Chap 48

1.2K 108 6
                                    

Tiga hari tlah berlalu dan Yuuto sudah di perbolehkan untuk pulang. "Keadannya membaik dengan cepat, jadi sore ini dia sudah boleh pulang. Dan Yuuto kau harus ingat ini, kau tidak boleh membawa yang berat berat atau pun olahraga yang berat. Kalau tidak jahitan mu bisa terbuka. Kau mengerti itu kan? Lalu jangan lupa untuk datang kembali kesini, kau masih harus di periksa rutin." Seru Izumi.

"Aku mengerti, jangan perlakukan aku seperti anak kecil." Ucap Yuuto.

"Bukankah kau masih anak kecil." Ledek Izumi.

"Aku sudah 17 tahun, aku bukan anak kecil lagi Izumi..."

"17 tahun tidak ada yang sependek kamu, orang orang tidak akan percaya kalau kau sudah 17 tahun hahaha..." Ledek Zen yang memotong ucapan Yuuto.

"Ciih, terserah saja." Yuuto kesal dan ia pergi lebih dulu.

Saat Yuuto tiba di rumah, disana ada seorang anak yang mungkin seusia dengannya tapi Yuuto tidak kenal dia itu siapa, dan orang itu sedang berdiri di depan pintu.

"Oh kau sudah sampai?" Ujar Zen.

Naoki membuka pintu rumah dan Yaze membawa tas milik Yuuto.

"Ayo masuk." Seru Naoki.

Mereka berkumpul di ruang santai dan Yuuto terus menatap orang yang belum di kenalinya itu. 'Anak itu sangat tinggi, mungkin sekitar 175 cm tingginya atau mungkin lebih. Akan sangat memalukan kalau dia lebih muda dariku, karena tinggi ku hanya 163 cm. Selain itu, dia terlihat mirip dengan Juan.' Batin Yuuto menebak dan ia jadi merasa kesal sendiri.

"Yuuto, kenalkan dia Hiroshi adiknya Zen. Besok dia akan sekolah di tempatmu." Tutur Naoki menjelaskan.

"Yuuto, salam kenal." Seru Yuuto.

"Hiroshi, mohon bantunnya." Ucap Hiroshi.

"Yuuto ajak Hiroshi ke kamar mu dan bersantai lah disana." Seru Naoki.

Yuuto mengajaknya ke kamar seperti yang di perintahkan Naoki, awalnya mereka hanya saling diam.

"Hiroshi... Mulai besok kau akan pindah ke sekolahku, kau kelas berapa?" Tanya Yuuto penasaran sejak tadi.

"Kelas dua sama denganmu." Jawabnya dengan wajah yang datar.

"Kenapa kau sangat tinggi? Ini sungguh tidak adil. Oh ya, kau itu adiknya kak Zen kan? Tapi kenapa kau terlihat mirip dengan orang lain."

"Oh maksudmu kak Juan?"

"Kau kenal dengannya?"

"Tentu saja, dia kakakku yang pertama, yang kedua adalah kak Zen."

"Kakak? Berarti kak Zen adiknya Juan?"

"Yups itu benar, dan aku anak nomer lima. Aku anak terakhir."

"Itu mengejutkan ku, aku tidak pernah tau kalau kalian satu keluarga. Lalu kakak mu yang nomer tiga dan empat?"

"Mereka perempuan dan sudah menikah, karena mereka anak perempuan jadi mereka tidak di haruskan terlibat dengan urusan yakuza. Dan itu membuatku sangat iri, aku juga ingin bebas dan tidak terlibat. Urusan yakuza itu sangat menyebalkan."

"Sepertinya aku tau seperti apa rasanya."

"Tentu saja kau tau, kau juga anak dari seorang yakuza tidak mungkin kau tidak tau rasanya seperti apa." Seru Hiroshi.

"Haha kau salah Hiroshi, aku bukan anak dari yakuza, hanya kakak ku saja yang seorang yakuza."

"Oh kau benar, aku lupa." Ucap Hiroshi yang merutuki kebodohannya tadi karena kelepasan bicara, untung saja Yuuto tidak menyadari itu dan meralat ucapannya.

Dan esok harinya, Yuuto berangkat sekolah dengan di jemput Zen. Di dalam mobilnya sudah ada Hiroshi. Sesampainya di sekolah, Yuuto mengantar Hiroshi ke ruang guru dan meninggalkannya disana.

Ketika bel masuk berbunyi, wali kelas Yuuto masuk dan memperkenalkan Hiroshi kepada murid lainnya. Awalnya Hiroshi di kagumi oleh murid perempuan di kelas. Selain karena tinggi dia juga terlihat sangat tampan dengan rambutnya yang berponi seperti Yuuto. Saat jam istirahat, para gadis berkumpul di meja Hiroshi dan saling mengajukan pertanyaan.

Wajah Hiroshi sangat datar, dia seperti tidak memiliki expresi dan dia juga orang yang dingin. Mungkin kalau mereka semua tau bahwa Hiroshi merupakan anak dari yakuza, dia akan di abaikan seperti hal nya Yuuto. Dan Yuuto berpikir mungkin lebih baik saat di sekolah mereka jangan dekat, kalau mereka dekat maka mereka akan tau kebenarannya. Yuuto tidak mau Hiroshi mengalami nasib yang sama dengan dirinya di awal pindah sekolahnya ini.

Jadi Yuuto pergi dengan cepat meninggalkan kelas, ia pun teringat oleh Osamu. Yuuto merindukannya dan mengkhawatirkannya. Karena ini jam makan siang, Yuuto yakin Osamu akan berada di atap. Ia segera berlari kesana. Dugaannya benar, Osamu berada di atap sedang memakan bekalnya. Yuuto menghampirinya dengan langkah kaki cepat.

"Hei Osamu, bagaimana keadaanmu?" Tanya Yuuto dan duduk disebelahnya.

"Buat apa kau kesini?" Tanya Osamu ketus.

"Aku hanya ingin bertemu denganmu." Ujar Yuuto dengan tersenyum.

"Untuk melihat seberapa hancurnya aku? Kalau begitu selamat, kau berhasil melihatku hancur. Semalam aku datang ke rumahmu untuk bertemu kak Naoki, dan aku bertemu dengannya. Dia mengatakan padaku untuk menyerah karena dia sudah melamar Yaze. Tapi aku tidak bisa terima ini." Kesal Osamu.

"Osamu tenanglah, aku sangat mengerti seperti apa perasaanmu saat ini. Tapi lebih baik kau melupakannya sekarang, kalau kau seperti ini terus maka kau akan lebih terluka." Ucap Yuuto bermaksud untuk menghiburnya.

"Ini semua salahmu! Salahmu Yuuto! Dari awal aku ingin melupakan perasaan itu dan belajar mencintaimu. Tapi apa yang kau katakan padaku? Kau memintaku untuk terus mengejar kak Naoki, dan sekarang lihat keadaan ku sekarang karena mendengarkan permintaanmu itu! Aku jadi terluka, aku terluka karena mu! Kalau saja kau membiarkan aku untuk tetap menjadi pacarmu, aku tidak akan terluka seperti ini. Semua ini salahmu Yuuto! Apa sekarang kau puas melihatku menderita." Luap emosi Osamu pada Yuuto.

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now