Chap 43

1.2K 115 2
                                    

Chiaki terganggu oleh suara Yuuto yang menggigil serta suara giginya yang beradu.
Ia terbangun dengan kesalnya. "Apa kau tidak bisa diam Yuuto? Kau sangat berisik sekali." Seru Chiaki.

Yuuto masih bisa mendengar apa yang di katakan olehnya, tapi ia sudah tidak bisa menjawab pertanyaannya. Mulut Yuuto sudah terasa kaku untuk bicara. Chiaki yang melihat wajah Yuuto semakin pucat, ia menjadi panik. Ia coba sentuh pipi Yuuto.
"Dingin sekali. Yuuto apa kau baik baik saja? Bagaimana kau bisa sedingin ini?" Seru Chiaki panik.

Ia segera keluar dari kamar dan meminta anak buahnya mengambil pemanas yang berada di gudang. Dan dengan segera anak buah Chiaki menyalakan pemanas yang dibawanya. Merasa masih kurang dengan satu pemanas, Chiaki mengenanakan Yuuto jaket hingga berlapis lapis tebalnya.

"Sial... Kenapa aku harus repot repot mengurusi bocah yang sedang ku culik sih?! Yang namanya anak kecil, sangatlah merepotkan."

Keesokan hari saat siang, Yuuto sudah merasa tubuhnya membaik. Ia lepaskan jaket jaket yang sebelumnya Chiaki pasangkan pada tubuhnya.

"Kau sudah bangun? Sepertinya kau sudah membaik." Seru Chiaki.

"Terima kasih banyak atas pertolongannya." Ucap Yuuto dengan tersenyum.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau sangat dingin seperti es."

"Sejak kecil aku tidak kuat dengan angin malam, aku kira kita berada di suatu rumah jadi seharusnya aku baik baik saja. Tapi sejak pertama aku disini, ketika malam hari aku selalu merasa sangat dingin. Angin di kamar ini begitu kuat saat malam. Jadi semalam aku benar benar pada batasnya, hampir saja aku mati karena hipotermia. Biasanya kalau aku tidak demam yaa aku akan menggigil seperti semalam. Jadi terima kasih karena sudah menolongku, Chiaki." Seru Yuuto dengan tersenyum.

Dan Chiaki terlihat tersipu ketika Yuuto sedang tersenyum. "Hentikan senyuman mu itu kalau kau tidak ingin aku melakukannya lagi." Ucap Chiaki dengan membuang wajahnya.

"Melakukan apa?" Tanya Yuuto sambil berpikir. Chiaki menghampiri Yuuto dan melumat bibirnya, ia terus melumat dan memainkan lidahnya begitu dalam ke mulut Yuuto.

"Apa yang kau lakukan!" Seru Yuuto kesal.

"Berhenti tersenyum di depanku, kau akan membuatku lepas kendali."

"Dasar mesum, kau sama mesumnya dengan kak Zen."

"Itu sangat wajar ketika dihadapannya ada seorang anak yang imut, polos sepertimu. Terlebih lagi kalau kau tersenyum kau bisa membuat orang lain kehilangan kendali. Jujur saja, kau sangat manis Yuuto."

"Kau orang ke dua yang harus ku hindari selain kak Zen, kalian benar benar berbahaya."

"Hoiii... Kenapa kau memanggil Zen dengan sebutan kakak sementara dengan ku tidak? Aku juga seusia dengan Zen dan juga kakakmu, bersikap sopanlah padaku. Dan panggil aku kakak."

"Aku tidak mau! Dasar pak tua mesum!"

"Kalau dia sama mesumnya denganku, kenapa kau memanggilnya dengan kakak tapi kenapa denganku tidak! Kau bahkan memanggil ku pak tua!"

"Aku sangat lapar Chiaki, berikan aku makan."

"Kau benar benar tidak lucu sama sekali."

"Wajar saja karena aku bukan anak perempuan."

"Tidak akan ada makanan sebelum kau memanggil ku kakak."

"Hah... Apa apaan itu? Kau penjahat yang tidak punya hati! Chiaki berikan aku makaaannn....!"

Malam tlah tiba, dan kini tiba waktunya pertukaran Yuuto dengan dokumen wilayah J yang sudah disepakati.

"Aku tidak akan turun menemani mu, karena aku tidak mau bertemu dengan Naoki maupun Zen. Bisa bisa aku di habisi olehnya." Seru Chiaki dan menyerahkan Yuuto kepada dua orang anak buahnya. Dan Chiaki memakaikan Yuuto jaket yang tebal agar ia tidak kedinginan lagi.

"Aku sangat berharap kau menemui mereka dan dihabisi." Ketus Yuuto.

Tangan Yuuto di ikat di depan, dan mereka berdua membawa Yuuto turun untuk menemui Naoki. Sesuai perjanjian, yang dapat masuk ke dalam kapal pesiar hanyalah Naoki dan Zen. Semua anak buah Naoki dan Zen hanya boleh menunggu di luar bersama dengan Yaze. Yuuto yang berada di lantai atas segera berteriak memanggil kakaknya.

"Kak Naokiiii...." Teriak Yuuto hingga Naoki dan Zen melihat ke arahnya.

"Yuuto..." Seru mereka berdua.

Salah seorang dari mereka yang mengawal Yuuto mengeluarkan pistolnya dan menembak anak buah Chiaki yang juga sedang mengawal Yuuto. Keadaan menjadi kacau. Orang tersebut menodongkan pistolnya tepat di kepala Yuuto.

"Jangan ada yang bergerak atau kepala anak ini akan pecah." Seru orang tersebut.

Chiaki menghubungi Naoki tanpa tau keadaan yang sebenarnya terjadi.

"Apa maksudmu Chiaki? Aku sudah datang memenuhi apa yang kau minta, tapi kenapa anak buahmu menodongkan pistolnya pada Yuuto?" Ujar Naoki.

"Apa yang kau katakan? Aku menyuruh anak buahku untuk tidak membawa pistol saat mengantar Yuuto padamu." Seru Chiaki.

"Lebih baik kau lihat sendiri apa yang sebenarnya terjadi disini."

Chiaki pun segera mencari tau kebenarannya, dan saat ia melihatnya Chiaki mengatakan sesuatu pada Naoki.

"Dia bukan anak buahku. Aku tidak mengenalinya."

"Aku akan membawa anak ini, dan tunggu saja kabar dari bos ku." Seru orang yang sedang membawa Yuuto.

"Kak Naokiii...." Teriak Yuuto disaat orang tersebut membawa dirinya pergi.

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now