Chap 09

1.7K 170 9
                                    

Di tengah langkah kaki mereka berdua menuju tempat makan, Naoki beserta anak buahnya berdiri tepat di hadapan Yuuto dan Zen. Wajah Naoki terlihat kesal.

"Baru ini aku melihat kak Naoki datang dengan banyaknya anak buah, biasanya dia hanya pergi sendiri." Gumam Yuuto.

"Mungkin karena dia harus berjaga jaga." Ucap Zen.

"Berjaga jaga untuk apa?" Tanya Yuuto bingung, ia pun melirik ke arah Zen.

"Yuuto kau tidak apa apa kan? Apa ada yang terluka? Kemarilah Yuuto, jangan dekat dekat dengan Zen!" Seru Naoki namun Yuuto masih berdiri di sisi Zen, karena ia masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi? Kak Zen apa kau tau?" Tanya Yuuto pada Zen.

Saat itu Zen segera merangkul Yuuto. Tangan kirinya berada di pundaknya dengan melingkari leher, sementara tangan kanannya memegang pistol dan di arahkan tepat pada leher Yuuto.

"Sialan kau Zen! Yuuto tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kita, jadi lepaskan dia sekarang!" Tegas Naoki yang mulai nampak khawatir.

"Kak Zen, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Yuuto yang masih bingung.

"Maafkan aku Yuuto karena sudah berbohong padamu, aku bukanlah teman dekatnya Naoki melainkan musuhnya, dalam beberapa bulan ini." Ujar Zen. Dan Zen mencoba melangkahkan kakinya dan membawa Yuuto bersama dengannya.

"Kalau kau tidak ingin adikmu terluka, maka beri aku jalan sekarang." Ucap Zen.
"Yuuto lihatlah wajah kakakmu, dia nampak khawatir padamu." Bisik Zen pada Yuuto.

Saat itu Yuuto mulai merasa takut, tubuhnya gemetar dan ia ingin bersama dengan Naoki.

"Kak Naoki..." Seru Yuuto.

Naoki tidak bisa bertindak karena takut Zen akan menarik pelatuk pistolnya dan itu akan membunuh adiknya. Zen memasukkan Yuuto ke dalam mobil dan membawa Yuuto pergi.

"Yuutoooo...." Teriak Naoki dan Yuuto dapat mendengarnya dari dalam mobil.

"Kenapa tubuhmu gemetar? Apa kau takut?" Tanya Zen yang memperhatikan Yuuto.

"Ti-tidak aku tidak takut sama sekali. Kenapa kau harus bersikap baik padaku kalau kau rupanya musuh kak Naoki? Aku kira kau benar benar teman dekatnya kak Naoki, ternyata kau membohongiku. Dari awal kau bisa saja kan langsung menculikku." Ujar Yuuto.

"Itu karena kau imut, aku ingin dekat denganmu dan bermain main denganmu. Itulah yang ku fikirkan saat pertama kali aku melihatmu. Tapi rupanya setelah kenal denganmu, aku jadi benar benar ingin mengenalmu. Aku merasa kalau aku menyukai mu."

"Kau orang aneh."

Dan selama perjalanan Yuuto hanya diam tanpa berkata apa pun, jujur saja saat ini ia masih merasa sangat takut. Yuuto hanya mengikuti apa yang di katakan oleh Zen, di saat dia menyuruhnya turun dari mobil dan mengikutinya untuk masuk ke rumahnya. Terlebih lagi Yuuto sudah tau kalau Zen memiliki pistol, itu membuatnya tidak berani berkutik.

"Ini makanlah, aku berani jamin kalau masakan ku tidak kalah jauh dengan restoran ternama." Seru Zen. Ia memasakkan Yuuto berbagai makanan untuk di makan, setelah Yuuto makan ia merasa sangat ngantuk. Sampai sampai Yuuto tidak bisa menahan ngantuk nya dan ia pun tertidur di meja makan.

Zen menggendong Yuuto dan membawanya masuk ke dalam kamar. Ia tersenyum melihat Yuuto yang sedang tertidur pulas dan ia mengambil fotonya. Zen mengiriminya pada Naoki serta foto Yuuto yang saat berada di taman hiburan tadi. Zen menghubungi Naoki setelahnya.

"Bagaimana foto yang ku kirimkan? Kau lihat saat kami berada di taman hiburan? Yuuto nampak sangat bahagia. Berterima kasihlah padaku, karena ku Yuuto dapat melupakan rasa kecewanya padamu. Dia bercerita banyak padaku, rupanya dia merasa kehilangan sosok kakak yang selama ini dia kagumi. Aku merasa kasian padanya... Naoki, bagaimana kalau Yuuto jadi adikku saja? Dia sangat imut dan menggemaskan, sifatnya yang tidak bisa berkata jujur membuat ku merasa lucu."



"Bajingan kau Zen! Aku tidak akan pernah memaafkan mu jika kau menyentuhnya seujung kuku pun. Aku akan membunuhmu jika kau berani melukainya, aku sangat serius dan tidak bermain main."



"Waah menakutkan sekali hahaha..."
Zen pun memutuskan panggilannya.



Matahari tlah bersinar, Yuuto terbangun dan terkejut melihat Zen yang berada di sampingnya dengan menatapnya.

"Kau sudah bangun?" Seru Zen.

"A-apa yang kau lakukan?" Tanya Yuuto panik.

"Aku hanya menatapmu yang sedang tidur, kau sangat imut."

"Dasar mesum!"

"Hahaha... Ya ya, aku akui aku memang mesum tapi hanya terhadap kamu." Ujar Zen dengan membelai pipi Yuuto lembut.
"Cepat mandi, aku akan siapkan sarapan untukmu lalu mengantarmu sekolah." Lanjut Zen.

"Kau mengantarku sekolah?"

"Iya, kenapa? Kau tidak mau?"

"Kak Zen, kamu tidak mengurungku? Bukankah kau sedang menculikku?"

"Tentu saja tidak, aku memang musuh kakak mu tapi bukan berarti aku harus menyerangmu yang merupakan kelemahannya. Iya itu pemikiranku saat ini sih, dulu aku pernah berfikir untuk menyerangmu agar Naoki menyerah padaku. Tapi setelah aku mengenalmu, aku tidak ingin lakukan itu. Karena aku benar benar menyukai mu."

"Oh begitu, rupanya kau tidak sejahat yang ku fikirkan. Aku jadi sedikit lega dan tidak perlu takut lagi padamu." Seru Yuuto dengan tersenyum.

"Jadi semalem kau benar takut padaku. Rupanya kau tidak bisa jujur ya... Lalu bagaimana jawabanmu?"

"Jawaban apa?" Yuuto nampak bingung.

"Aku sudah mengutarakan padamu dua kali lho?"

"Mengutarakan apa? Aku tidak paham?"

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now