Hoofdstuk 12 : Echtscheiding

115 9 0
                                    

Berkali-kali Anna mencoba untuk menutup matanya, tetapi ia benar-benar tidak bisa melakukannya tidak peduli berapa kalipun ia mencoba! Ya ampun, betapa ia ingin pulang ke sisi Ayahnya, dan keluar dari istana ini. Ia tidak menyangka menikah akan menyiksa tidurnya seperti ini.

Anna akhirnya memutuskan untuk bangkit dari tidurnya, kemudian ia melangkah keluar dari kamar Nebula. Tentu saja bukan untuk kembali ke kamarnya. Ralat. Kamar Leo.

Ia bahkan tidak tahu kemana ia berjalan-jalan disekeliling istana yang megah ini hingga akhirnya ia melihat seseorang yang memiliki postur tubuh yang sangat akrab baginya. Tidak salah lagi. Orang itu adalah Lanzo.

Sebelum Anna sempat menyapanya, lelaki itu sudah tersenyum terlebih dulu kepada Anna.

"Untuk apa seorang wanita yang anggun menyelinap di tengah malam begini?" ucap Lanzo sambil tersenyum miring. Anna tersenyum sambil tertawa.

Kemudian Anna berdiri tepat disebelah lelaki itu. "Dan untuk apa seorang pria sepertimu masih disini tengah malam begini?" balas Anna sambil tersenyum.

Lanzo tersenyum miring. "Bukan Anastasia namanya jika kau tidak bisa membalas perkataanku. Dan kau selalu melakukannya." ucap Lanzo sambil tertawa rendah.

"Ini spot favoritku. Dimana aku bisa melihat indahnya pemandangan diluar dari atas sini." sambung Lanzo.

"Terlihat indah." ucap Anna menanggapi.

Lanzo tersenyum dengan manis. "Kau tahu? Aku merindukan masa-masa dimana aku berada di luar sana, entah dimanapun itu dan dengan identitasku sebagai Dean." ucap Lanzo.

Anna tertawa. "Kau tahu? Kau orang yang paling aneh di dunia ini, Cainnessio Lanzo. Beribu-ribu orang diluaran sana malah berebut-rebut untuk menjadi seorang Pangeran. Dan lihatlah dirimu, kau malah berusaha membuang jauh-jauh posisi berharga itu." balas Anna.

"Anna, aku senang dengan kau yang menganggap dirimu sebagai adikku. Dan kau yang menganggapku sebagai kakakmu. Tetapi aku akan lebih senang jika aku menemukan adikku." ucap Lanzo sambil tersenyum.

Anna menoleh seketika. "Apa maksudmu? Jangan bilang, kau memang memiliki seorang adik?" tanya Anna terkejut.

"Hanya kau orang yang kuberitahu ini. Ayah bahkan belum tahu. Kuharap kau tidak mengecewakanku dan membuat hal menjadi kacau, adik manis." jawab Lanzo sambil tersenyum miring.

"Jadi selama ini, kau menjadi Dean untuk mencari keberadaannya?" tanya Anna.

Lanzo menoleh kemudian tersenyum. Ia menarik nafasnya kemudian membuka mulutnya dan berkata, "Waktu itu aku berumur 16 tahun, ketika Ibuku meninggalkan istana ini. Hingga beberapa bulan, masih ditahun yang sama, aku juga pergi melakukan hal yang sama. Meninggalkan istana ini. Setelah aku mencari selama 7 tahun lamanya, aku menemukan keberadaan Ibuku. Kau tahu dimana aku menemukannya? Negara asalnya. Indonesia. Dan aku mendengar kabar bahwa ketika ia meninggalkan istana, ia sudah mengandung adikku yang berusia 3 bulan. Aku pun menyelinap ke dalam rumah kecil itu, seperti seorang pencuri. Untuk pertama kalinya, aku melihatnya. Adikku. Aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Aku bahkan tidak tahu jenis kelamin nya. Aku memang kakak yang buruk. Dua hari kemudian ketika aku kembali ke rumah kecil yang ditempati mereka, mereka sudah menghilang tanpa satu jejak pun. Mereka bagaikan ditelan bumi. Tidak ada yang tahu keberadaan mereka lagi. Hingga sampai sekarang 13 tahun lamanya, aku tidak pernah menemukan mereka lagi." ucap Lanzo menceritakan pengalaman hidupnya itu.

"Aku tidak menyangka usaha kerasmu selama 13 tahun ini sebagai Dean demi mencari keberadaan adikmu." balas Anna.

"Aku turut sedih mendengarnya." sambung Anna.

Lanzo tersenyum. "Kenapa kau dan Leo tidak tidur bersama? Perdebatan suami istri ya?" tanya Lanzo sambil tersenyum miring.

"Darimana kau tahu? Nebula?" balas Anna heran.

