Hoofdstuk 42 : Ruimte

59 7 2
                                    

"Sudah berapa kali kubilang kepadamu, Leon? Jangan ganggu orangku." ucap Lanzo. Lionelle menoleh. "Justru karena dia orangmu makanya aku akan menganggunya." balas Lionelle.

"Spesifik," komentar Lanzo.

"Kau pikir aku tidak tahu? Bukankah dia adikmu yang berasal dari Indonesia? Dia terlalu cantik, sama seperti kakaknya yang sangat tampan. Kalian berdua memang menyilaukan." ucap Lionelle yang sempat membuat Lanzo geram karena ternyata Lionelle sudah tahu.

"Jangan sentuh adikku." ucap Lanzo dengan suaranya yang kedengaran tercekat.

"Kau berubah sejak kau menemukan adikmu," komentar Leon.

"Aku serius kali ini. Jangan sentuh dia." ucap Lanzo memperingatkan dengan tatapan matanya yang tampak membara-bara.

"Tapi bagaimana ini? Dia terlalu menawan untuk dilewatkan. Aku takut aku tidak bisa," balas Lionelle sambil tersenyum. Sedetik kemudian Lanzo melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Lionelle.

"Arghh... ternyata kau tahu cara memukul. Itu membuatku semangat." balas Lionelle tertawa sambil mengelap darah segar yang keluar dari ujung bibirnya.

Lanzo menarik kemeja Lionelle dan berkata, "Aku tidak akan membiarkanmu dengan mudah kali ini. Jangan kira karena kau adalah kakakku kau bisa menyentuh milikku." ancam Lanzo dengan amarahnya yang membara.

Sedetik kemudian Anna yang melihat mereka langsung berlari menghampiri mereka berdua. "LANZO, APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN??!" teriak Anna terkejut sambil berusaha melepaskan tangan Lanzo dari kemeja Lionelle.

"Ada apa dengan kalian berdua??!" tanya Anna. Lionelle hanya tertawa. "Aku tak sabar untuk mengganggunya lagi, Lanzo!" seru Lionelle. Sementara Anna langsung membawa Lionelle pergi dari situ.

Ketika mereka sudah pergi, Anna bertanya kepada Lionelle. "Apa yang kau katakan sehingga dia sangat marah?" tanya Anna bingung. "Adik Lanzo terlalu menawan untuk dilewatkan." jawab Lionelle sambil tertawa.

"Ya ampun, Lionelle. Bisakah kau tidak usah menganggu orang lain? Kurasa kau menjadi semakin gila semenjak Nebula pergi meninggalkanmu." omel Anna.

***

Hari itu juga Lanzo langsung bergegas menghampiri Lou. Seketika matanya menangkap Lou yang sedang bekerja dengan pelayan lainnya. Dengan nafas yang tidak teratur ia berkata, "Keenan." panggilnya yang membuat pelayan lainnya menunduk hormat. Namun gadis itu menoleh dan terdiam seperti layaknya orang bodoh yang membuat Lanzo langsung menarik tangannya dan membawa gadis itu ke dalam kamarnya.

Lanzo menutup pintu dan mendekat menghampiri gadis itu. "Kau," ucap Lanzo rendah sambil terus melangkah mendekati gadis itu yang membuat gadis itu mundur hingga punggung mungilnya menabrak dinding.

"Mulai besok kau tidak perlu bekerja disini lagi." ucap Lanzo. Gadis itu tampak heran. Akhirnya ia bersuara. "Memangnya apa salahku?" tanya Lou.

"Aku tidak suka melihatmu." ucap Lanzo akhirnya. Gadis itu sempat terdiam, dan akhirnya ia berkata, "Jika kau tidak suka melihatku, maka tidak usah hiraukan aku. Kenapa aku tidak boleh bekerja disini?" tanya gadis itu sedikit sedih.

"Aku tidak suka melihatmu." jawab Lanzo.

"Ternyata selama ini aku salah menilaimu. Kau adalah salah satu orang yang tidak memiliki perasaan sama sekali." jawab gadis itu.

"Memangnya aku perlu penilaianmu? Kau tidak memiliki hak untuk menilaiku. Memangnya siapa kau?" jawab Lanzo dingin.

"Aku benci melihat bangsawan sepertimu. Kau seperti sampah. Sombong, angkuh, dan terlebih lagi, mata birumu itu sangat menyebalkan!" bentak gadis itu akhirnya mendorong Lanzo sekuat tenaga. Ia berjalan menuju pintu kemudian menghantam pintu itu.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz