Chap 38

1.2K 124 0
                                    

Osamu terjatuh di lantai yang tanpa alas itu, tentu saja tubuhnya pasti merasa sakit. Karena pertarungan sesungguhnya berbeda dengan saat latihan atau pun pertandingan. Ini pertama kalinya bagi Osamu bertarung secara langsung. Tidak, ini kedua kalinya. Meski pun begitu, hal itu tidak bisa mengajari Osamu apa pun.

"Pergilah sebelum aku menghajarmu. Naoki saat ini sedang sibuk, jadi jangan ganggu dia." Tegas Yaze.

"Aku masih belum menyerah." Osamu berdiri kembali dan menyerang Yaze lagi.

Beberapa anak buah Naoki sedang asik menonton pertarungan itu, karena sangat berisik Naoki pun datang kembali lagi.
"Apa yang kalian berdua lakukan? Osamu pulanglah, hari ini aku sangat sibuk. Jangan mengacau di rumahku." Seru Naoki.

"Aku akan membantu mu, aku akan memberimu semangat. Jadi biarkan aku bersama mu." Bujuk Osamu.

"Pulanglah, sebelum aku menjadi marah." Tegas Naoki dengan raut wajah kesal.

Naoki langsung meninggalkan Osamu dan kembali ke ruang kerja nya. Osamu hanya diam dan mulai meninggalkan rumah Naoki. Yaze pun datang ke ruang kerja Naoki dengan segelas teh hangat.

"Ini minumlah, kau juga butuh istirahat kan." Seru Yaze.

Sejak Naoki tau bahwa Yaze menyukainya, dia sudah tidak lagi gugup seperti dulu. Yaze bisa bersikap lebih santai dan tenang.

"Terimakasih." Ujar Naoki menerima gelas tersebut dan meminumnya sedikit.

"Apa tidak masalah meninggalkan Yuuto di rumah sendirian?" Tanya Yaze.

"Aku sudah mengirim beberapa orang untuk terus memantau rumah."

"Kau jadi sering menghabiskan waktumu di rumah orang tuamu dan menyuruh orang untuk memantau Yuuto. Apa yang kau lakukan saat ini sangat berbeda dengan dulu. Bukankah tindakanmu bisa membuat orang orang yang membencimu akan tau hal ini? Apa tidak bisa kau kembali seperti dulu?" Yaze kembali bertanya.

"Kau benar Yaze, sejak kejadian Zen yang membawa pergi Yuuto aku jadi seperti ini. Tapi kalau aku tidak seperti itu, Zen bisa datang ke rumah menemui Yuuto."

"Memangnya kenapa kalau Zen menemuinya?"

"Si brengsek itu selalu melecehkan Yuuto disaat ada kesempatan. Aku juga harus melindungi Yuuto dalam hal ini."

"Melecehkan Yuuto? Zen?" Ucap Yaze dengan terkejut.

"Kau tidak menyangkanya bukan? Aku juga terkejut saat melihat itu. Zen yang kita tau tidak tertarik pada anak kecil, rupanya sangat menyukai adikku." Ucap Naoki sedikit geram.

"Kau tidak memberinya pelajaran?"

"Tadinya iya. Tapi saat kau menculik Yuuto aku jadi menyepakati keinginannya untuk dekat dengan Yuuto asalkan dia tidak berbuat aneh aneh."

"Ma-maafkan aku Naoki." Ucap Yaze dengan muram.

"Kenapa wajahmu jadi suram begitu?"

"Aku merasa bersalah padamu."

"Kalau kau merasa bersalah, bagaimana kalau kau memijat pundakku? Rasanya sangat pegal karena pekerjaanku yang menumpuk."

Yaze pun memijat pundak Naoki dengan rasa bahagia. Karena ia mulai merasa bahwa dirinya mulai sangat dekat dengan Naoki, lebih dekat dari sebelumnya.

"Yaze aku ingin minta tolong padamu." Ucap Naoki dengan serius.

"Apa itu? Katakan saja?"

"Tolong awasi anak yang baru bergabung dengan kita dua bulan lalu, aku sedikit mencurigainya."

"Baiklah, aku akan mengawasinya. Aku akan segera melaporkan mu jika ada sesuatu hal yang aneh dari dia."

"Terima kasih, kau benar benar bisa ku andalkan." Seru Naoki tersenyum.

"Aku tidak ingin mengecewakanmu, jadi sebisa mungkin aku akan memberikan yang terbaik untukmu." Ujar Yaze bersemangat.

"Kalau kau berkata seperti itu, rasanya aku ingin menjadikan mu istriku. Tapi kalau kau jadi istriku mana mungkin aku membiarkanmu tetap bekerja disini. Hmm.. Kalau begitu aku harus mencari orang untuk menggantikan mu. Tapi siapa di antara mereka yang bisa ku percaya ya? Yaze apakah kau punya usul? Atau haruskah aku memperkejakan adikmu? Tapi dengan sifatnya yang seperti itu, mana mungkin aku bisa akrab dengannya. Bagaimana dengan Mitsuki? Dia juga sudah kerja dengan kita sangat lama. Menurutku kinerjanya juga sangat bagus."

Yaze menghentikan tangannya dari memijat pundak Naoki. "A-apa yang kau bicarakan NAOKI?! Jangan bercanda dengan hal seperti itu!" Seru Yaze dengan wajahnya yang memerah.

"Kenapa? Apa kau tidak mau menjadi istriku? Kalau kau tidak suka dengan itu, baiklah aku tidak akan memaksa mu."

"Bukannya aku tidak suka, tapi jangan berkata seperti itu untuk sebuah candaan. Kau hanya akan membuatku lebih berharap." Wajah Yaze memerah, ia bahkan menundukkan kepalanya karena malu.

Naoki membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. "Aku tidak bercanda padamu, ini bukalah. Kalau kau setuju untuk menjadi istriku, maka ambilah cincin itu. Tapi kalau kau tidak suka, kau bisa membuangnya. Dan satu hal yang kau perlu tau, cincin ini Yuuto lah yang memilihnya bukan aku. Yuuto menerima mu sebagai anggota keluarga kita, jadi kau tidak perlu memikirkan bagaimana dengan Yuuto."

"Naoki terkadang sampai saat ini aku masih bertanya tanya, sikap mu terhadap Yuuto bukankah terlalu berlebihan sebagai seorang kakak. Naoki katakan padaku yang sebenarnya, apakah kau mempunyai rasa pada adikmu sendiri?" Tanya Yaze memastikan.

Destiny (18+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang