Chap 41

1.3K 114 0
                                    

Orang tersebut menyeringai kepada Yuuto. Dan remaja lelaki itu mulai merasa takut dengan orang tersebut. "Kau murid menengah atas? Aku kira kau masih sekolah dasar atau menengah pertama. Tubuhmu kecil sekali, sangat berbeda dengan Naoki." Ujarnya. Yuuto hanya diam tak berkata apa apa, dan ia terus menatap orang itu dengan tatapan dingin.

"Aku tidak pernah tau kalau Naoki memiliki seorang adik, jarak usia kalian jauh sekali. Bagaimana bisa Naoki menyembunyikan ini selama bertahun tahun." Lanjutnya.

"Bos, anak ini juga orang yang di sukai Zen." Ucap seseorang yang tadi menculik Yuuto.

"Anak ini? Wow tidak ku sangka Zen menyukai seorang bocah. Apa yang menarik dari anak ini selain wajahnya yang imut? Aku jadi penasaran... Apakah Zen sudah pernah menyentuhmu? Aku jadi ingin tau bagaimana rasanya di dalam tubuh seorang bocah." Orang itu membelai pipi Yuuto dan mulai membuka kancing seragam sekolah yang di kenakannya.

"Tidak! Hentikan!" Seru Yuuto.

Karena tangan Yuuto di ikat kebelakang, ia tidak bisa menjauhkan tangan bajingan itu dari tubuhnya. Yuuto pun memilih untuk berguling menjauh darinya. Ia pun membelakanginya dan Yuuto meringkuk agar dia tidak melanjutkan membuka kancing seragamnya.

Tapi tangan orang itu meremas pantat Yuuto gemas dan jarinya menggesekkan pada belahan pantat Yuuto. Ia pun meronta dan membalikkan tubuhnya ke arah orang itu lagi.

"Sungguh menggemaskan, aku jadi ingin segera bermain main denganmu.
Kalian semua keluar dari kamar ini!" Seru orang tersebut.

Dan dia melanjutkan lagi membuka kancing seragam Yuuto dan menurunkan celananya. Hingga kini Yuuto benar benar telanjang.

"Kecil sekali." Ucapnya dengan tangannya yang menggenggam junior Yuuto.

Jarinya menyentuh ujung junior Yuuto.
"Aaah... Haaa..."

Lalu orang tersebut memasukkan jarinya ke dalam lubang pantat Yuuto untuk melonggarkannya. Setelah ia merasa cukup, ia membuka celananya dan mencoba untuk memasukkan miliknya, kaki Yuuto di angkat ke atas pundaknya.

"Tidak... Jangan... Hen... Aaaakh... Haah... Eump... Keluarkan... Sa-sakit... Itu sakit.." Rintih Yuuto.

"Coba tahan sebentar, aku baru saja memasukkan ujungnya. Sial, ini ketat sekali meski sudah ku longgarkan."

Orang tersebut perlahan lahan memasukkan miliknya hingga akhirnya semuanya sudah berada di dalam Yuuto. Dia tidak segera menggerakkannya, dia membiarkan miliknya diam di dalam Yuuto dan menikmati bagaimana rasanya di dalam seorang bocah.

"Seperti inikah rasanya di dalam seorang bocah? Sangat ketat dan kau seperti menghisap milikku sepenuhnya. Nikmat sekali dan hangat, pantas saja Zen menyukai mu jika rasanya sangat nikmat seperti ini." Seru orang tersebut.

Yuuto tidak suka ini, ia tidak suka milik orang itu berada di dalam dirinya.

"Sa-sakit... Keluarkan, a-aku tidak mau." Ucap Yuuto dengan wajah yang memerah.

"Meski kau berkata kau tidak mau, tapi lihat wajahmu ini. Wajahmu sangat nakal dan bernafsu, kau sungguh membuatku semakin bergairah."

"Aaah... Aah... Aah... Ugh... Heump... Aaah... Ngk... Haaah..."

Yuuto mulai mendesah ketika orang itu mulai menggerakkannya. Semakin lama semakin cepat ia gerakkan, hingga Yuuto tidak bisa berkata apa apa. Ia pun mengeluarkan cairannya di dalam Yuuto.

"Nikmat sekali, aku ingin melakukannya lagi. Aku masih belum puas." Serunya.

"Jangan... Ku mohon sudah cukup. Aku tidak sanggup lagi." Keluh Yuuto. Orang tersebut membalikkan tubuh Yuuto dan ia melakukannya lagi padanya.

Yuuto tertidur pulas, mungkin lebih tepatnya ia pingsan disaat orang itu masih menghantam lubang Yuuto dengan miliknya. Yuuto tidak tau berapa kali dia menyerang dirinya, yang ia tau ia sudah tidak tahan lagi terus menerus di hantamnya. Di saat Yuuto sedang tertidur, ada panggilan masuk dari Naoki ke ponsel anak buahnya yang tlah berkhianat.

"Naru, sialan kau! Kemana kau membawa adikku?! Cepat kembalikan Yuuto!" Teriak Naoki.

"Kecilkan suaramu, gendang telingaku bisa pecah mendengarnya." Seru bos dari Naru, anak buah yang tlah berkhianat.

"Suara ini... Kau, Chiaki?" Seru Naoki.

"Senangnya kau masih mengenaliku, sudah lama ya Naoki." Ujar Chiaki.

"Kurang ajar kau! Kembalikan Yuuto sekarang juga!"

"Aku akan mengembalikannya padamu, kau tenang saja. Ayo kita lakukan pertukaran."

"Apa yang kau inginkan?"

"Dokumen untuk wilayah J, aku menginginkannya. Jadi ku beri waktu dua hari untuk kita lakukan pertukaran. Dua hari lagi aku akan menghubungimu untuk waktu dan tempatnya, bagaimana?"

"Dua hari? Kenapa tidak sekarang?!"

"Kenapa harus terburu buru? Kau juga harus menyiapkan semua dokumennya bukan?"

"Menyiapkan semua dokumen tidak memakan waktu selama itu!"

"Sudahlah dua hari saja, besok aku masih mau bermain main dengan adikmu ini. Aku jadi tau kenapa Zen bisa menyukai seorang bocah, dan aku sangat menikmatinya. Aku masih ingin merasakannya lagi, adikmu seperti racun yang tlah menginfeksi ku. Dia membuatku ketagihan hahaha..."

"Kau bajingan! Beraninya kau melakukan itu pada adikku yang masih di bawah umur! Berikan ponselnya pada Yuuto, aku ingin bicara padanya."

"Bukannya aku tidak mau, tapi adikmu saat ini sedang tertidur pulas. Ku rasa dia sangat kelelahan setelah bermain denganku."

"Bedebah! Akan ku pastikan kau menerima balasan dariku, Chiaki!" Ucap Naoki kesal.

"Dan dari ku juga!" Sambung Zen yang ikut serta dalam pembicaraan ini.

"Waah rupanya ada Zen juga."

"Sekali lagi kau berani menyentuhnya, akan ku bunuh kau!" Ancam Zen.

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now