Hoofdstuk 64 : Zussen Vechten

40 6 2
                                    

Malam itu Lou memakai seragam pelayan kemudian menyelinap masuk kedalam istana. Hanya Lionelle dan Rafael lah yang mengetahui hal ini.

Jika saja rencana yang menjijikkan ini ketahuan dan Lou terekspos terang-terangan apalagi ketika ia memakai seragam pelayan yang menjijikkan ini ia akan langsung memenggal kepala Lionelle.

Akhirnya Lou berjalan sambil menunduk seperti layaknya seorang pelayan kemudian ia menuju kamar lelaki itu.

Lou sedikit heran. Pintu kamarnya terbuka lebar begitu saja, jadi Lou memutuskan untuk masuk dengan leluasa.

Sedetik kemudian, Lou mendengar suara langkah kaki yang membuatnya waswas dan ia segera bersembunyi dibalik sebuah lemari besar.

Dan benar saja, tak sampai beberapa saat kemudian, langkah kaki itu memasuki kamar ini. Pasti itu adalah Lanzo, batin Lou. Ia sangat ingin melihat lelaki itu secara langsung, tetapi dia tidak bisa!

Lanzo tidak boleh tau kalau dia ada disitu!

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dan Lionelle masuk.

Lou mengintip mereka berdua. Tentu saja Lionelle sadar Lou sedang mengintip mereka.

"Sudah beberapa hari, apa kau merasa lebih baik?" tanya Lionelle pada Lanzo. Lelaki itu menghembuskan nafasnya. "Aku sangat lelah." jawab lelaki itu mengeluarkan suaranya.

"Kau tampak tidak bersemangat beberapa hari ini. Kau bahkan mengunci dirimu dikamar selama 24 jam." ucap Lionelle.

Lelaki itu kemudian membaringkan tubuhnya begitu saja di atas tempat tidur. "Kepalaku sakit," balas lelaki itu singkat.

"Kau ini, bila kau begini terus bagaimana jika adikmu melihatmu?" tanya Lionelle. Lanzo menghembuskan nafasnya pelan. "Lalu? Nyatanya dia juga tidak kunjung datang melihatku," jawab Lanzo kecewa.

Mendengar itu Lou merasa sangat terpukul. Bagaimana aku bisa menghadapimu? batin gadis itu. Aku adalah adik tirimu yang menaruh perasaan padamu, tetapi kau malah menyukai kakak angkatku. Aku tidak sanggup melihatmu, batin Lou.

"Memangnya kau pernah mencarinya?" balas Lionelle. "Aku tidak pernah tidak mencarinya." jawab Lanzo.

"Jika aku sudah mencari tahu semua kejanggalan kematian Keenan, aku akan keluar dari sini." sambung Lanzo.

"Apa kau gila??" tanya Lionelle tidak percaya.

"Kurasa begitu," jawab Lanzo singkat.

"Lalu apa setelah itu? Kau mau kembali menjadi pemilik casino-casino itu?" tanya Lionelle.

"Aku bisa menyuruh orangku mengurus itu untukku. Aku hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan," jelas Lanzo.

"Setelah kasus ini selesai, maka tidak ada lagi yang ingin kulakukan. Aku akan fokus mencari adikku." sambung Lanzo.

"Aku setuju denganmu, tetapi kenapa kau harus menjauh dari kami?" tanya Lionelle tidak mengerti.

"Aku tidak menjauh. Aku hanya perlu waktu sendiri." jawab Lanzo.

***

"Bukankah kau sudah menguping cukup jelas tadi? Ia membutuhkanmu sekarang. Ia membutuhkan adiknya sekarang. Lalu kenapa kau masih bersembunyi?" tanya Lionelle kesal tak karuan melihat Lou.

"Lupakan saja. Aku tidak mau bertemu dengannya. Kalau tidak ada yang lain, aku pergi sekarang." ucap Lou kemudian berlalu begitu saja.

***

Saat itu Lionelle bertemu dengan Leo secara pribadi. Ia masuk ke ruangan Leo dan mengeluarkan kancing itu. "Aku menemukan barang bukti." ucap Lionelle.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now