Chap 20

1.6K 141 1
                                    

Aku hanya diam ketika kak Naoki bicara seperti itu, karena pada kenyataannya saat ini aku menyukai laki laki. Apa yang akan terjadi ketika kak Naoki mengetahui kenyataan ini.

"Kenapa kau harus menunggu ku? Usia mu dengan ku bedanya 12 tahun, tidakkah kau akan menjadi tua saat aku sudah dewasa nanti? Aku tidak mau ya kak kau melakukan hal itu, kau harus cepat cepat mencari pasangan. Mama dan papa pasti ingin segera mempunyai cucu." Seru ku.

"Baiklah baiklah... Kalau aku sudah mendapatkan yang sesuai tipeku, maka aku akan segera menikah."

"Kau harus janji denganku!"

"Iya aku janji..."

Lalu keesokan harinya di jam istirahat, Osamu mengajakku untuk makan di atap sekolah. Tidak ada orang yang akan kesini karena pintu selalu dikunci, namun Osamu memiliki kuncinya. Kita berdua makan bersama dan bicara banyak hal. Disaat kita mau turun dari atap, Osamu mendorongku hingga tubuhku tertahan pada tembok dekat pintu.

Ia menahan kedua tanganku dengan tangannya, dan mencium bibirku hingga dilumat olehnya. Tentu saja aku tidak melawan, karena aku memiliki perasaan untuknya. Dan aku selalu menginginkan hal seperti ini bersama Osamu.

"Ugh.. Eemp... Hmmp..."

Osamu menyelipkan salah satu kakinya diantara kakiku, hingga kakinya menyentuh milikku. Usai berciuman kami kembali ke kelas masing masing. Hal ini membuat wajahku memerah dan jantungku berdetak dengan cepatnya.

"Sebenarnya apa yang difikirkan oleh Osamu? Kenapa dia lakukan hal ini padaku? Bukankah dia suka sama kak Naoki, lalu kenapa dia menciumku? Apa mungkin dia sudah tau perasaanku padanya? Tidak tidak... Itu tidak mungkin. Apa aku hanya dijadikan pelampiasannya saja? Kalau memang iya, ini sungguh menyakitkan."

Aku bergumam sendiri saat sudah berada dirumah, aku sedang bersantai di kasurku dengan menatap foto berdua dengan Osamu yang ada di ponselku. Sejak saat itu, berhari hari bahkan berminggu minggu Osamu selalu melakukan itu. Entah dari menciumiku, menyentuh juniorku atau pun meraba tubuhku. Hal itu selalu dilakukan oleh Osamu setiap harinya di atap gedung sekolah. Selain itu hari ini untuk pertama kalinya, kak Naoki tidak bisa menjemputku pulang. Ia menghubungiku disaat aku keluar dari kelas.

"Maaf kakak terlalu sibuk dengan kerjaan kakak, ini sangat genting sekali jadi kakak tidak bisa menjemputmu. Tapi kakak mengirim orang kepercayaan ku untuk menjemputmu. Dia sudah ada di depan sekolah mu, dan membawa mobilku. Dia bernama Yaze, dan dia akan menghampiri mu ketika melihatmu serta menunjukkan pesan dari ku yang ada di ponselnya." Tutur kak Naoki.

Disaat bersamaan aku sedang melihat isi pesan yang ditujukan padaku oleh orang kepercayaan kakak. Setelah itu kami pun pulang ke rumah.

"Terima kasih banyak karena sudah menjemputku pulang, kak Yaze bisa kembali ke kantor kakak." Seru ku ketika aku sudah sampai rumah.

Kak Yaze tidak menjawab apa pun dan aku melangkahkan kaki ku untuk masuk ke dalam rumah. Rupanya kak Yaze mengikuti ku masuk.

"Kenapa kau mengikutiku?" Tanya ku.

"Kamu di rumah sendirian karena orang tua mu pindah keluar kota untuk bisnisnya. Dan aku disuruh oleh Naoki untuk menjagamu hari ini sampai besok mengantarmu ke sekolah." Seru kak Yaze.

"Begitu kah... Ya sudah kalau begitu ayo masuk, dan anggap saja rumah sendiri."

Kak Yaze terlihat kaku dan dia hanya duduk tegap di ruang tamu, melihatnya membuatku begitu risih.

"Kenapa kau begitu tegang, santai saja kak. Sudah ku katakan bukan untuk menganggap seperti rumah sendiri. Ayo kita ke ruang keluarga, kau bisa bersantai disana dan juga menonton televisi." Seru ku dan menarik kak Yaze.

Aku menyalakan televisi dan menikmati acara tersebut, tapi kak Yaze masih saja terlihat kaku.

"Ayolah kak santai saja..." Seru ku sambil memukul pundaknya.

"Pantas saja Naoki begitu cemas terhadapmu rupanya kau mudah untuk percaya pada orang lain." Celetuknya.

"Kak Naoki bilang kalau kak Yaze orang kepercayaannya, tentu saja aku percaya juga kepadamu."

"Bagaimana kalau aku berbohong? Bagaimana kalau aku mata mata dari musuh Naoki dan menyamar sebagai Yaze? Kau tidak berpikir kesana bahkan tidak curiga sedikit pun padaku. Aku jadi tau kenapa Naoki sangat resah terhadapmu. Ku kira sejak dulu Naoki seperti itu mungkin karena dia seorang brocon, rupanya bukan. Nama mu Yuuto bukan? Bagaimana kalau kau rubah sifatmu ini. Itu hanya akan menghambat Naoki untuk terus berkembang."

"Aku hanya penghambat bagi kak Naoki?" Aku mendengar penuturan kata kak Yaze membuat ku syok.

"Iya, kau seorang adik yang hanya bisa menghambatnya."

"Ting tong ting tong..." Bel rumah ku berbunyi.

Aku segera kedepan untuk membuka pintu, dan kak Yaze mengikutiku. Saat ku buka pintu rupanya kak Zen yang datang ke rumahku.

"Yuuto... Aku sangat merindukan mu." Seru kak Zen dengan memelukku.

"Lepaskan tanganmu, kau tidak takut dengan kak Naoki? Kau bisa di bunuhnya kalau dia tau kau menemui ku." Ucapku dengan berusaha melepaskan pelukannya itu.

"Hai Yaze... Aku tau hari ini kau disini jadi aku berani datang untuk menemui Yuuto." Ujar kak Zen yang menyapa kak Yaze.

"Ke-kenapa kau kesini? Selain itu kau sudah kenal dengan Yuuto?" Ucap kak Yaze gugup.

Destiny (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang