Chap 35

1.3K 118 2
                                    

Esok hari dihari senin yang sangat menyebalkan bagi Yuuto, Osamu mengajaknya pergi sore nanti dan mereka akan bertemu ditaman tempat biasa mereka suka bertemu.

Sekarang hampir jam lima, Yuuto pun bergegas agar tidak terlambat. Jantung Yuuto semakin berdetak kencang saat sampai ditaman dan menanti Osamu datang. Tapi, sudah lama ia menunggunya dia tak kunjung datang. Kini sudah jam tujuh dan Yuuto masih menunggunya ditaman, sementara jam janji mereka adalah jam lima. Sebanyak apa pun Yuuto menghubunginya tidak juga di jawab oleh Osamu. Yuuto mulai kesal, hatinya mulai merasa perih.

Tidak ia sangka menanti seperti ini membuatnya merasa mengantuk, dan Yuuto tertidur ditaman. Saat terbangun Yuuto melihat jam pada ponsel, saat ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Dan tidak ada panggilan atau pun pesan dari Osamu. Di taman ini tidak ada siapa pun kecuali dirinya. Dengan rasa kecewa Yuuto melangkahkan kaki yang terasa sangat berat untuk kembali ke rumah.

"Apa angin malam selalu sedingin ini?" Gumam Yuuto yang mulai merasa dingin disekujur tubuh.

"Darimana saja kau jam segini baru pulang?!" Seru Naoki yang menyambut Yuuto di depan pintu rumah.

"Biarkan aku masuk dan tidur kak, ini sangat dingin." Keluh Yuuto dan Naoki menempelkan tangannya pada dahi sang adik.

"Sudah ku duga kau demam, wajahmu pucat sekali. Seberapa lama kau berada diluar rumah? Kau itu tidak bisa kena angin malam terlalu lama, terlebih hanya menggunakan baju lengan panjang dan tidak menggunakan jaket. Tidur dan istirahatlah di kamar, aku akan merawatmu."

Keesokan harinya demam Yuuto belum juga turun, membuat ia tidak dapat masuk sekolah. Saat sore hari Osamu datang ke rumah untuk menjenguk Yuuto. Dia bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apa pun. "Bagaimana kau bisa sampai demam seperti ini sih? Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Osamu.

"Tidak usah bersikap perduli denganku." Ketus Yuuto.

"Kenapa bicaramu seperti itu? Apa salahnya aku khawatir dengan keadaan pacarku?"

"Kemarin sore hingga malam apa yang kau lakukan?"

"Kemarin ya? Aku pulang sekolah sudah jam enam lalu aku bertemu dengan kak Naoki dijalan. Jadi aku ikut pergi dengannya. Apa kau tau? Aku di ajak olehnya pergi makan malam bersama. Hanya kita berdua tanpa anak buahnya, aku jadi merasa kalau kita sedang kencan." Ujar Osamu menceritakan dengan kegembiraan.

"Apa kau bahagia?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu aku..." Osamu berhenti berkata, dan menatap Yuuto dengan ketakutan.

"Aku tau kalau aku hanyalah pelarianmu, tidak mungkin kau bisa melupakan kakak ku begitu saja."

"Tidak, bukan itu maksudku... Yuuto maafkan aku."

"Minta maaf untuk apa? Untuk yang baru saja kau katakan? Atau janjimu yang kau lupakan karena kau merasa bahagia bisa berdua dengan kakakku?"

"Janji?" Osamu nampak bingung dengan janji apa yang di katakan oleh Yuuto.

"Hebat... Sangat bahagianya kau dengan kakakku kau bahkan sampai lupa dengan janji mu sendiri."

"Janji apa? Aku tidak ingat membuat janji denganmu."

"Usai makan siang, kau bilang padaku kalau kau akan mengajakku kencan. Kau membuat janji jam lima kita akan bertemu di taman. Seperti orang bodoh aku menunggu mu begitu lama. Sempat aku merasa khawatir takut terjadi sesuatu padamu, rupanya kekhawatiran ku hanyalah sia sia."

Saat itu Osamu baru mengingat akan janjinya. "Maafkan aku, Yuuto sungguh aku minta maaf. Aku benar benar lupa akan janji itu. Baiklah bagaimana sebagai permintaan maafku, setelah kau sembuh ayo kita berkencan. Kita akan pergi kemana pun yang kau mau, aku tidak masalah kalau kita harus bolos sekolah satu hari. Bagaimana?"

"Tidak, aku tidak mau."

"Apa kau marah? Aku sungguh menyesal, maafkan aku."

"Tidak akan ada lagi yang namanya janji kencan untuk kita berdua. Osamu, ayo kita akhiri hubungan ini."

"Kenapa? Kenapa kau ingin mengakhiri hubungan kita? Tidak bisakah kau memaafkan ku? Ini hanya soal janji yang ku lupakan dan kau ingin kita putus? Aku tau kau kesal dan marah padaku karena itu. Tapi aku bisa memaafkan mu bahkan aku meminta maaf padamu, ketika orang itu menyentuh tubuhmu. Tidak kah kau berpikir bagaimana perasaanku saat itu? Pacarku di lecehkan dan kau tidak bisa berbuat apa apa untuk melawannya."

"Kau juga tidak memikirkan perasaanku! Apa kau tau bagaimana perasaanku saat aku dilecehkan? Kau pikir aku menyukai itu? Kau kira aku tidak merasa takut sama sekali! Dan kemarin aku menunggu mu di taman sampai larut malam, aku memikirkan mu, aku mencemaskan mu! Aku takut kau kenapa kenapa saat dalam perjalanan, berulang kali aku menghubungi mu tapi kau tidak pernah menjawabnya!

Lalu dengan entengnya kau cerita padaku, kalau kau sedang bahagia makan malam bersama dengan kakak ku. Dan kau juga lupa dengan janji kita. Kau menganggap itu enteng, dan kau membuat janji lagi setelah aku sembuh. Aku bertaruh kau pasti akan melupakannya lagi. Karena kau tidak ada rasa denganku, karena dalam kepalamu hanyalah kakak ku. Jadi kau tidak memikirkan aku dan juga perasaanku!"

"Plaaak...."

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now