Hoofdstuk 61 : Levenstheorie

44 5 6
                                    

"Bagaimana keadaan Anna?" tanya Lanzo kepada Leo saat lelaki itu baru saja sampai. Leo tampak sangat murka, kemudian menjawab. "Dia koma," jawab Leo sambil menatap Lanzo.

Sementara Lionelle yang berada disitu, diam saja. Lelaki itu tidak bersuara sedikitpun. Ia tahu siapa dalang dibalik semua ini. Laila. Bukankah Lionellr sudah memperingatkan wanita ini kemarin? Kenapa Anna bisa sangat keras kepala? batinnya heran.

Seketika Leo membuka suara. "Jika aku menemukan orang yang melakukan ini padanya aku akan membunuhnya." ucap Leo dengan penuh tekad.

Dan disaat itu juga, seketika Laila memasuki ruangan itu. Dengan memasang tampang tidak bersalah, ia buru-buru memghampiri Anna yang terletak tak berdaya dan pura-pura berakting.

Lionelle masih diam saja. Untung orang yang mengetahui celamu itu bukan Lanzo, batin Lionelle. Pria itu tidak berencana memberitahu tindakan kejahatan Laila kepada siapapun. Ia tidak mau terlibat dalam drama Laila-Leo-Anna. Sudah cukup ia mendaftarkan diri dalam drama Lanzo dan adik Lanzo, batinnya.

"Apa yang terjadi kepadanya?" tanya Laila dengan histeris. Leo masih termenung dalam kesedihan. Dan Lanzo, lelaki itu menatap sinis Laila, mengingat Laila pernah menganggu Lou.

Dan disinilah fungsi Lionelle. "Kau lihat saja sendiri," ucap Lionelle kesal melihat betapa bodohnya wanita bernama Laila ini. Sudah jelas-jelas Anna tak sadarkan diri, dan masih bisanya ia bertindak begitu.

Seketika saja ponsel Lionelle berdering, dan Lanzo sontak langsung menoleh pada Lionelle. Lionelle juga menoleh pada Lanzo.

"Aku permisi," ucap Lionelle kemudian beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Sedangkan Lanzo, ia pun bangkit dan mengikuti Lionelle. Sesampainya diluar, Lanzo langsung mengejar Lionelle. "Itu dia?" tanya Lanzo penasaran hebat.

Lionelle mengangkat bahunya tidak tahu. "Berikan kepadaku," ujar Lanzo dan Lionelle memberikannya saja. Lanzo mengangkat panggilan itu, dan betapa terkejutnya dia ketika ia mendengar suara yang dapat membuatnya merinding itu.

"Cainn." ucap suara itu dari seberang seakan-akan ia tahu Lanzo lah yang mengangkat panggilan itu. Suara gadis itu terdengar datar. Tidak ada sesuatu yang spesial daro suaranya. Namun benar saja, jantung Lanzo berdetak dengan tidak teratur ketika ia mendengar suara itu memanggil namanya.

"Siapa kau?" tanya Lanzo langsung, terbangun akan lamunannya. "Well, who do you expect me to be?" balas suara itu yang lama kelamaan berubah menjadi dingin.

Lanzo terdiam seketika. "Dengar. Berhentilah bermain-main dan keluarlah sekarang." ucap Lanzo tanpa berbasa-basi.

"Tidak perlu terburu-buru, kak. Kau dan aku memiliki banyak waktu." balas suara itu dengan suara mengintimidasi.

Kak.

Kata itu nyaris membuat Lanzo membeku. Baru kali itu ia dipanggil dengan sebutan itu. Namun detik selanjutnya Lionelle menepuk pundak Lanzo yang membuatnya tersadar kembali. Dan saat Lanzo menjawab suara itu, panggilannya sudah terputus begitu saja.

Ini benar-benar membingungkan, batin Lanzo heran.

"Apa katanya?" tanya Lionelle. Lanzo menggeleng seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi. "Tidak ada," jawabnya cepat kemudian mengajak Lionelle kembali.

***

"Iya, sebentar!" seru Nebula mendengar suara bel berbunyi berkali-kali. Ia buru-buru membuka pintu dan betapa terkejutnya ia ketika ia melihat Lionelle berdiri tepat di depannya. "L-Lionelle," ucap gadis itu gugup. Lionelle langsung melangkah masuk tanpa mengatakan apapun. Kemudian detik selanjutnya Nebula mengikuti lelaki itu dan menutup pintu. "Apa kau mencari Lou?" tanya Nebula gugup.

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now