Hoofdstuk 50 : De Gelofte van Lanzo

49 6 1
                                    

"Kenapa kau tampak sangat kusut?" tanya Anna kepada Leo. Lelaki itu menoleh padanya. "Lanzo terlibat dalam kasus penggelapan," jawab lelaki itu sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Anna sempat terdiam. "Mungkin kau salah paham, tidak mungkin dia melakukan itu." balas Anna.

"Aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Anna. Ia yang mengaku kepadaku. Dan Lionelle sudah tahu ini," ucap Leo.

"Tidak mungkin Lionelle akan berbuat yang aneh-aneh kepada Lanzo, mereka berdua tidak seperti itu." balas Anna.

"Lionelle pasti akan menyudutkannya. Aku tahu betul sifat Lanzo dan Lionelle. Dan ini pertama kalinya aku melihat mereka berdua sedendam ini dengan satu sama lain. Kedua mata mereka memancarkan ambisi yang kuat. Dan yang membuat mereka seperti ini adalah gadis itu." ucap Leo.

"Maksudmu Lou?" tanya Anna.

Leo mengangguk. "Lanzo bahkan memintaku untuk mengizinkan gadis itu keluar dari sini, bila suatu hari nanti Lionelle benar-benar menyudutkan Lanzo." jawab Leo.

"Biarkan aku yang bicara dengan Lionelle," ucap Anna. Leo langsung menoleh padanya. "Tidak boleh." jawab lelaki itu cepat, mengingat Lionelle pernah juga menganggu Anna.

"Kenapa?" tanya Anna.

"Lou saja sudah cukup, aku tidak mau istriku juga ikut diganggu oleh Lionelle." jawab Leo.

"Aku saja yang berbicara dengannya nanti," sambung Leo.

***

Leo menghampiri Lionelle yang tampak sedang meneguk wine miliknya. "Leon," panggil Leo kemudian ia duduk disamping lelaki itu. Leon mengambil gelas untuk Leo dan menuangkan anggur untuknya.

"Sudah lama kita tidak minum bersama," ucap Lionelle.

Lionelle sudah tampak setengah sadar. Leo meneguk anggur tersebut kemudian meletakkan gelasnya kembali. "Kak, mana dia? Apa dia melarikan diri dengan adiknya?" tanya Lionelle setengah sadar. Leo menatapi Lionelle yang tengah mabuk.

"Kenapa kau berubah? Kau tidak seperti ini waktu itu," ucap Leo bertanya. Lionelle tertawa. "Aku berubah? Apa bedanya aku yang dulu dengan yang sekarang? Aku akan tetap menjadi anak Ayah yang tidak pernah ada di matanya." jawab Lionelle sambil tertawa.

Leo menatap Lionelle. "Kau pasti sudah gila," ucap Leo sambil menggertakkan giginya.

"Aku gila? Kenapa? Bukankah memang benar? Ayah selalu melihat Lanzo, setiap hari ia terus-terusan mengeluh padaku jika ia ingin melihat Lanzo. Dan kau? Ayah selalu saya percaya padamu dan ia selalu memujimu. Tetapi ia tak pernah melakukan itu padaku!" seru lelaki itu sambil menunjuk-nunjuk Leo dengan jari telunjuknya.

"Lionelle, cukup." ucap Leo.

"Ini pertama kalinya aku akan merebut apa yang sangat disayangi Lanzo. Dan aku akan mendapatkannya meskipun aku mencuri darinya." ucap lelaki itu.

"Kubilang cukup!" bentak Leo.

"Kau.. bila kau benar-benar melakukannya, aku tidak akan menganggapmu sebagai adikku lagi." sambung Leo dengan marah.

"Kenapa kau membelanya?! Kenapa semua orang membelanya?! Bahkan jika dia salah, kenapa kau membelanya?! Apa kau tidak melihatku?!" balas Lionelle tidak terima.

Leo berusaha menenangkan pikirannya. "Aku juga adikmu! Aku juga anak Ayah! Aku juga perlu dibela!" seru lelaki itu dengan tidak sadar sampai ia mengeluarkan air matanya.

"Kau benar. Kau memang adikku. Kau juga anak Ayah, kau benar. Tetapi Lanzo berbeda dari kita. Ibu kita, Ibu kita sudah bersalah besar pada Ibunya. Apa kau tahu bahwa Ibu yang dengan sendirinya mengatakan pada Lanzo bahwa dia bukan anaknya?" ucap Leo sambil mengeraskan rahangnya.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now