Chap 18

1.6K 133 0
                                    

Yuuto pov

Satu bulan tlah berlalu sejak saat itu, kak Zen tidak pernah bertemu lagi denganku tapi dia terus menghubungiku. Aku tidak menyimpan dendam padanya atas kejadian waktu itu. Karena kak Zen juga slalu meminta maaf padaku tanpa henti, hingga membuatku jengah dan aku memaafkannya.

Selain itu hubunganku dengan Osamu juga sudah kembali seperti awal lagi. Tidak ada lagi yang ku dengar dari mereka yang mengatakan aku mengancam Osamu. Sepertinya mereka menerima ungkapan Osamu tapi tetap saja tidak ada yang mau berteman lagi denganku.

Hari ini hari minggu, Osamu bermain ke rumahku. Kita berdua berada dikamarku dan memainkan game. Ini membuat detak jantungku berdetak tak menentu, detakannya sangat cepat membuatku tak bisa bersikap seperti biasa. Hanya berdua saja dengan Osamu, aku ingin mengutarakan perasaanku tapi aku takut kehilangan teman. Rasanya sangat meluap luap, ketika kita berada diruangan yang sama dan menghirup udara yang sama.

"Aku lelah, aku ingin istirahat sejenak." Seru Osamu dan ia berbaring di lantai.

Kaosnya sedikit terangkat dan aku dapat melihat tubuhnya, membuat wajahku memerah dan berdebar debar.

"Aku akan ke dapur ambil minum." Ucap kembali Osamu.

Osamu sudah sering bermain ke rumahku, hampir setiap hari ia datang. Dan keluarga ku sangat percaya padanya. Sehingga Osamu menganggap rumahku ini sebagai rumahnya juga. Aku menunggu Osamu yang mengambil minuman...

"Kenapa lama sekali?" Seru ku dan aku pun turun ke dapur untuk melihat apa yang di lakukan olehnya.

Ketika hendak masuk ke dapur aku melihat Osamu dengan kak Naoki sedang bicara serius. Sehingga aku bersembunyi dan mencoba mendengarkan apa yang mereka katakan.

"Sebenarnya sudah sangat lama aku ingin bilang ini, tapi aku baru memiliki keberanian untuk mengatakannya." Ucap Osamu.

"Bicara saja kenapa harus takut?" Saut kak Naoki.

"Eem... Sebenarnya a-aku menyukai mu kak, sejak pertama kita bertemu aku menyukai mu. Kalau kau juga punya perasaan padaku, maukah kau menjalani hubungan denganku? Ta-tapi kau juga tidak harus menjawabnya sekarang kak. Kau tidak perlu terburu buru dan kau bisa memikirkannya lebih dulu." Ujar Osamu yang mengutarakan perasaannya.

Mendengar kenyataan ini membuat hatiku hancur berkeping keping.
Orang yang slama ini ku sukai rupanya menyukai kakak ku sendiri.

"Aku akan memberimu jawabannya sekarang." Ucap kak Naoki dengan tersenyum. "Aku berterima kasih karena sudah menyukai ku, aku hargai perasaanmu itu. Tapi aku minta maaf, aku sudah punya pacar. Selain itu aku juga normal." Seru kak Naoki kembali.

Setelah mendengar jawaban dari kak Naoki, aku segera kembali ke kamar dengan perasaan ku yang sangat sedih. Meski aku tau kak Naoki tidak menerimanya, tetap saja kenyataan bahwa orang yang ku sukai tidak menyukai ku, itu membuatku patah hati. Sesampainya di kamar, aku segera berbaring di kasur dan tidak memiliki minat untuk bermain dengan Osamu lagi. Tapi satu hal yang membuatku lega, setidaknya dengan begini Osamu tidak perlu tau dengan perasaan ku dan kita tetap berteman baik untuk ke depannya.

"Rupanya dia juga gay..." Gumam ku dan aku berpura pura tidur karena Osamu kembali ke kamar.

"Kau tidur Yuuto? Heii hoiii..." Seru Osamu dengan mengguncangkan tubuhku.

Aku masih bertahan berpura pura untuk tidur, aku rasa aku tidak sanggup untuk melihatnya. Osamu ikut berbaring di kasurku dengan kepalanya yang menyandar pada tubuhku. Paha ku di jadikan bantalan olehnya.

"Kenapa kau harus tidur sih? Aku butuh kau untuk menghibur ku tau, teman mu ini sedang patah hati. Dia bilang kalau dia punya pacar, tapi kenapa kau sebagai adiknya tidak tau soal itu? Ini membuatku terluka." Gumam Osamu.

Tanpa terasa kita berdua tertidur hingga malam, dan aku membangunkan Osamu karena dia masih tidur di kaki ku hingga membuat mati rasa.

"Osamu... Osamu... Bangun, sudah malam sekarang. Hoi Osamu..." Seru ku.

"Hmm... Aah Yuuto maafkan aku! Aku melihatmu tidur dan tidak sengaja aku ketiduran di kaki mu."

"Iya tak apa apa... Tapi kaki ku mati rasa."

"Biar ku pijat kaki mu agar peredaran darah mu kembali normal."

Wajahku langsung memerah mendengar perkataan Osamu. Ia memijati kaki ku yang lebih tepatnya lagi di paha! Sentuhan tangannya terasa sangat jelas karena aku hanya menggunakan boxer. Itu terasa nikmat dan sialnya juniorku langsung mengeras. Aku berusaha menutupinya dengan kaos sesegera mungkin.

"Su-sudah cukup Osamu, tidak perlu di lanjutkan lagi." Seru ku.

"Kenapa? Aku yakin kaki mu masih terasa mati rasa kan? Biarkan aku memijatnya sedikit lebih lama."

"Tidak usah tak apa, aku bisa lakukan itu sendiri."

"Jangan seperti itu... Aku lah penyebab kaki mu mati rasa jadi biarkan aku bertanggung jawab."

Osamu memaksakan untuk kembali memijatku, disaat aku menahan kedua tangannya dengan tanganku... Saat itu Osamu melihat juniorku yang sudah mengeras.

"Oh jadi kau bukannya tidak mau ku pijat lagi tapi karena milikmu mengeras ya." Ledek Osamu.

"Diamlah!" Ucapku dengan wajah yang memerah dan memalingkan wajah.

"Aaah... O-Osamu... Apa yang kau lakukan?" Tanya ku pada Osamu ketika tangannya menyentuh juniorku.

Destiny (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang