Chap 22

1.5K 144 0
                                    

Aku menjadi sangat ketakutan, apa yang sebenarnya direncanakan oleh kak Zen aku sama sekali tidak tau. "Jadilah anak yang baik Yuuto." Ucap kak Zen.

Ia pun berusaha menangkapku dan menahan segala pemberontakan yang ingin ku lakukan. Pada akhirnya kak Zen berhasil mengikat kedua tanganku dengan ikat pinggang dan menutup mulutku dengan dasi sekolah. Tanganku di ikat kebelakang, setelah kak Zen melepaskan seragam sekolahku. Ia juga melepaskan celana ku hingga aku benar benar telanjang bulat seperti bayi yang baru lahir.

"Karena kau tidak mau mengatakannya padaku, maka aku akan menghukum mu."

Aku berbaring miring di atas kasur, dan kak Zen mengangkat salah satu kakiku hingga kakiku terbuka lebar. Ia mulai memasukkan dua jarinya sekaligus ke dalam lubang pantatku. Ia menyentakkannya begitu kuat dan langsung menyerang ke titik pusatku berulang ulang kali hingga aku tidak bisa menahannya dan aku pun mulai basah.

"Hemm.. Euump heen... Mmmmmps..."
Kak Zen terus melakukannya lagi dan lagi membuatku sungguh tak berdaya.

"Kau menahan jari jariku, apa kau ingin aku masukkan segera?" Tanya kak Zen dan aku hanya diam.

"Aku akan berhenti jika kau mau menjawab pertanyaanku, bagaimana?" Lanjut kembali kak Zen.

Aku pun mengangguk mengartikan aku setuju dengan itu. Kak Zen melepaskan dasiku dan dia mulai memberiku pertanyaan.

"Apa kau sedang berkencan dengan seseorang?" Tanya kak Zen.

"Tidak." Jawabku singkat.

"Lalu siapa yang meninggalkan kissmark ditubuhmu jika itu bukan pacarmu?"

"Di-dia temanku."

"Apa kalian saling menyukai? Atau kalian hanya sebatas partner seks?"

"Aku tidak tau?"

"Kenapa kau tidak tau?"

"Tidak ada perkataan apa pun di antara kami."

"Kenapa kau tidak melawannya?"

"Aku tidak bisa."

"Kenapa? Apa kau menyukainya?"

Aku hanya mengangguk dengan pertanyaan itu.

"Apa kalian sudah melakukan seks?"

"Tidak. Dia hanya menciumku dan meraba tubuhku tanpa pernah melakukan itu."

"Itu bagus. Tapi itu juga membuatku sangat kesal. Aku tidak akan diam saja, aku akan membuatmu menjadi milikku. Aku sangat yakin dengan yang ku fikirkan ini, kau tidak akan bisa bersama dengan teman mu itu. Dan kau akan menjadi milikku."

Setelah berseru demikian, kak Zen membuka celananya dan menunjukkan juniornya yang sudah mengeras. Dengan sekali sentakan kak Zen memasukkan miliknya begitu dalam dan itu membuatku menggeliat karena sakit. Saat kak Zen mulai menggerakkannya dengan sangat cepat itu mulai terasa nikmat. Sesaat ia berhenti dan membiarkan miliknya masih berada di dalamku, dan ia menciumi seluruh tubuhku. Bahkan kissmark yang sudah ada, dia tiban dengan kissmark yang ia berikan.

Kak Zen sangat liar dan buas dibandingkan dengan dulu disaat pertama kali ia lakukan padaku. Tidak ada rasa sayang disaat ia menusukku dari belakang, yang ada hanyalah rasa amarah dan kesal.

"Haah.. Aaah... Aah... Hemmp haaa... Kak Zen... Aaah... Hentikan, itu sakit." Rintihanku pun tidak di dengar olehnya, ia terus dan menerus mendorongkan pinggulnya.



Author pov

Meskipun Zen sudah keluar, tetap saja dia lakukan lagi dan lagi hingga Yuuto pingsan. Setelah pingsan Zen membawa Yuuto ke kamar mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Lalu ia membawa Yuuto kembali ke kamar dan membaringkannya dikasur. Dan Yuuto pun tersadar ketika matahari tlah bersinar karena sinar mentarinya menyinari wajahnya.

Ketika Yuuto membuka mata, ia melihat Naoki yang sedang membukakan jendela kamarnya. "Akhirnya kau bangun juga, apa kau belajar hingga larut malam?" Tanya Naoki.

"Aku juga tidak sadar jam berapa aku tertidur, tapi rasanya sangat lelah sekali." Jawab Yuuto.

"Cepat mandi dan bersiap siap sekolah, kakak sudah menyiapkan mu sarapan."
Ketika Yuuto berusaha untuk bangun, ia terjatuh karena kakinya terasa lemah.
"Kenapa kau? Sampai jatuh seperti itu?" Tanya Naoki.

"Kaki ku terpleset hehe..." Bohong Yuuto.

Naoki kembali berjalan dan Yuuto mulai mencoba untuk bangun lagi namun ia terjatuh kembali.

"Yuuto..." Seru Naoki cemas.

"Aku tidak apa apa kak, aku akan segera menyusulmu kebawah."

"Hemm... Baiklah kalau begitu."

Naoki meninggalkan sang adik di kamar, sementara Yuuto mencoba berdiri dengan tegap dan bersikap biasa saja agar Naoki tidak menyadarinya. Yuuto tidak ingin Naoki sampai tau lalu berkelahi lagi dengan Zen, Yuuto tidak mau hanya karna dirinya Naoki membuang waktu berharganya.

Yuuto tidak mau menjadi penghambat bagi Naoki. Ia harus bisa membuat Naoki tidak terlalu sering meluangkan waktunya untuk dirinya ini. Usai mandi dan bersiap siap, Yuuto menuju ruang makan untuk sarapan bersama Naoki.

"Begini kak Naoki, bisakah mulai hari ini kau tidak mengantar atau menjemputku sekolah lagi? Aku baik baik saja melakukannya sendiri, bahkan sebelum aku bertemu dengan kak Zen aku selalu melakukannya sendiri. Jadi aku minta biarkan aku kembali seperti sedia kala. Dan kak Naoki, kau bisa lebih fokus pada kerjaanmu."

Destiny (18+ / Ended)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora