Chap 21

1.5K 138 2
                                    

Kak Zen melepaskan pelukanku dan menepuk pelan pundak kak Yaze. Saat itu aku melihat kak Yaze sangat gugup ketika berhadapan dengan kak Zen.

"Darimana kau tau kalau aku ada disini?" Tanya kak Zen pada kak Yaze.

Kak Zen benar benar menganggap rumahku seperti rumahnya sendiri, dia mendorong masuk Yaze ke dalam. Aku menutup pintu dan mengikuti mereka berdua menuju ruang santai.

"Apa kau sudah lama kenal dengan Yaze?" Tanya kak Zen padaku.

"Tidak aku baru saja bertemu dengannya." Jawabku dan aku duduk di sebelah kak Zen.

Kita bertiga duduk di sofa yang sama, dan kak Zen duduk ditengah diantara aku dan kak Yaze.

"Yaze ini orang yang kaku, meskipun begitu dia orang yang baik." Seru kak Zen.

"Apa kalian dengan kak Naoki itu merupakan teman? Yang ku lihat, kalian saling kenal satu sama lain." Tanya ku.

"Itu cerita lama dan sangat panjang untuk diceritakan, ku rasa anak kecil sepertimu tidak akan bisa memahaminya." Ledek kak Zen.

"Anak kecil katamu? Aku bukanlah anak kecil, aku sudah besar dan sebentar lagi aku sudah dewasa!" Bantah ku.

"Kau hanyalah anak kecil karena kau slalu menjadi penghambat Naoki." Saut kak Yaze, dan ucapannya itu sangat dalam mengenai hatiku.

"Hoii Yaze, jangan bicara seperti itu pada Yuuto. Kau melukai perasaannya." Ujar kak Zen yang nampaknya ia peka dengan yang ku rasakan.

"Tapi aku bicara suatu hal yang benar."

"Aku bukan penghambat bagi kak Zen, aku akan buktikan kalau aku bukan penghambatnya. Aku akan ke kamar, aku lupa kalau aku punya banyak tugas sekolah. Dan kak Yaze, kau bisa nikmati waktu berdua dengan kak Zen. Dari apa yang ku lihat, sepertinya kau menyukai kak Zen. Permisi!"

Mata kak Yaze terbuka lebar karena ucapanku itu. Sementara kak Zen menahanku jalan.

"Hei Yuuto, aku kesini untuk menemui mu. Kenapa kau meninggalkan ku berdua dengan Yaze? Aku sangat merindukanmu, kau tau itu kan! Yuuto, biarkan aku bersama mu. Kapan lagi kan kita bisa bertemu? Naoki itu terlalu menjaga mu dengan ketat."

"Biarkan aku lewat! Aku tidak perduli dengan... Hmmp... Emm...."

Kak Zen menghentikan ucapanku dengan mencium bibirku tepat dihadapan kak Yaze. Seolah olah kak Zen tidak menganggapnya ada. Saat itu kak Yaze masih dengan dunianya sendiri, mungkin, entah apa yang di pikirkannya sehingga dia tidak lihat apa yang kak Zen lakukan padaku. Dengan mencium bibirku kak Zen juga membuatku mundur secara perlahan lahan hingga ke depan tangga.

"Hen...eump.... Fuaaah... Hah.. Hah... Bodoh! Apa yang kau lakukan?! Kau ingin mati? Ingin ku adukan pada kak Naoki!" Aku pun langsung menaiki tangga menuju kamarku, tapi kak Zen tetap mengikutiku.

"Jangan lakukan itu. Ayolah Yuuto, aku sangat merindukanmu! Setidaknya biarkan aku memandang wajahmu."

Aku mengabaikan ucapan kak Zen, saat aku mau masuk ke dalam kamar, kak Zen menahan pintu kamarku yang saat ini aku sedang berusaha untuk menutupnya.

"Lepaskan tanganmu! Aku ingin belajar jangan ganggu aku." Seru ku.

"Tidak akan! Aku ingin bersama mu!"

"Kak Yaaazzeeee....! Huwaaa...."

Aku berteriak meminta bantuan dari kak Yaze, tapi disaat bersamaan kak Zen mengeluarkan tenaganya lebih kuat lagi sehingga aku terdorong dan kak Zen berhasil masuk ke dalam kamar. Pintu kamarku pun ditutup dan dikunci olehnya.

"Dengan begini tidak akan ada yang mengganggu kita." Seru kak Zen dan ia menjilati bibirnya seakan akan ingin menyantap makanan yang sangat lezat.

Kak Yaze yang mendengar teriakan ku dan ia tersadar dari lamunannya. Ia bergegas menuju ke kamarku dan mencoba membuka pintu. Saat itu tubuhku sudah dibuat jatuh di atas kasur oleh kak Zen. Ia menduduki tubuhku, satu tangannya menahan kedua tanganku dengan kuatnya. Sungguh tenaga yang mengerikan, aku tidak bisa melawan dengan tenaga yang ku miliki. Sementara tangan satunya lagi ia gunakan untuk melepaskan kancing kemeja seragam sekolahku.

Kak Zen membukanya secara perlahan lahan. Meski pun kak Yaze terus menerus menggedor gedor pintu dan berseru memanggil kak Zen, ia tetap tidak perduli dengan hal itu. Sampai akhirnya kak Zen melihat ada beberapa kissmark yang sangat baru di dadaku.

"Siapa sangka anak kecil ini sudah berani bermain main dibelakangku. Katakan padaku, dengan siapa kau lakukan ini?" Tanya kak Zen dengan wajahnya yang sangat kesal.

"Kau tidak perlu tau soal itu!"

"Oh begitu baiklah... Aku tidak akan memberimu ampun."

Kak Zen melepaskanku dan ia keluar dari kamarku, ia menghampiri kak Yaze dan berbisik bisik padanya. Ingin rasanya aku menutup pintu dan menguncinya agar kak Zen tidak dapat masuk ke kamarku, tapi kak Zen tidak sepenuhnya keluar dari kamarku. Kak Yaze mulai pergi dari depan kamarku dan kak Zen masuk kembali ke kamar dengan mengunci pintunya. Membuatku sangat takut dengan tatapan matanya itu.
Ia berkeliling kamarku seakan mencari cari sesuatu. Ia mengambil ikat pinggangku serta dasi sekolah dan menghampiriku.

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now