Chap 61

1.6K 116 0
                                    

Usai mandi, Yuuto di gendong oleh Zen menuju kamarnya. "Kau pasti lelah bukan? Tidur lagi sana, aku akan memasak sarapan untukmu. Kalau sudah siap akan ku bangunkan." Seru Zen.

"Un..."

Yuuto pun segera memejamkan mata dan segera tertidur lelap. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit dan ia pun sangat lelah. Setelah berjam jam lamanya ia pun terbangun. Melihat sekitar, dan hanya dirinya sendiri yang berada di kamar tersebut. Saat Yuuto mencoba untuk bangun, Zen datang dengan membawa makanan serta minuman untuk Yuuto.

"Kau sudah bangun? Baru saja aku mau membangunkan mu." Seru Zen.

"Aku baru saja bangun." Ucapnya.

"Bersantailah di kasur kalau tubuhmu masih lelah, tadi aku hendak membangunkan mu. Tapi kau tertidur sangat pulas jadi aku membiarkanmu saja. Sekarang sudah siang, sudah waktunya untu makan siang. Biar aku suapi kamu makan." Ujar Zen dan ia menarik bangku yang ada di meja dalam kamarnya, dan di taruhnya dekat dengan kasur. Ia mulai menyuapi Yuuto...

"Aku bisa makan sendiri, berikan piringnya padaku." Pinta Yuuto.

"Ayolah... Kau masih lemah kan, jadi aku akan menyuapi mu."

"Aku tidak sakit, yang lelah itu kaki ku dan yang sakit itu pantat dan punggungku. Tanganku bisa ku gerakkan dengan sangat baik. Jadi, berikan piringnya padaku, aku akan memakannya sendiri."

"Tidak akan! Biarkan aku menyuapi mu! Apa salahnya kalau aku ingin memanjakan pacarku sendiri. Cepat buka mulutmu dan katakan aah..."

"Tidak mau!"

"Yuuto... Ku mohon..." Seru Zen dengan wajah yang memelas.

"Haaah... Baiklah baiklah, sekali ini saja ku biarkan kau menyuapi ku tidak ada lain kali."

"Ok!" Seru Zen senang. Zen menyuapi Yuuto dengan sangat gembira, semuanya terlukis di wajahnya. Usai menyuapi Yuuto makan Zen mencoba untuk bicara soal masalah Yuuto dengan Naoki.

"Yuuto, bagaimana kalau kau baikan dengan Naoki? Sejak semalam dia sangat mengkhawatirkan mu." Ucap Zen.

"Dia sudah membohongiku. Selama ini dia merahasiakan kenyataannya, kak Naoki sangat jahat. Mana mungkin aku bisa memaafkannya." Ujar Yuuto yang masih kesal.

"Kau tau kan betapa Naoki menyayangi mu, dia tidak mungkin sengaja melakukannya. Pasti ada alasan yang membuat Naoki slalu diam dan tidak pernah memberitaukannya pada mu. Apa kau tau alasannya apa?"

"Aku... Tidak..."

"Kalau begitu temui Naoki dan bicarakan hal ini lagi, tanyakan pada Naoki alasan kenapa dia tidak memberitaukannya padamu."

"Aah aku lupa... Kau berteman dengan kak Naoki sejak kecil kan? Berarti kau juga tau soal keluarga ku. Waktu Juan menculikku dia juga membawa bawa nama keluarga ku, meski pun dia tidak mengatakan apa pun. Jadi kenapa kau juga diam dan tidak mengatakan apa pun padaku? Apa kau juga bekerja sama dengan kak Naoki?"

"Soal itu... Selama ini aku diam karena ku pikir kau sudah tau, dan aku tidak pernah membahasnya karena kau tidak pernah berkata apa apa soal keluarga mu. Jadi aku kira kau tidak mau mengungkit hal hal yang menyakitkan itu, meski pun kau tidak ingat sama sekali."

"Benarkah itu?!" Tegas Yuuto meyakinkan.

"Itu benar, untuk apa aku berbohong."

"Ting tong... Ting tong..." Bel rumah berbunyi.

"Ayo keluar dan temui Naoki, itu pasti dia." Ucap Zen.

Yuuto pun ikut keluar dari kamar, berjalan perlahan di belakang tubuh besarnya Zen. Si pemilik rumah membukakan pintunya dan memang benar kalau itu Naoki yang datang.

"Zen maaf sudah merepotkanmu." Ujar Naoki.

"Bukan maaf tapi terima kasih." Seru Zen.

"Terima kasih sudah merawat adikku."

"Bukan masalah besar, Yuuto sudah jadi pacarku jadi bukan suatu masalah untuk merawatnya."

"Yuuto ayo kita pulang." Naoki menggenggam tangan adiknya dengan erat, Yuuto dapat melihat kelopak matanya sangat hitam dan sedikit bengkak.

Yuuto bertanya tanya, mungkinkah Naoki tidak tidur semalam? Dan mungkinkah Naoki menangis karena mencemaskannya?

Sesampainya di rumah Naoki memasuki dapur untuk membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Lalu ia bawa kopi itu menuju ruang santai dimana Yuuto berada.
Yuuto masih diam tak berkata apa pun.

"Apa kau masih marah denganku?" Tanya Naoki. Yuuto pun masih diam... "Apa kau sudah menghubungi mama dan papa? Terakhir kali aku menyuruh kau untuk menghubungi mereka karena mereka merindukan mu." Lanjut Naoki.

Dengan pelan Yuuto berkata, "Belum."

"Meski kau dibesarkan oleh mama dan papa sejak usiamu 2 tahun, tapi kau tidak pernah dekat dengan mereka. Kau tidak pernah tau kalau mereka bukan orang tua kandungmu, tapi kau bersikap acuh terhadap mereka seakan kau tau kebenarannya. Jadi alasan kenapa aku tidak pernah mengatakannya padamu adalah, aku tidak ingin kau menjadi anak yang tidak tau terima kasih kepada orang tua angkat kita yang bersusah payah membesarkan kita berdua. Mereka membesarkan kita penuh dengan kasih sayang, layaknya kita anak kandung mereka."

Destiny (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang