Chap 29

1.5K 136 5
                                    

Sesampainya di rumah Yuuto kembali melanjutkan tidurnya karena ia merasa lelah dan juga tubuhnya sedikit demam. Saat ia tidur Naoki membantu membersihkan tubuh sang adik dengan handuk yamg dibasahi air hangat, dan mengganti pakaiannya. Zen mengikuti kakak beradik itu pulang kerumah, tapi disaat Naoki membersihkan tubuh Yuuto, ia mengunci pintu kamar agar Zen tidak dapat masuk ke kamar tersebut.

Naoki tidak ingin Zen melihat tubuh Yuuto dan berakhir melakukan hal hal aneh padanya. Segala rengekan Zen tak di indahkan oleh Naoki. Zen diperbolehkan masuk saat Naoki sudah membersihkan Yuuto.

Ditengah malam Yuuto terbangun, dan ia melihat Naoki dan Zen berada di kamarnya sedang tertidur pulas karena lelah menjaga dirinya.

"Kaak... Kak Naoki, aku haus..." Seru Yuuto lemah.

Beberapa kali ia memanggilnya barulah Naoki terbangun dan mengambilkannya segelas air yang sudah tersedia dimeja belajar Yuuto.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Naoki dan mengembalikan gelas ke tempat semula.

"Aku sudah lebih baik kak, bagaimana dengan pekerjaan mu?" Tanya Yuuto.

"Yuuto... Jangan lagi memikirkan soal pekerjaan ku, jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh Yaze. Kau mengerti?" Tegas Naoki.

"Tapi bukan kah memang benar kalau aku hanya penghambat bagi kakak?"

"Apa kakak pernah mengatakan itu?"

"Tidak."

"Maka jawabannya itu tidak. Kamu bukan penghambat melainkan penyemangat kakak. Kalau kau terus memikirkan ini dan itu soal pekerjaan kakak, yang ada aku tidak bisa kembali bersemangat lagi seperti biasanya." Naoki memeluk Yuuto dan sang adik membalas pelukan itu dengan erat.

"Aku takut kak, aku takut sekali. Disana sangat gelap tidak ada seorang pun di ruangan itu. Tangan dan kaki ku di ikat, bahkan mulutku pun dibungkam. Aku tidak bisa melakukan apa pun, aku sangat takut." Rengek Yuuto pada sang kakak.

"Kakak tau, itu sangat menakutkan. Tapi sekarang sudah baik baik saja, kau tidak perlu takut lagi. Kalau kau masih merasa takut katakan saja pada kakak dan kakak akan memelukmu seperti ini hingga kau tenang."

"Tidak perlu, Yuuto... Kau bisa memelukku, hubungi aku kapan pun kau butuhkan, aku akan segera melesat menemui mu. Bahkan jauh lebih cepat dari kakakmu ini, jadi andalkan aku yang merupakan calon suami mu ini." Sambung Zen yang baru saja terbangun.

"Su-suami?" Ucap Yuuto terkejut. Naoki memukul kepalanya Zen dengan kuat.

"Apa apaan ucapan mu itu." Seru Naoki.

"Eeh kenapa? Bukankah kau sudah merestui ku dengan adikmu?" Keluh Zen.

"Kak Naoki apa maksudnya itu?" Tanya Yuuto.

"Lupakan itu dan kembalilah tidur, sekarang sudah larut malam. Kau harus istirahat agar demammu turun." Seru Naoki seakan tidak mau membahas itu.

"Kak tidurlah disampingku, aku masih merasa takut."

"Tentu."

"Lalu bagaimana denganku? Biarkan aku tidur juga disampingmu Yuuto." Rengek Zen yang berusaha untuk tidur di sisi lain Yuuto. Untungnya saja kasur Yuuto tidak terlalu kecil, sehingga mereka bertiga bisa tidur bersama dimana Yuuto berada ditengah tengah mereka.

Awalnya Zen di dorong oleh Naoki agar tidak tidur bersama dengannya, tapi karena mereka semua sudah sangat mengantuk, sehingga mereka tidur bersama.

Lalu pagi pun datang, Yuuto membuka matanya karena ia merasa sesuatu yang aneh pada tubuh bagian bawahnya. Bukan hanya aneh, tapi itu juga terasa nikmat. Saat Yuuto melihat apa yang terjadi, matanya terbuka lebar dan ia berteriak, "Huaaa... Lepaskan dasar mesum!"

Yuuto mendorong tubuh Zen yang masih tertidur, atau mungkin tepatnya ia berpura pura masih tidur. Karena tangannya menyentuh junior Yuuto, bahkan ia menggerak gerakkannya ke atas dan ke bawah dengan lembutnya. Naoki segera terbangun sesaat mendengar teriakan adiknya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau berteriak sepagi ini Yuuto?" Tanya Naoki.

"I..itu kak Zen... Itu..." Jawab Yuuto ragu.

"Jahat sekali kau Yuuto, bisa bisanya kau menjatuhkan ku dari kasur. Ini sangat sakit kau tau." Rengek Zen yang sedang duduk dilantai usai terjatuh dari kasur.

"Zen... Kau tidak melakukan suatu hal yang aneh pada Yuuto kan?!" Tegas Naoki bertanya.

"Tentu saja tidak, aku hanya melakukan pemeriksaan pada juniornya apakah baik baik saja." Ujar Zen dengan tersenyum.

"Buuuk..."
Kepala Zen segera dipukul oleh Naoki.

"Berhenti melecehkan adikku!" Tegas Naoki.

"Aku tidak melecehkannya, mana mungkin aku lakukan itu pada pacarku."

"Kau bukan pacarnya." Elak Naoki.

"Saat ini bukan, tapi nanti iya. Kau juga sudah mengizinkan aku untuk dekat dengan Yuuto bukan?"

"Tapi tidak untuk menyentuh tubuhnya!"

"Iya iya aku mengerti, aku akan lakukan segala hal agar Yuuto menerima ku sebagai pacarnya. Yuuto, persiapkan dirimu. Tidak lama lagi aku akan membuatmu jatuh cinta padaku. Dan kau tidak akan menolakku lagi seperti saat ini." Ucap Zen dengan penuh percaya diri.

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now