Hoofdstuk 37 : Vergeef Me

68 7 2
                                    

"D-Dipecat?? Anu, Tuan, tolong maafkan saya. Saya-"

Lanzo tersenyum kepada gadis itu. "Tenanglah, bukan aku yang memecatmu. Jika tadinya itu gelasku, aku tak akan peduli. Tetapi kau baru saja memecahkan gelas kesayangan Pangeran kita." ucap Lanzo terkekeh.

Mendengar itu, gadis itu masih menunduk dan terdiam. Seketika, air matanya mengalir dan Lanzo yang tengah tersenyum miring langsung berhenti tersenyum dan menatap gadis itu.

Lanzo terdiam seketika. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Dan mengapa gadis ini harus menangis? Lanzo jadi merasa buruk.

Detik selanjutnya, Lanzo tersenyum hangat dan berkata, "Pergilah, bawa nampan itu. Aku akan membereskannya." ucap Lanzo sambil tersenyum.

Gadis itu tampak terkejut dan ia masih saja terdiam tak melakukan apa-apa.

"Percayalah padaku. Pergilah sekarang jika kau masih ingin bekerja disini." ucap Lanzo sambil membantu gadis itu berdiri.

"Tapi.."

"Pergilah, dan jangan mudah menangis." sambung Lanzo sambil memberikan senyumannya.

Gadis itu langsung membungkuk dan menghormat, kemudian ia berkata, "Terima kasih!" ucapnya kemudian mengambil nampan itu dan berlari.

Lanzo yang melihatnya hanya terkekeh. Ada-ada saja pelayan baru sekarang, batinnya.

Kemudian Lanzo memanggil seorang pelayan lain untuk membersihkan tumpahan susu itu.

***

Lionelle dan Lanzo sedang duduk berdua di ruang tamu dan Lionelle yang tadinya bersandar di sofa akhirnya merasa kesal dan ia memanggil seorang pelayan.

"Kenapa kalian sangat lama membuat susuku?" tanya Lionelle yang tampak sedikit kesal. Lanzo menoleh dan Lanzo langsung tersenyum miring.

Pelayan itu dengan takut menjawab, "Y-Yang Mulia, kami tidak dapat melihat gelas putih yang biasanya." jawab pelayan itu.

Tak sampai sedetik, Lionelle langsung bangkit dari sofa dan ia tampak sangat murka. "APA??!" bentak Lionelle dengan ekspresi wajahnya yang tampak sangat kesal.

Lanzo langsung ikut berdiri dan terkekeh. "Leon, duduklah. Tidak seperti sebentar lagi kiamat sudah mau terjadi." canda Lanzo.

"Diam, Lanzo! Aku sedang mengkhawatirkan gelasku." balas Lionelle yang tak perduli lagi dengan candaan Lanzo.

"Aku tidak mau tahu, kalian harus membawa gelas putihku ke depan hadapanku. Hari ini juga." ucap Lionelle kepada pelayan itu.

"Baik, Yang Mulia. Kalau begitu saya permisi." ucap pelayan itu kemudian berlalu.

"Leon, maafkan aku tetapi gelas kesayanganmu sudah tiada." ucap Lanzo sambil hendak menyemburkan tawanya yang meledak.

Lionelle langsung menatapnya dengan ekspresi kesal.

"Tadi aku tak sengaja menjatuhkannya." sambung Lanzo.

"Ck, Lanzo. Kau tahu kan kalau aku sangat susah mendapatkan itu??" tanya Leon sambil menghembuskan nafasnya.

"Tidak," jawab Lanzo sambil tersenyum.

Leon menghembuskan nafasnya sekali lagi. "Lanzo yang rupawan, biar kukatakan kepadamu. Aku mendapatkan gelas itu dengan bersusah payah, kau mengerti??" jawab Lionelle.

"Tentu," balas Lanzo.

"Jadi sekarang aku mau gelas itu kembali ke hadapanku. Tidak peduli apapun." ucap Lionelle.

"Oops.... aku sudah menyuruh pelayan untuk membuangnya. Toh juga sudah pecah menjadi berkeping-keping." jawab Lanzo.

"Kau apa???!!!!!"

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now