"Apa yang bisa lolos dari penglihatanku?" jawab Lanzo percaya diri.

Anna menghembuskan nafasnya sedikit kasar. "Hanya perdebatan kecil. Kau tahu? Kakakmu terlalu egois." balas Anna.

"Egois? Mungkin 50 persen benar." komentar Lanzo.

"Mungkin nantinya aku akan bercerai saja dengannya. Lama kelamaan aku merasa hampir gila jika hidup dengan seseorang seperti Leo." timpal Anna.

"Kau-"

"Katakan sekali lagi dengan lantang." potong Leo yang tiba-tiba muncul dengan aura dinginnya. Lanzo tidak melakukan apa-apa melainkan tersenyum. Sementara Anna sudah tampak membeku di tempatnya.

Leo masih saja memfokuskan pandangannya pada wanita itu yang sudah tampak hampir pingsan akibat tatapan membunuh Leo.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Leo menarik pergelangan tangan wanita itu dengan kasar kemudian membawanya pergi.

Leo tidak mengatakan apa-apa dan tetap menarik pergelangan tangan wanita itu. "Leo lepaskan tanganku, kau menyakitiku." ucap Anna sambil berusaha lepas dari Leo.

Tetapi tampaknya usahanya itu nihil. Leo juga tidak mendengarnya maupun memperdulikannya.

Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Anna membentak lelaki itu. "Leo, lepaskan!!" bentaknya. Lelaki itu menghentikkan langkahnya kemudian menoleh kepada Anna.

Lelaki itu melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Anna kemudian mendekati wanita itu.

"Kenapa kau selalu saja membuat masalah??" ucap lelaki itu sambil mengeraskan rahangnya. Anna melangkah mundur karena lelaki itu berjalan mendekatinya.

"Kau sudah menghancurkan kehidupanku. Sejak aku bertemu denganmu di klub sialan itu, kau sudah menghancurkan kehidupanku. Aku sial bertemu denganmu." ucap lelaki itu dingin.

"Dan sekarang kau bertingkah seenaknya? Kau tidak akan bisa melakukan itu lagi mulai sekarang." sambung Leo dingin.

"Di kediamanku aku bisa melakukan semua hal seenaknya. Kenapa disini tidak bisa? Apa istanamu yang besar ini tidak bisa memberikanku semua hal yang kumau? Sangat disedihkan." sindir Anna tepat sasaran.

Mata lelaki itu menggelap kemudian ia menyudutkan Anna ke dinding secara kasar.

"Aku bisa merobohkan kediamanmu yang tidak seberapa itu dan menghancurkan bisnis ayahmu jika kau memang mau. Hati-hati dengan mulutmu, wanita." ucap Leo dingin.

"Benarkah? Sayang sekali. Aku mendapatkan mulut ini untuk berbicra. Maaf jika aku menyinggung seorang Pangeran. Aku tidak sengaja." balas Anna.

"Sebenarnya apa maumu? Kau yang memaksaku menikah denganmu dan kenapa setelah pernikahan ini kau berubah? Perubahanmu membuatku benci melihatmu. Jika kau seorang wanita yang angkuh seperti bagaimana kau bertingkah di klub malam itu, maka tetaplah seperti itu. Kenapa kau sekarang menjadi orang yang berbeda? Jangan memakai topengmu padaku." ucap Leo.

"Aku salah menilaimu waktu itu. Kukira kau adalah orang yang menyenangkan. Ternyata tidak. Kau sangat membosankan. Bahkan aku muak melihat wajahmu. Jadi mari kita cerai saja." jawab Anna sambil tersenyum mematikan.

"Kau mau cerai? Baik, aku akan menceraikanmu jika itu yang kau mau." balas Leo dengan rahangnya yang mengeras.

"Lebih tepatnya aku yang menceraikanmu. Bukan kau yang menceraikanku. Jangan salah paham." balas Anna.

"Persetan dengan siapa yang menceraikan siapa. Tapi dengan satu syarat. Perceraian ini hanya kita berdua yang tahu. Dan kau tetap tinggal di istana ini. Aku tidak mau melihat Sang Raja pingsan karena berita kau menceraikanku atau apapun itu. Tetapi tenang saja, kalau kita bercerai aku tidak akan menganggumu lagi sedikitpun. Aku tidak akan pernah memanggilmu istriku atau apapun itu dan kau bisa pergi sesukamu dengan siapapun. Aku tidak akan peduli lagi denganmu. Hanya kau tetap tinggal disini sebagai ganti kau meminta perceraian ini." jawab Leo.

"Setuju. Aku akan mengurus semuanya dan pegang kata-katamu. Jangan pedulikan aku lagi. Terserah padaku aku mau berkencan dengan siapapun bahkan jika itu saudara kandungmu. Begitu pula dengan kau." balas Anna kemudian berlalu.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Where stories live. Discover now