Chap 05

2.2K 192 9
                                    

Yuuto pov

Orang yang pernah ku lihat waktu itu mencoba mendekatiku, ia tersenyum padaku. Dan senyumannya masih terlihat jahat di mataku.

"Kau Yuuto kan? Adiknya Naoki?" Tanya orang tersebut.

"Maaf tapi kau salah orang, permisi biarkan saya lewat." Sautku. Tapi orang itu terus menghalangi ku.

"Aku Zen, kita pernah bertemu. Kau tidak mungkin lupa kan? Dan aku juga melihatmu keluar dari ruangan yang telah di pesan oleh Naoki."

"Sudah ku bilang kau salah orang." Elak ku.

"Kau tidak perlu takut padaku, karena aku temannya Naoki. Sebenarnya Naoki ingin mengenalkan ku padamu, tapi belum ada waktu yang tepat. Mungkin kau perlu tau, Naoki slalu menceritakan padaku tentang mu. Tentang adiknya yang sangat lucu dan dia sayangi."

Mendengar cerita itu seketika wajahku memerah karena malu dan juga karena merasa senang. Aku tidak pernah menyangka bahwa kak Naoki akan menceritakan tentang ku pada temannya. Karena selama ini dia tidak pernah membahas soal yakuza padaku, jadi aku berfikir bahwa Zen ini mungkin merupakan teman dekat kak Naoki.

"Kenapa wajahmu memerah Yuuto?" Tanya Zen padaku yang hanya diam membisu.

"Tidak apa apa. Apa benar kak Naoki bercerita padamu tentang ku?"

"Untuk apa aku berbohong, aku dan Naoki merupakan teman dekat. Dia sangat percaya padaku."
Aku mencoba menegaskan wajah orang yang bernama Zen ini, setelah aku liat baik baik, dia tidak terlihat jahat seperti yang ada di bayanganku.
"Oh ya, rahasiakan ini dari Naoki. Jangan katakan padanya bahwa kita bertemu, ok?!" Lanjut Zen.

"Kenapa?" Tanya ku bingung.

"Seperti yang ku katakan tadi, belum ada waktu yang tepat untuk Naoki mengenalkan mu padaku. Jadi biarkan saja seperti ini, dan setelah tiba waktunya ayo kita kejutkan Naoki bahwa sebenarnya kita sudah saling kenal. Bagaimana?"

"Itu ide yang menarik, aku penasaraan dengan wajah kak Naoki yang akan kaget."
Aku berseru gembira dan menunjukkan semua itu pada wajahku. Saat Zen tersenyum padaku, aku segera menghentikan keseruanku.
"Ide mu tidak buruk, a-aku juga sebenarnya tidak terlalu penasaraan dengan reaksi kak Naoki." Lanjut ku membantah.

Yuuto pov end

Author pov

Yuuto segera berjalan meninggalkan Zen beserta anak buahnya, saat Yuuto mulai menjauh dari mereka, Zen tersenyum licik.
"Betapa bodohnya dia, anak itu berbanding terbalik dengan Naoki. Yuuto, kau terlalu mudah percaya pada orang lain." Gumam Zen.

Yuuto membuka pintu dan kembali pada Naoki dan juga Osamu.

"Lama sekali pergi ke toiletnya." Seru Osamu.

"Iyakah? Aku tidak sadar." Ujar Yuuto.

"Baiklah karena Yuuto sudah kembali, ayo kita pulang. Besok kalian masih masuk sekolah, dan aku juga masih punya pekerjaan." Saut Naoki.

"Kalau begitu kami akan pulang." Ujar Yuuto.

"Kau tidak mau memeluk ku dulu seperti biasanya?" Ledek Naoki pada adiknya.

"Hah? Apa apaan itu? Kau kira aku masih anak kecil yang masih suka memelukmu." Bantah Yuuto dengan wajah yang sedikit memerah karena malu.

"Beberapa bulan yang lalu kau masih suka memelukku, apa kau malu karena ada Osamu? Kalau begitu aku yang akan memelukmu lebih dulu agar kau tidak malu." Naoki segera memeluk Yuuto, awalnya Yuuto berusaha melepaskan pelukannya itu, tapi tenaga Naoki jauh lebih besar darinya.

Pelukan Naoki terasa nyaman dan hangat, sudah lama Yuuto tidak merasakannya. Tanpa ia sadari, ia membalas pelukan sang kakak. Dan Osamu berdehem membuat Yuuto terkejut dan segera melepas pelukannya. Tanpa berkata apa apa lagi, Yuuto meninggalkan Naoki begitu saja.

"Apa kau senang hari ini?" Tanya Yuuto pada Osamu dalam perjalanan pulang.

"Tentu saja! Bagaimana tidak, aku dapat bertemu dengan kakakmu yang seorang yakuza. Bahkan aku mendengar banyak cerita darinya."

"Itu bagus."

"Kalau bisa tolong bujuk kakakmu agar kita bermain ke rumahnya, aku sangat penasaran seperti apa rumah yakuza. Atau tidak untuk datang ke kantornya, pasti banyak sekali kan anak buahnya disana. Suasananya pasti lebih seru."

"Aku tidak tau bisa atau tidak untuk membujuknya, aku juga ingin tau seperti apa itu. Rumah yang selama ini ditinggali, kantor tempat ia bekerja. Aku ingin tau, dan aku ingin kesana. Kakakku tidak pernah mengizinkan ku untuk datang kesana, tapi aku akan terus berusaha untuk membujuknya."

"Itu bagus... Makasi banyak Yuuto."

"Tidak perlu berterima kasih, kita ini kan teman. Dan aku senang bisa memiliki teman yang tidak mempermasalahkan tentang kakakku yang yakuza."

Osamu tersenyum saat memandang Yuuto yang sedang bicara, membuat Yuuto menjadi salah tingkah. "A-apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? A-apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya Yuuto.

"Tidak... Aku hanya merasa kau sangat jujur padaku. Tadi kak Naoki bilang, kau orang yang tidak bisa jujur dengan dirimu sendiri. Tapi sepertinya itu salah."

Yuuto memalingkan wajahnya dengan berkata, "A-aku tidak seperti itu."

"Oh ya Yuuto, apa kakakmu sudah memiliki pacar?"

"Kenapa kau bertanya tiba tiba? Hmm.. Ku rasa tidak, kak Naoki tidak pernah bercerita apa pun soal asmaranya."

"Benarkah? Itu bagus!" Seru Osamu dan itu membuat Yuuto bingung.

"Kenapa memangnya?" Tanya Yuuto.

"Ku rasa, aku menyukai kakakmu. Aku tidak tau ini suka atau rasa kagum ku pada seorang yakuza. Tapi yang pasti aku senang mengetahui bahwa dia tidak punya pacar."

'Deeg...'
Mendengar pengakuan dari Osamu, entah kenapa hatinya Yuuto terasa sakit.

Destiny (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang