiam belakangan ini." ucap Lou akhirnya dengan susah payah membuka percakapan dengan lelaki itu

Lanzo hanya menatap gadis itu pada mulanya, lalu setelah beberapa detik ia membuka mulutnya. "Lalu?" ucap lelaki itu sambil merasakan jantungnya yang berdetak keras.

"Lupakan saja, aku hanya memberitahu." jawab Lou. "Apa kau tahu kalau perkataanmu itu tidak berguna sama sekali?" tanya lelaki itu dengan nafas yang tidak teratur sambil menatap Lou. Lou hanya bisa terdiam. Kemudian tatapan lelaki itu berpindah ke bibir gadis itu. Lou menyadari hal itu. Beberapa detik kemudian tatapannya beralih lagi menatap kedua mata Lou.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun lelaki itu langsung beranjak dari tempat duduknya dan menyerang Lou. Ia menggigit bibir Lou dengan kasar kemudian melumatnya.

Belum puas dengan itu, lelaki itu langsung menelusuri dada Lou dengan tangannya dan meremas dada gadis itu. Kemudian ditengah ciuman mereka, mereka berdua terengah-engah. Sebelum Lanzo hendak melanjutkan, Lou berbisik pelan. "Jangan disini," ucap gadis itu pelan yang membuat Lanzo sadar kalau mereka sedang berada di ruang tamu.

Tanpa berlama-lama lagi, Lanzo menggendong tubuh kecil Lou dan malah membawanya ke balkon. Lou terkejut, tetapi lelaki itu tidak membiarkannya mengomel sedikitpun. Lanzo langsung kembali melumat bibirnya.

"Ada penjaga di bawah sana," ucap Lou tercekat ditengah ciuman mereka yang terasa panas.

Lanzo membalikkan badan gadis itu yang membuat Lou berpegangan pada railing balkon itu. Lanzo berbisik kepadanya, "Aku tidak peduli." jawab lelaki itu serak.

Kemudian Lanzo membuka dasi yang ia pakai dan mengikatkan dasi itu untuk menutup mata Lou. "Aku tidak suka cara ini." komentar Lou. "Diam, Keenan." balas Lanzo geram.

Detik selanjutnya Lanzo membalikkan tubuh gadis itu lagi sehingga mereka berhadapan. "Aku mau kau jangan bergerak sedikitpun." perintah lelaki itu. "Dan jika aku bergerak?" tanya Lou. "Aku akan menghukummu." jawab Lanzo tepat di telingan gadis itu.

Gerakan pertama yang Lanzo lakukan adalah membuka kemeja yang dipakai oleh gadis itu. Begitu pula dengan bra yang dipakai oleh gadis itu. Kemudian Lanzo tersenyum kecil, dan menelusuri dada gadis itu menggunakan mulutnya. Ia dapat merasakan kedua tangan Lou yang berusaha menganggu penelusurannya yang membuat Lanzo geram.

Lanzo langsung menahan tangan gadis itu ke railing balkon yang ada dibelakang gadis itu. "Taruh tanganmu disitu," ucap lelaki itu. Namun Lou keras kepala dan tetap berusaha meronta. Itu membuat Lanzo menggigitnya dan hal itu sukses membuat Lou mengerang.

"Kau terlalu lasak, Keenan." ucap Lanzo.

Kemudian Lanzo memerintah Lou. "Buka celanamu," perintah lelaki itu. Pertama-tama gadis itu tampak sedikit ragu. Kemudian Lanzo berbisik di telinganya. "Kubilang buka celanamu," bisik Lanzo dan entah kenapa Lou melakukannya. Sekarang ia benar-benar bugil di balkon ini.

Lanzo duduk di salah satu kursi kemudian ia membawa gadis itu ke dalam pangkuannya. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengecup punggung gadis itu.

Kemudian ia menyentuh dada gadis itu dari belakang dengan cara yang sangat sensual yang membuat Lou menumpukan kepalanya di dada lelaki itu. Gadis ini menyerah.

Setelah itu Lanzo memegang tangan Lou dan membawanya ke bagian intim gadis itu. "Biar kutunjukkan kepadamu bagaimana caranya," bisik lelaki itu tepat ditelinga Lou. Tindakan lelaki itu selanjutnya adalah menempatkan tangan Lou dibawah sana dan ia memasukkan jari Lou ke bagian intim gadis itu. Wanita itu mengerang dan menegangkan tubuhnya di pangkuan Lanzo.

Lanzo tersenyum miring melihat gadis itu yang tampak lemah di pangkuannya. Tiba-tiba nafas Lanzo berubah berat, dan dia berbisik lagi. "Sekarang biar kutunjukkan padamu betapa besarnya kau menginginkan aku jauh didalam sana," bisik lelaki itu kemudian ia memasukkan jarinya yang berisi bersamaan dengan jari Lou.

Lou tidak bisa menahannya lagi. Ia mendesah dan ia mengeluarkan jarinya dari dalam sana, membiarkan jari lelaki itu yang menggodanya dibawah sana.

"Oh, Keenan. Kau sangat basah," ucap Lanzo serak sambil menggerakkan jarinya didalam diri Lou.

Tidak cukup sampai situ, Lanzo meremas dada gadis itu dengan tangannya yang beristirahat.

Lou berpegangan pada kursi yang mereka duduki dengan kuat. Sementara Lanzo menambahkan jari yang lainnya lagi pada Lou dibawah sana. Itu cukup untuk membuat Lou menyebutkan namanya.

"Lanzo..." ucap gadis itu mengerang.

Lanzo tersenyum miring dan kemudian berkata, "Louder, baby.. I wanna hear you say it loud."

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O







Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang