Chap 03

2.4K 226 5
                                    

Seharian ini Yuuto menghabiskan waktunya bersama Osamu hingga malam hari. Saat ia pulang, di rumah sudah ada Naoki yang sedang menunggu sang adik. Yuuto mengabaikannya dan berjalan masuk ke kamar. Yuuto tau kalau ia harus meminta maaf pada sang kakak, tapi Yuuto masih sangat kesal dengannya. Begitu masuk kamar, Yuuto menutup pintu dan menguncinya.

"Yuuto buka pintunya, biarkan kakak masuk dan bicara padamu. Yuuto..."
Berulang kali Naoki mengetuk pintu dan memanggil Yuuto agar adiknya itu mau membuka pintu, namun Yuuto mengabaikannya.

"Ada apa Naoki? Apa kalian bertengkar?" Tanya sang mama kepada Naoki.

"Sepertinya begitu ma..." Ujar Naoki dengan lemahnya.

"Jarang sekali kalian bertengkar. Naoki bisa ikut mama sebentar, ada hal yang ingin mama bicarakan padamu." Lalu Naoki mengikuti mamanya ke ruang santai.

"Ada apa ma?" Tanya Naoki.

"Apa yang kamu lakukan sampai Yuuto marah padamu?" Tanya balik mama.

"Tadi pagi kita tidak sengaja bertemu dan aku menyuruhnya pergi, tapi Yuuto bersi keras tidak mau pergi lalu aku menamparnya."

"Sudah sangat lama bukan kalian tidak bertemu, kau juga tidak bisa dihubungi. Yuuto sangat merindukan mu, dan sepertinya dia sangat membutuhkan mu. Anak itu sangat dekat denganmu dibandingkan mama dan papa, dia lebih mendengarkan perkataan mu. Kau tau itu kan? Selain itu, akhir akhir ini Yuuto nampak berbeda. Dia slalu pulang sekolah cepat, dan dia terlihat muram. Awalnya mama dan papa mengira mungkin karena kalian tidak bertemu.

Semakin hari dia semakin suram, Yuuto yang slalu berangkat sekolah pagi pagi, sekarang dia mulai bermalas malasan. Mama mulai berpikir, mungkin ada sesuatu yang terjadi di sekolahnya. Dan mama pun pergi ke sekolah menemui gurunya Yuuto. Dan rupanya Yuuto di kucilkan oleh semua teman temannya, semua menjauhinya dan tidak mau lagi berteman dengannya. Alasan mereka, karena mereka tau bahwa kau seorang yakuza. Mungkin saat itu dia butuh kamu, tapi kamu tidak pernah ada. Yuuto tidak pernah mengatakan apa pun pada kami. Lalu tadi dia bertemu denganmu, pasti dia sangat bahagia. Tapi kau mengusirnya bahkan sampai menamparnya, anak itu sekarang pasti berpikir tidak ada siapa siapa lagi yang bisa di andalkannya."

"Maafkan aku ma, tapi aku memang sangat sibuk dan ada sedikit problem disana."

"Kau sempat menghubungi mama tapi kenapa tidak mau bicara dengan adikmu? Kau pasti tau kan sebanyak apa dia menghubungimu dan juga mengirimmu pesan."

"Aku tau..."

"Cepat sana temui Yuuto dan berbaikan lagi, mama tidak mau anak anak mama bertengkar seperti ini."

"Iya ma... Naoki akan coba membujuk Yuuto."

Naoki pun kembali lagi menuju kamar Yuuto, ia mengetuk pintu dan memanggil namanya. Yuuto pun membukakan pintu kamar dan kembali menuju kasur. Naoki mengikutinya dari belakang. Yuuto hanya diam, mulutnya terasa berat untuk meminta maaf. Yuuto duduk bersandar pada tembok dengan memeluk guling. Naoki membelai pipi sang adik yang tadi ia tampar.

"Apa ini sakit? Maafkan kakak ya Yuuto. Kakak sudah kasar padamu dan mengusirmu pergi seperti tadi."

Saat Naoki melepaskan tangannya, Yuuto berbaring dan menarik selimut. Yuuto melihat Naoki dan berkata, "Maaf sudah bersikap seperti anak kecil, aku tidak akan mengulanginya lagi. Jika kedepannya aku melihatmu di jalan, aku tidak akan menghampirimu lagi atau pun menyapa mu. Aku juga tidak akan menghubungi mu lagi kalau tidak kau duluan yang menghubungiku."

"Kenapa tidak? Kapan pun kau ingin menghubungiku, maka hubungi aku."

"Aku tidak mau menjadi pengganggu untukmu."

"Siapa bilang kau mengganggu ku?"

"Tidak ada, tapi aku tau itu."

"Apa yang kau tau? Itu sama sekali tidak benar, kau tidak pernah mengganggu ku."

"Tidak usah bohong kak. Berapa kali aku terus menghubungi mu, kau tidak pernah merespon, bahkan pesan ku pun tidak. Tapi aku tau, kau slalu menghubungi mama. Di saat mama menawari mu untuk bicara denganku, aku sudah bersiap dengan penuh semangat. Lalu semangat itu hanya menjadi kesedihan untukku. Kau menolaknya bukan? Kau tidak mau bicara lagi padaku. Karena usai mama menawari itu, panggilan kalian berakhir."

"Maafkan kakak Yuuto, kakak tidak bermaksud begitu."

"Tidak apa kak. Kakak sekarang seorang yakuza yang hebat, kau juga pasti memiliki musuh dimana mana. Bisa gawat kan kalau mereka tau kalau kau punya seorang adik, dan adik dari seorang yakuza yang hebat hanyalah seorang anak manja yang tidak bisa apa apa. Aku hanya akan menjadi kelemahanmu, jadi tidak apa apa kalau kau menjauh dariku. Tidak apa, sungguh tidak apa apa... Kau tau kak, aku sudah terbiasa sendiri sekarang. Dengan begitu aku tidak akan lagi menjadi anak manja yang keras kepala. Lagi pula aku punya banyak teman, aku bisa menghabiskan waktuku bersama teman temanku. Dengan begitu sempurna sudah, aku tidak akan lagi menjadi kelemahanmu serta hambatan bagimu.
Sekali lagi maafkan aku atas sikap ku kak, aku sudah lelah dan ingin tidur sekarang. Bisa kakak keluar sekarang? Aku ingin tidur."

"Yuuto..."

"Tidak ada yang harus dibicarakan lagi kak, cepat keluar dari kamarku, aku ingin tidur!"

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now