Chap 59

1.4K 112 2
                                    

Masalah kemarin sudah clear, jadi aku udah bisa lanjut up lagi...




^-^ Happy reading guys ^-^


~~~~~~~~~~~ ..................... ~~~~~~~~~~~~~








Yuuto terus berlari dan berhasil lolos dari pandangan Naoki. "Ini sangat dingin..." Gumam Yuuto.

Ia berjalan perlahan dengan tiada tenaga lagi karena tubuhnya semakin kedinginan. Saat itu Yuuto tidak memerhatikan jalan dan ada sebuah mobil yang hendak menabraknya.

"Hoii... Apa kau ingin mati?! Sial..." Seru orang yang membawa mobil itu.

"Ada apa?" Ujar orang yang berada di dalamnya.

"Maaf bos, ada bocah yang menyebrang begitu saja. Benar benar cari mati anak itu."

Lalu orang yang berada di dalam itu keluar dari mobilnya dan menghampiri Yuuto yang sedang terduduk di hadapan mobilnya.

"Hei nak kau tidak apa apa?" Tanya nya.

Yuuto merasa sangat akrab dengan suara ini, ia pun menoleh ke belakang, ke arah suara ini berasal.

"Yuuto...!" Seru orang tersebut.

"Kak... Zen...." Ujar Yuuto yang sudah mulai menggigil. Melihat keadaan itu, Zen segera menggendong Yuuto dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Cepat jalankan mobilnya dan pergi ke rumahku segera!" Ucap Zen memberi perintah.

Zen melepaskan jas miliknya dan memakaikannya kepada Yuuto sebagai selimut. Yuuto tidur dipangkuan Zen dengan tubuhnya yang meringkul.

"Kenapa kau keluar malam dengan pakaian seperti ini sih, apa ada seseorang yang mengejar mu?" Tanya Zen namun Yuuto sudah tidak bisa lagi untuk bicara.

Sesampainya di rumah Zen, ia menggendong Yuuto dan di bawanya ke kamar miliknya. Zen membaringkan Yuuto di atas kasurnya yang besar. Ia menyalakan pemanas kamar dan menutupi tubuh Yuuto dengan selimut yang sangat banyak. Yuuto masih terus menggigil kedinginan, namun ini lebih baik dari sebelumnya.


"Naoki... Yuuto ada di rumahku, dia menggigil kedinginan. Apa yang terjadi padanya? Dia berada di jalan dengan pakaian pendek dan tanpa alas kaki. Apa ada yang sedang mengincarnya?" Tanya Zen pada Naoki lewat telepon.


"Dia kabur dari rumah, aku masih mencarinya sekarang. Kalau Yuuto ada di rumahmu itu bagus."


"Apa yang terjadi? Kenapa dia sampai kabur segala?"


"Dia sudah tau rahasia yang ku simpan selama ini, Raku kelepasan bicara. Yuuto sangat marah padaku dan ia kabur. Aku titip Yuuto ya Zen. Besok aku akan ke rumah mu untuk menjemputnya. Biarkan emosinya reda terlebih dahulu."


"Baiklah, mau sampai satu minggu atau satu tahun aku juga tidak masalah. Naah, mungkin kau belum tau soal ini. Sebenarnya aku dan Yuuto sudah resmi berpacaran kemarin."


"Ciih.. Kenapa aku harus mendengar kabar ini, padahal aku sangat berharap kalian tidak bersatu."


"Ini merupakan kabar baik kan! Dua keluarga yang sudah lama menjalin hubungan dengan sangat baik, akhirnya bisa bersatu untuk jadi satu keluarga."


"Aku benar benar tidak mengharapkannya."


"Ayolah... Kau sudah memberikan restu padaku, kau pasti ingat kan. Jadi kakak ipar, kau jangan cemas terhadap Yuuto. Aku akan menjaganya dengan segenap jiwa raga ku. Percayalah padaku!"


"Haaah... Baiklah, aku tidak akan memisahkan kalian jika Yuuto yang menginginkannya. Tolong jaga Yuuto malam ini, tolong rawat dia. Besok aku akan ke rumah mu untuk menjemputnya."



Usai berbicara dengan Naoki melalui telepon, Zen menemui Yuuto di kamar. Saat ia datang Yuuto sudah terbangun dengan kondisi yang lebih baik.

"Kau bangun? Bagaimana keadaanmu?" Tanya Zen.

"Masih sedikit dingin tapi sudah lebih baik."

Zen menaiki kasur melepaskan semua selimut yang masih membungkus tubuh kecil Yuuto.

"Kenapa kau lepaskan selimutnya?" Tanya Yuuto yang masih berbaring dan berusaha untuk menarik kembali selimut selimut tersebut.

"Tidak perlu pakai selimut, ada hal lainnya yang bisa membuat tubuhmu hangat kembali." Seru Zen dan ia mencium bibir tipis Yuuto.

"Hemmp... Eump... Ngkh... Uump..."
Zen memasukkan tangannya ke dalam kaos Yuuto dan ia meraba lembut perut datar Yuuto dan ia menurunkan tangannya.

Tanpa menghentikan ciuman ini, Zen berusaha membuka celana pendek Yuuto. Setelah kancing celananya terbuka, ia menghentikan ciumannya. Dan Zen melepaskan celana serta baju miliknya, lalu ia juga melepaskan milik Yuuto. Seakan akan terhipnotis, Yuuto tidak bisa mengatakan apa pun. Dan ia juga hanya diam dengan apa yang Zen lakukan padanya.

"Senang sekali rasanya melakukan ini denganmu dan kau sudah bisa menerimanya." Seru Zen.

"Berisik... Cepat kalau kau ingin melakukannya, kalau tidak mau lebih baik hentikan saja."

"Mana mungkin aku menghentikannya, untuk pertama kali kita lakukan ini dengan status kita yang sudah menjadi pacar. Aku sangat senang sekali, rasanya seperti malam pertama kita. Aku tidak ingin melakukannya dengan terburu buru. Aku akan memperlakukan mu dengan sangat lembut, membuatmu memintaku untuk terus melakukannya tanpa henti. Dan tidak akan membiarkan mu tidur malam ini. Aku akan menghangatkan tubuhmu dengan caraku sendiri. Yuuto... Jangan pernah lari dariku. Aku mencintaimu."

Destiny (18+ / Ended)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora