Chap 07

1.7K 171 3
                                    

Sesampainya Naoki di depan rumah sakit bersamaan dengan keluarnya Yuuto dari rumah sakit itu. Yuuto hanya berdiam saja memikirkan kondisi tubuhnya hingga tidak menyadari bahwa Naoki, kakaknya, sudah berada tepat di hadapannya.

"YUUTO...!" Bentak Naoki dengan penuh amarah.

Yuuto tersadar dari lamunan dan melihat ke depannya. Tapi ia hanya diam melihat kehadiran Naoki.

"Kenapa kau tidak mengabari siapa pun bahwa kau pergi ke rumah sakit? Kau membuat kami semua khawatir! Kalau kau sakit bilang padaku, atau mama papa. Kami bisa mengantarmu berobat." Tegas Naoki.

"Umm..." Jawab Yuuto tidak semangat.

Naoki semakin kesal dengan kelakuan adiknya ini, hingga ia menampar Yuuto di depan banyak orang. Semua orang jadi melihat ke arah mereka, dan itu sangat menyebalkan bagi Yuuto.

"Sudah puas menamparku? Mempermalukan ku disini? Kalau sudah aku akan pulang ke rumah sekarang."

"Yuuto...!" Seru Naoki dan menarik tangan kecil adiknya membuat Yuuto masuk ke dalam mobil Naoki.

Di dalam mobil Yuuto hanya diam dan menatap keluar jalan melalui jendela mobil yang ia buka dengan sangat lebar.

"Kau sakit apa? Apa yang di katakan dokter padamu?" Tanya Naoki dengan lembut. Dan Yuuto mengabaikannya...
"Kau tidak mau menjawabku? Kau sudah berubah Yuuto, apa kau sedang berada di masa pemberontakanmu?" Lanjutnya.

"Tidak juga." Jawab Yuuto dengan singkat.

"Dulu kau slalu tersenyum dan terus menerus memanggilku, itu sangat lucu sekali. Tidak bisakah kau seperti itu lagi?"

"Tidak."

"Jangan membuatku marah Yuuto."

"Maaf..."

"Tutup kacanya kau bisa tambah sakit nanti."

"Tidak usah perdulikan aku."

Naoki menginjak rem nya dengan mendadak karena semakin kesal dengan tingkah Yuuto.

"Turun dari mobilku sekarang, sebelum aku menamparmu lagi." Seru Naoki. Tanpa berkata apa apa, Yuuto segera turun dan Naoki segera menancap gas dengan cepatnya.

"Kak Naoki bodoh..." Gumam Yuuto.

Tempat dimana ia diturunkan oleh Naoki, berada sangat jauh dari halte bus. Membuat Yuuto terpaksa untuk berjalan kaki. Tapi ditengah jalan, ada sebuah mobil yang berhenti disampingnya. Ia menawarkan Yuuto sebuah tumpangan dan Yuuto segera masuk ke dalam mobil itu tanpa berfikir apa pun.

Setelah berjalan jauh, Naoki memutar balikkan mobilnya dan bermaksud untuk mengajak Yuuto kembali. Naoki menjalankan mobilnya dengan sangat pelan dan memerhatikan jalanan dengan seksama. Ia merasa mulai khawatir karena dia tidak bisa menemukan sang adik. Berulang ulang kali ia telusuri namun tidak juga menemukan keberadaan Yuuto.

Sementara itu Yuuto.....

"Turunkan aku di depan sana." Seru Yuuto.

"Kau yakin tidak mau ku antar sampai rumah?" Tanya Zen.

"Iya, turunkan saja aku disana."

"Ku kira kau tidak akan pernah bertengkar dengan Naoki, melihat jarak perbedaan usia kalian." Ujarnya.

"Itu semua salah kak Naoki, aku benci dirinya yang sekarang."

"Bagaimana kalau kau ceritakan padaku dulu sebelum kau turun? Siapa tau aku bisa membujuknya untukmu."

Yuuto diam sesaat untuk memikirkannya, apakah ia harus cerita atau tidak. Tapi Zen merupakan teman dekat Naoki, mungkin dia bisa membujuknya.

"Setelah dia miliki kekuasaanya sendiri, kak Naoki jadi berubah. Dia tidak perhatian lagi padaku seperti dulu. Dia tidak pernah menomer satukan aku lagi, dia jadi lebih mudah marah dan ringan tangan. Kemarin dia mengajak temanku ke rumahnya dan menjanjikan padanya untuk datang ke kantornya. Tapi aku yang adiknya sendiri, setiap kali aku meminta itu dia selalu menolakku. Dia bilang dia ingin menjagaku, dia tidak ingin aku terlibat dalam urusan yakuza nya. Aku tau sejak awal kak Naoki sangat ingin melindungiku, tapi bukan kah ini egois? Aku berfikir, mungkin akan lebih baik kalau aku bukan jadi adiknya. Aku bilang padanya kalau jadikan saja temanku itu adiknya, tapi dia tidak berfikir atau menanyakan padaku kenapa aku bisa berkata seperti itu."

"Oh jadi pada intinya kau ingin mendapatkan perhatian dan pengertian dari Naoki seperti dulu." Ledek Zen.

"Ti-tidak bukan begitu, a-aku sama sekali tidak perduli soal itu. Benar, aku tidak perduli kalau kak Naoki berubah." Elak Yuuto namun ia gugup.

"Hei, kenapa sekarang kau menyangkalnya? Tadi dengan sangat jelas kau mengatakan itu."

"Lupakan, aku akan turun sekarang. Terima kasih sudah mengantarku kak Zen."

Yuuto segera berlari memasuki gang gang kecil hingga akhirnya ia tiba dirumah.

"Dari mana saja kau? Tidak memberi kabar, tidak bisa di hubungi. Buat mama dan papa khawatir." Tegas mama yang melihat Yuuto masuk rumah.

"Maafkan aku." Seru Yuuto dan berlari masuk ke kamar.

Sang papa segera menghubungi Naoki dan mengatakan bahwa adiknya sudah di rumah. Naoki segera banting stir menuju rumah.

"Kau sudah sampai Naoki, Yuuto ada di kamarnya. Antarkan makan malamnya dan tanyakan padanya apa yang dia lakukan hari ini." Seru mama.

"Sebenarnya tadi Naoki sudah menjemputnya, dia dari rumah sakit. Tapi Yuuto tidak mengatakan apa pun padaku tentang sakitnya." Jelas Naoki.

"Kalau kau bersamanya kenapa dia pulang sendirian?"

"Nanti akan ku ceritakan, aku akan menemui Yuuto dulu."

Naoki masuk ke dalam kamar Yuuto, ia meletakkan makanannya di meja. Yuuto yang sedang berbaring di kasur di hampirinya, dan Naoki bertanya.
"Cepat sekali kau sampai rumah, kau tidak mungkin naik taxi karena uang mu pasti kurang. Jadi dengan siapa kau pulang?"

"Dengan temanmu."

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now