Chap 54

1.2K 104 0
                                    

Usai berkata seperti itu, Yuuto segera pergi meninggalkan Zen dan juga Raku.
"Kau mau kemana Yuuto? Tunggu aku dan kita akan pulang bersama!" Seru Zen.

"Aku tidak mau pulang denganmu! Bawa Raku bersama mu dan antarkan dia pada kak Naoki." Seru Yuuto tanpa melihat Zen sama sekali.

Dalam perjalanan, Yuuto masih kesal dengan ucapan Zen, dan ia berbicara sendiri meluapkan kekesalannya.

"Aku tau kalau aku pendek, lalu apa salahnya kalau tinggi ku segini? Aku juga masih dalam masa pertumbuhan. Kak Zen menyebalkan! Kenapa harus menyinggung soal tinggi segala. Aku sangat benci itu! Aku benci jika kak Zen membahas tinggi ku, aku sangat benci! Kenapa dia tidak juga mengerti sih? Padahal sudah sering dia meledekku dan aku marah karena itu, apa dia tidak menganggap bahwa aku benar benar marah? Selain itu, kenapa aku harus semarah ini pada kak Zen hanya karena dia meledekku pendek? Rasanya sangat tidak nyaman jika dia yang meledek ku pendek, aku tidak suka kalau dia meledek kekurangan ku. Kenapa hanya dia? Kenapa dengan yang lain aku bisa bersikap biasa, tapi tidak untuk kak Zen?"

Saat malam hari ketika Yuuto mulai terlelap tidur, ia merasa tubuhnya tidak bisa ia gerakkan. Yuuto membuka matanya dan melihat apa yang sebenarnya terjadi... Rupanya Zen sedang tidur di sampingnya dengan tangan dan kaki yang menindih tubuh kecil Yuuto, seakan akan dia menganggapnya guling.

"Hoii orang mesum, bangunlah. Singkirkan tangan dan kaki mu, kau sangat berat tau. Aku tidak bisa bergerak." Seru Yuuto.

Zen pun terbangun dan memindahkan tangan beserta kaki nya.
"Baru saja aku memejamkan mata, kenapa kau sangat berisik sih?" Ujar Zen.

"Keluar dari kamarku! Aku tidak mau melihatmu."

"Ada apa sih? Dari kemarin kau juga bersikap biasa saja ketika aku menyelinap masuk ke kamarmu."

"Satu minggu sudah kau selalu menyelinap ke kamar ku, kau mengganggu tidurku. Cepat keluar sana, atau aku akan teriak memanggil kak Naoki."

"Kenapa kau begitu sensi? Bersikap biasa saja lah."

"Kaaak.... Eumppp..."

Ketika Yuuto hendak berteriak memanggil Naoki, Zen membungkam mulut Yuuto.
"Ssst... Jangan teriak seperti itu, nanti Naoki bisa menghajarku. Diam ya Yuuto." Zen melepaskan tangannya tapi dia tidak juga pergi dari kamar Yuuto.

Ia pun membalikkan tubuhnya agar tidak melihat wajah Zen, karena Yuuto masih sangat kesal dengannya. Tangan Zen memeluk erat Yuuto, dan Yuuto melepaskan tangannya itu. Ia tidak mau di sentuh olehnya. Berulang ulang kali Zen terus berusaha untuk memeluk Yuuto, dan Yuuto selalu melepaskannya. Zen mulai geram, ia membalikkan tubuh Yuuto dan ia menahannya dengan cara berada di atas tubuh Yuuto.

"Apa apaan kau ini? Tidak mau tidur ke arahku dan tanganku slalu kau buang begitu?"

Yuuto tidak menjawab apa pun, yang ia lakukan hanyalah membuang pandangannya dari hadapan Zen. Tangan Zen menggenggam dagu Yuuto hingga mereka bertatap muka, lalu Zen mencium bibir tipis remaja itu. Yuuto pun berusaha melepaskan diri dengan mendorong tubuh Zen lalu ia pun menamparnya.

"Punya nyali juga kau menamparku, cebol?" Seru Zen.

"Berhenti memanggilku cebol!" Kesal Yuuto.

"Kenapa? Kau memang cebol kan."

"Aku tidak suka kau slalu menghina ku seperti itu."

"Itu bukan sebuah hinaan, tapi kenyataan kalau kau itu cebol."

"Tapi aku tidak suka kalau kau memanggilku seperti itu."

"Anggap saja itu panggilan sayang dariku."

"Tidak adakah kata selain itu?"

"Tidak ada. Kata yang tepat untukmu hanyalah cebol."

"Tck..."

"Baru kali ini aku menyukai seseorang yang cebol seperti mu, untungnya saja kau imut. Apa jadinya kalau kau tidak imut dan kau juga cebol."

"Oh begitu... Kalau aku tidak imut dan aku juga cebol, sudah pasti kau tidak akan menyukai ku. Aah begitu rupanya, aku mengerti sekarang. Apakah aku harus berterima kasih padamu karena tlah menyukai orang sepertiku?"

"Kalau kau mengerti maka lebih baik jika kau berterima kasih padaku saat ini. Dan menerima ku sebagai kekasihmu."

"Baiklah... Terima kasih banyak kak Zen."

Dan keesokan harinya, Yuuto mulai bersikap cuek dengan Zen. Yuuto mengabaikan setiap kali ia berbicara, dan menjawab apa yang dia tanyakan dengan singkat. Raut wajah Yuuto pun terlihat sangat enggan untuk merespon Zen.

"Aku jalan dulu kak." Seru Yuuto pada Naoki, dan ia pergi bersama Hiroshi ketika dia sudah sampai di rumahnya.

"Zen apa yang sudah kau lakukan pada Yuuto?" Tanya Naoki.

"Aku tidak melakukan apa pun, kau tenang saja, aku tidak menidurinya kok." Jawab Zen dengan santainya.

"Bukan itu yang ku maksudkan. Apa kau tidak sadar kalau Yuuto sedang marah padamu? Aku saja dapat mengetahui itu ketika melihatnya pagi ini."

"Kenapa dia harus marah? Aku tidak melakukan apa pun padanya, aku juga tidak mengingkari janji."

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now