Hoofdstuk 7 : Een Nachtmerrie

130 12 0
                                    

Lanzo terdiam mendengar ucapan wanita yang berada tepat disebelahnya ini. Kemudian lelaki itu tersenyum lagi dan berkata, "Aku akan berpura-pura aku tidak pernah mendengar semua perkataanmu itu, Anna." ucap lelaki itu sambil tersenyum miring kemudian berlalu.

Ia tak mungkin memercayai perkataan seperti itu. Lagi pula, lupakan saja. Ia harus sudah mulai melupakan segala hal tentang Leo, batinnya.

"Cainnessio." panggil seseorang yang tak lain adalah Lane. Lanzo menoleh kepada Ayahnya itu. Ia langsung menghampiri Ayahnya kemudian memeluknya. "Kau sangat lama kembali, nak. Kami semua merindukanmu." ucap Ayahnya itu hangat.

"Benarkah, Yah?" tanya Lanzo.

"Tentu saja. Bahkan Leo diam-diam berusaha menyelidiki keberadaanmu beberapa tahun belakangan ini. Apa kau sudah bertemu dengannya?" tanya Lane.

Lanzo melepaskan pelukannya. "Sudah. Tetapi dia belum melihatku." jawab Lanzo.

"Kau harus menyapanya, nak. Ia merasa kehilangan beberapa tahun belakangan ini. Sejak kejadian itu, Leo tidak pernah tersenyum. Ia berubah menjadi seseorang yang sangat dingin." ucap Lane.

"Kau tahu kemampuanku, Yah. Aku akan membuat dia emosional hanya dalam hitungan menit." canda Lanzo.

Lane tiada hentinya menatapi wajah putranya itu. "Kau sangat mirip dengan Ibumu." kalimat itu terucap dari mulut pria tua itu.

Lanzo terdiam sejenak. "Tidak mungkin. Aku seratus persen mirip dengan Ayah." potong lelaki itu cepat.

"Apa kau marah padanya?" tanya Lane sambil tersenyum hangat.

"Aku membencinya, Yah. Aku membenci bahwa kenyataan aku tidak tahu kalau dia adalah Ibuku. Aku benci dengannya karena dia mengetahui aku adalah putranya, tetapi sekalipun apakah dia pernah memperlakukanku seperti anaknya? Atau memberikanku kasih sayang? Dia hanya pergi begitu saja." jawab Lanzo sambil menghembuskan nafasnya.

"Nak, kau tidak tahu perjuangannya. Arus yang telah dilaluinya. Ia memiliki hidup yang berat. Dan ia sangat mencintaimu." ucap Lane. Mendengar itu Lanzo hanya tersenyum simpul.

"Yah, aku kesini bukan hanya untuk pernikahan Leo. Aku kesini untuk meminta izinmu." ucap Lanzo sambil tersenyum.

"Izin untuk apa?" tanya Lane.

"Aku akan tinggal disini hanya selama beberapa hari. Setelah itu aku akan pergi lagi, Yah. Aku ingin.. bebas." ucap Lanzo.

Lanzo langsung dapat menangkap ekspresi Lane yang berubah menjadi sedih. Tetapi kemudian Ayahnya itu tersenyum dan berkata, "Lakukanlah sesukamu-"

"Tidak ada satupun orang yang akan pergi kemana-mana." potong Leo dengan dingin. Itu sukses membuat Lanzo menoleh pada kakaknya itu. Leo tampak berbeda, batinnya.

Lanzo menunjukkan senyuman khasnya kepada Leo kemudian menghampirinya. "Selamat atas pernikahanmu." ucap Lanzo.

Leo masih terdiam. Tidak menjawab apa-apa. Ia merasa kaku seketika bertemu dengan orang itu. Bertemu dengan Lanzo membuatnya merasa seakan-akan dialah kakak terburuk yang pernah ada di dunia ini.

Kemudian setelah mengatakan itu, Lanzo berbalik darinya dan menghampiri Ayah mereka lagi. "Bagaimana pendapatmu tentang yang tadi, Yah?" tanya Lanzo.

"Baiklah, lakukan semaumu, nak. Kalau memang itu yang kau inginkan." jawab Lane pasrah.

Mendengar itu amarah Leo naik seketika. Ia sudah mempertaruhkan kehidupan rumah tangganya demi mencari anak sinting ini! Dan sekarang ia mau pergi begitu saja??! Tidak boleh! batin Leo.

"Jika kau pergi dari istana ini, maka selamanya kau tidak akan bisa menginjakkan kaki disini lagi. Apa sudah cukup jelas?" ucap Leo dingin.

Lanzo tersenyum kepada Leo. Melihat senyuman anak itu, ia terdiam sejenak. "Maaf, Leo. Tetapi aku pergi atau tidak, itu diluar urusanmu. Aku memiliki hakku untuk memilih apa yang harus kulakukan." ucap Lanzo.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang