Chap 28

1.4K 128 0
                                    

"Bruaaak..." Zen menendang pintu sekuat tenaga hingga pintu terbuka.

"Rupanya benar kalau kau yang menculiknya, berani sekali kau menyentuh tangan kotormu pada Yuuto." Seru Zen.

"I-ini tidak seperti itu... Aku hanya bermaksud untuk membantu Naoki, aku hanya ingin membuat Naoki fokus pada pekerjaannya." Tegas Yaze.

Zen menghampiri Yuuto dan melepaskan semua ikatan yang ada pada tubuhnya.
"Kau harus tanggung jawab atas perbuatanmu ini, Naoki saat ini sedang pergi mengurusi bisnisnya. Tunggu dia di kantor, aku akan menjaga mu dan jangan pernah berniat untuk melarikan diri!" Ujar Zen mengancam.

Zen menggendong Yuuto seperti tuan putri, dan Yaze berjalan di depannya. Sesampainya di kantor Naoki, Zen mengobati luka Yuuto akibat tendangan dari Yaze, serta Zen membuatkan Yuuto teh hangat.

Sementara itu Yaze hanya duduk berdiam diri di sofa tepat dihadapannya. Yuuto yang merasa mulai mengantuk, mencoba membaringkan tubuhnya di sofa. Tapi Zen menaikkan badan Yuuto agar kepalanya bersandar pada pahanya.

"Apa yang kau lakukan kak?" Tanya Yuuto dengan wajah memerah.

"Tidurlah seperti ini." Titah Zen.

Zen menahan tubuh Yuuto dengan kuat sehingga usaha Yuuto yang ingin terlepas dari pangkuannya menjadi sia sia. Ia melepaskan jaket miliknya dan ia selimuti ke tubuh Yuuto, ini membuat Yuuto merasa nyaman hingga ia pun tertidur lelap.

Setelah berjam jam lamanya Naoki pun kembali ke kantor dengan tergesa gesa karena Naoki sudah tau bahwa adiknya berada disana. "Yuuto... Yuuto..." Teriak Naoki sesaat sampai kantor.

"Sst... Kecilkan suaramu, kau bisa membangunkannya." Ucap Zen dengan pelan.

"Oh, maafkan aku... Dan apa yang sedang kau lakukan pada Yuuto?" Seru Naoki kesal yang melihat Yuuto tertidur di pangkuan Zen.

"Aku tidak melakukan apa apa, aku hanya membuat Yuuto tidur dengan nyaman."

"Karena kau sudah membantuku, kali ini akan ku maafkan. Lalu Yaze, kau merupakan orang kepercayaanku. Kita sudah lama kenal dan aku tau kau orang seperti apa. Tapi ini sungguh mengejutkan ku, apa alasanmu menculik Yuuto?" Tanya Naoki dengan sorot matanya yang tajam.

"I-itu... Ka-kau tau kan bahwa aku tidak ingin kau kehilangan kesempatan emas ini, a-aku hanya ingin kau dapat meraihnya. Dan terus semakin maju dan maju, hingga akhirnya kau menjadi nomer satu.
Aku sangat ingin hal itu... Tapi kau yang pada awalnya sangat berantusias, semakin kesini kau semakin menomor duakan bisnis ini. Kau terus memikirkan adikmu itu, dan aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak ingin kau membuang kesempatan ini, dan aku merasa bahwa adikmu merupakan hambatan mu untuk maju." Jelas Yaze.

"Jadi kau menculik Yuuto agar aku bisa fokus pada kerjaanku, begitu?"

"Iya itu benar."

"Apa kau gila? Pikiran darimana itu? Kenapa kau bisa berfikir seperti itu?! Yuuto tidak pernah menjadi penghambat ku, dia merupakan penyemangat ku! Aku tidak pernah ingin membuang kesempatan ini, tapi aku juga harus mengurusi Yuuto karena itu tanggung jawabku sebagai kakaknya. Tidak habis fikir aku dengan caramu berfikir."

"Namanya juga cinta, itu bisa membutakan segalanya karena ingin orang yang di cintainya menjadi yang terbaik." Saut Zen.

"Apa maksud ucapanmu itu?" Tanya Naoki bingung kepada Zen.

"Dengan kejadian ini bukankah sudah jelas? Apa kau masih belum mengerti juga?"

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

"Kau orang yang tidak peka atau bodoh sih Naoki? Asal kau tau, sudah sejak lama Yaze itu menyukaimu. Dia hanya memikirkanmu dan juga karirmu. Tapi kau sama sekali tidak pernah sadar bahwa ia sangat menyukai mu." Ujar Zen santai tanpa perduli bahwa wajah Yaze sudah mulai memerah dan menatap Zen seakan ingin membunuh karena sudah membocorkan rahasianya itu.

"Apa yang kau katakan, sejak dulu Yaze menyukai mu bukan? Kenapa jadi aku?"

"Itu hanya dalam fikiranmu, tanyakan saja pada Yaze jika kau tidak percaya."

"Ma-maafkan aku Naoki..." Seru Yaze.

"Ciih jadi itu benar. Yaze ayo kita bicara usai aku mengantar Yuuto pulang."

"Bagaimana dengan bisnismu?" Tanya Yaze dengan pelannya karena merasa takut, tapi ia masih ingin tau tentang bisnis tersebut.

"Itu berjalan dengan baik, aku berhasil mengalahkan Nakamura."

Naoki menghampiri Yuuto dan berusaha membangunkan adiknya yang sedang tertidur lelap dipangkuan Zen. Yuuto yang masih sangat mengantuk jadi terbangun dan mengikuti Naoki keluar dari kantornya menuju mobil yang sudah disiapkan oleh anak buahnya. Saat itu meski Yuuto sedikit mengantuk, ia melihat kanan dan kiri. Melihat sekitar kantor Naoki yang selama ini ingin ia kunjungi. Mereka semua menghormati Naoki, dan menundukkan kepalanya ketika Naoki hendak meninggalkan kantor. Yuuto merasa senang bisa melihat kantor kakaknya yang besar dan rapi. Ada rasa Yuuto ingin berkeliling mengitari kantornya itu.

Saat mereka sedang berjalan, Yuuto mendengar beberapa anak buahnya berbisik bisik menanyakan satu sama lain.

"Siapa anak itu?"

"Ku dengar dia adiknya bos yang diculik."

"Bos punya adik?"

"Itu adiknya bos? Rupanya masih anak kemarin sore."

Dan berbagai bisikan bisikan yang Yuuto dengar, ia tidak tau apakah Naoki mendengarnya atau tidak. Naoki hanya terus berjalan dengan tangannya yang menggenggam erat tangan sang adik, seakan takut kehilangan lagi.

Destiny (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang