Chap 11

1.6K 167 0
                                    

"Bukan seperti itu Yuuto, maafkan aku. Akan ku jelaskan semuanya." Seru Osamu dengan panik.

"Tidak perlu. Dan lebih baik kita tidak usah berteman lagi, nama mu akan menjadi jelek karena dekat denganku. Lebih baik kembali seperti awal dimana kita tidak saling kenal. Aku tidak mau di anggap mengancammu." Yuuto kembali menuruni tangga dan meninggalkan Osamu. Hatinya terasa hancur berkeping keping.

Sepulang sekolah, Osamu berusaha mengejar Yuuto dan meminta maaf padanya namun Yuuto mengabaikannya. Yuuto berlari sekencang kencangnya agar Osamu tidak lagi mengikutinya. Sesampainya di rumah, semua orang berkumpul di ruang tamu dengan wajah mereka yang cemas.

"Aku pulang." Ucap Yuuto sambil berjalan melewati mereka menuju kamar. Naoki menarik tangan adiknya dan memeluknya dengan erat. Mama dan papa ikut serta memeluk Yuuto sambil menangis.

"Kau tidak apa apakan sayang? Tidak ada yang terluka?" Tanya mama sambil memeriksa tubuh Yuuto.

"Aku tidak apa apa, tidak ada yang terluka." Ucap Yuuto dengan lemah.

"Bagaimana caramu bisa pulang? Zen benar benar tidak melakukan apa pun kan?" Tanya Naoki memastikan.

"Dia tidak melakukan apa pun, kak Zen orang yang baik. Tadi pagi dia mengantarku kesekolah." Jelas Yuuto.

"Benarkah itu?" Ucap Naoki meyakinkan sekali lagi.

"Aku tidak bohong, aku lelah. Biarkan aku ke kamar, aku ingin tidur."

"Ya nak, kau harus istirahat. Kau pasti sudah melewati hari yang sulit." Seru papa dan Yuuto pergi ke kamar.

Satu jam tlah berlalu, Naoki mencoba masuk ke kamar Yuuto untuk melihat keadaannya. "Ku kira kau masih tidur." Seru Naoki yang masuk ke kamar Yuuto tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Ia menghampiri adiknya dan duduk di tepi kasur, Yuuto yang sedang berbaring ikut duduk juga.

"Kau terlihat sangat murung, apa yang terjadi? Ceritakan pada kakak. Apa Zen melakukan suatu hal padamu?" Tanya Naoki.

"Tidak kak, kak Zen memperlakukan ku dengan sangat baik." Jawab Yuuto.

"Bicara soal Zen, sejak kapan kau mengenalnya? Kemarin di telpon aku mendengar kau memanggil namanya."

"Saat kita janji bertemu di restoran, ketika aku ingin balik dari toilet aku bertemu dengan kak Zen."

"Kenapa kau tidak mengatakannya pada kakak?"

"Karena dia memintaku untuk tidak memberitaukan kepadamu, dia juga bilang kalau kalian berteman baik."

"Haaah... Jangan terlalu mudah untuk percaya dengan orang lain Yuuto, terlebih lagi orang orang yakuza. Kau harus meragukan setiap katanya, kau tidak boleh percaya begitu saja. Kau paham kan?"

"Aku paham."

"Jadi apa yang membuatmu murung? Apa kau marah denganku karena aku melupakan janjiku?"

"Aku tidak marah."

"Yuuto, alasan kenapa kakak tidak pernah mau mengajakmu ke rumahku atau pun kantorku, aku takut ada orang suruhan musuh yang dipekerjakan untuk memata matai ku. Aku takut hal buruk terjadi padamu, aku tidak menginginkan itu. Seperti contohnya kemarin Zen menculikmu. Hal seperti itu bahkan lebih buruk lagi bisa terjadi, itu sebabnya aku selalu melarangmu." Tutur Naoki menjelaskan.

"Maafkan aku, aku tidak akan keras kepala lagi. Dan akan lebih mendengarkan perkataan mu kak."

"Itu bagus, kakak senang mendengarnya."
Yuuto langsung memeluk sang kakak dengan eratnya, dan tanpa ia sadari ia meneteskan air mata.
"Kau menangis? Kau kenapa Yuuto? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Tanya Naoki bingung.

"Aku merindukan mu kak... Tidak bisakah kita seperti dulu? Tidak bisakah kau berhenti menjadi yakuza?"

"Maafkan kakak karena aku tidak bisa berhenti menjadi yakuza. Tapi kakak tetaplah kakakmu, aku masih sama seperti dulu."

"Aku kesepian kak, ku mohon temani aku."

"Sudah berhentilah menangis, kakak akan bermalam disini dan tidur bersama mu. Jadi kau tenang ya Yuuto, jangan merasa kesepian lagi."

"Hemm..."


Matahari tlah menunjukkan dirinya, bersinar begitu terang. Naoki membuka jendela kamar Yuuto sehingga sinar hangat dari mentari pagi dapat masuk ke kamar. Cahaya matahari itu membangunkan Yuuto dari tidur lelapnya.

"Ini sudah pagi, cepat mandi lalu sarapan. Aku akan mengantarmu kesekolah." Ujar Naoki.

Yuuto kembali menarik selimut dan berkata, "Aku tidak mau pergi sekolah."

"Jangan menjadi pemalas, cepat mandi sana agar kamu tidak terlambat." Naoki berusaha membangunkan Yuuto lagi, ia menarik selimut dan menyeret adiknya ke dalam kamar mandi.

"Tidak mau! Lepaskan aku! Kak Naoki lepaskan tanganku, aku tidak mau pergi sekolah. Aku mau dirumah saja denganmu." Seru Yuuto.

"Hari ini aku pergi kerja, aku tidak bisa menemani mu di rumah. Jadi lebih baik kau pergi sekolah, kau bisa bertemu dengan teman mu Osamu. Selama kau bersamanya, dia akan menjagamu. Jadi kau tidak perlu khawatir."

Mendengar kata Osamu, Yuuto menghentikan langkah kakinya dan menundukkan kepala.

"Aku tidak mau kak, tidak mau. Aku tidak mau pergi ke sekolah, kalau kau mau pergi kerja maka pergi saja. Aku tidak mau kemana kemana, aku hanya mau diam di rumah saja. Tidak apa apa kalau kau tidak bisa menemaniku, yang penting aku tidak pergi sekolah."

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now