Chap 46

1.3K 115 0
                                    

"YUUTOOO...." Teriak histeris Naoki.
Zen yang berada di dekat Naoki melihat ke bawah untuk mengetahui apa yang terjadi. Naoki segera lari ke deck bawah untuk menghampiri sang adik yang sudah berbaring lemah disana, mungkin saja sudah tidak sadarkan diri.

"Juan.. Kau bajingan! Berani beraninya kau melukai Yuuto!" Seru Zen dengan kesal.

"Aku tidak memerintahkan anak buahku untuk melakukan itu. Tapi jika itu benar terjadi, aku akan sangat berterima kasih pada anak buah ku yang sudah melakukannya." Seru bos yang menculik Yuuto saat ini dan dia bernama Juan.

Yaze yang mendengar suara tembakan segera berlari menuju tempat suara itu berasal beserta beberapa anak buah lainnya.

Peluru itu mengenai perut Yuuto dan ia mengeluarkan banyak darah. Naoki segera menggendong sang adik dan membawanya pergi. "ZEN! Ayo kita pergi." Teriak Naoki memanggil Zen.

"Naoki apa yang terjadi? Tadi aku mendengar suara tembakan..." Seru Yaze yang masih berlari menghampiri Naoki.

"Ayo kita pergi, kita harus mengobati Yuuto." Ujar Naoki dengan sangat lesu.

Mereka semua telah pindah ke kapal milik Naoki, dan Yaze mencoba untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di perut calon adik iparnya itu. Yaze dulu belajar tentang kedokteran, dia mempelajarinya itu untuk saat saat seperti ini. Karena Yaze ingin bisa berguna bagi Naoki, dan bisa terus menjaganya.

"Bagaimana dengan Yuuto?" Tanya Naoki kepada Yaze setelah selesai mengobati Yuuto.

"Aku sudah mengeluarkan peluru di perutnya, dan menghentikan pendarahannya. Tapi kita harus segera membawanya ke rumah sakit karena Yuuto sudah mengeluarkan banyak darah." Ujar Yaze.

"Aku tidak bisa terima ini, aku harus balas semua perbuatan Juan!" Seru Zen dengan sangat kesal.

"Oh ya Naoki, ini..." Ujar Yaze yang memberikan dokumen wilayah J kepada Naoki.

"Dari mana kau mendapatkannya?" Tanya Naoki.

"Aku menemukan ini di badannya Yuuto."

"Dibadannya? Mungkin kah Yuuto merebut ini dari anak buahnya Juan?" Ujar Naoki menerka nerka.

"Mungkin saja."

"Zen, aku minta tolong padamu. Tolong jaga Yuuto, aku mau tenangkan diri sebentar." Seru Naoki.

"Istirahat saja sekalian, aku akan menjaga Yuuto tanpa kau pinta." Ucap Zen.

Lalu Naoki dan Yaze pergi menuju kamar Naoki. Sementara Zen masuk ke kamar menemui Yuuto. Remaja lelaki itu hanya berbaring dan belum juga sadarkan diri.

"Yuuto ku mohon kau harus kuat, kau harus bisa bertahan hingga tiba di rumah sakit." Gumam Zen dan ia mencium kening Yuuto penuh kasih sayang.

Sesampainya di daratan, Yuuto segera di larikan ke rumah sakit. Dokter kenalan Naoki segera merawat Yuuto.

"Telat sedikit saja mungkin aku tidak bisa menolongnya. Meski pun peluru sudah di keluarkan dan di beri pertolongan pertama, tapi dia sudah mengeluarkan banyak darah." Seru dokter tersebut yang bernama Izumi.

"Syukurlah Yuuto dapat terselamatkan." Seru Naoki dengan lemahnya, rasa khawatir dan tegangnya sudah hilang ketika Izumi memberi kabar baik tersebut.

"Kalian bisa masuk dan melihatnya, saat ini dia belum sadar tapi ku rasa tidak akan lama lagi dia akan bangun. Mungkin paling lamanya besok dia akan sadar." Seru Izumi dan dia meninggalkan mereka semua.

Naoki, Yaze serta Zen masuk ke ruangan Yuuto. Mereka menanti remaja itu hingga ia terbangun tanpa istirahat. Esok hari saat matahari akan bersinar, Yuuto mulai membuka matanya dan berseru memanggil kakaknya, Naoki.

"Ka..kak..." Ucap Yuuto lemah.

Naoki segera bangun dan memeluk Yuuto yang masih berbaring. Ia menangis dalam pelukan. "Kakak tidak tau akan seperti apa kalau kau sampai tidak membuka matamu lagi Yuuto." Seru Naoki.

Yuuto memeluk Naoki dengan sangat erat dan ikut menangis. "Aku takut sekali kak, aku sangat takut. Orang itu memukulku dan menyerahkan ku pada tiga anak buahnya yang menyeramkan. Saat itu aku takut kak, aku memikirkan cara untuk lari dari mereka dan itu berhasil. Aku senang saat melihatmu, rasa takutku pun hilang. Terima kasih kak, dan juga untuk kak Yaze serta kak Zen, terima kasih sudah menolong ku." Seru Yuuto dengan tersenyum meski pun pipinya basah karena air mata.

Yuuto mengatakan pada mereka bahwa dirinya baik baik saja sekarang melalui senyumannya itu. Namun Yuuto yang masih memeluk Naoki, tangannya gemetar tanpa henti. Naoki melepaskan pelukannya, dan mengusap air mata sang adik..

"Oh ya.. Aku berhasil merebut dokumen milikmu kak, ada dimana dokumen itu? Waktu itu aku sembunyikan di tubuhku." Seru Yuuto.

"Dokumen itu sudah aman sekarang. Yuuto, kenapa kau nekat untuk merebut dokumen itu kembali?" Ujar Naoki.

"Karena kau bekerja keras untuk wilayah itu, aku tidak mau gara gara aku hasil jerih payah mu direbut orang lain." Ucap Yuuto.

"Apa kau bodoh? Wilayah itu tidak sebanding dengan nyawa mu, kau lebih berharga dari wilayah mana pun. Aku tidak mau kau nekat seperti itu lagi, kau harus pikirkan dirimu dari pada semua wilayah wilayah ku. Kau mengerti?"

"Maafkan aku kak." Cicit Yuuto.

"Kalau kau sudah mengerti itu sudah lebih dari cukup, jangan minta maaf lagi dan jangan lakukan hal bodoh itu lagi!"

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now