Chap 42

1.3K 112 0
                                    

Keesokan harinya, orang yang bernama Chiaki ini masih melecehkan Yuuto. Hampir seharian penuh ini dia terus menghabiskan waktunya untuk bermain main dengan si tawanan. Yuuto merasa tidak tahan lagi, tubuhnya seakan hancur dibuatnya. Hanya ikatan pada kaki yang ia lepas, sementara tangan Yuuto masih terikat dengan kuat. Saat hari menjelang malam, Chiaki menyudahi bermain dengan Yuuto.

"Karena kau seorang bocah, stamina mu tidak sekuat orang dewasa ya. Baru seperti ini saja kau sudah kelelahan." Seru Chiaki.

"Kau iblis, bahkan kau lebih laknat dari seorang iblis. Siapa pun tidak akan sanggup jika kau melakukannya hampir seharian penuh. Pantat ku sampai terasa sakit, kau tidak punya hati. Kau bukanlah manusia. Kau lebih rendah dari sampah."

Chiaki menarik rambut Yuuto dengan tatapan matanya yang terlihat sangat kesal.
"Beraninya bocah sepertimu bicara seperti itu padaku! Apa kau ingin aku masukkannya lagi, hah?"

"Aaah... Heeumpp..."
Yuuto mendesah ketika jarinya Chiaki masuk ke dalam lubang pantatnya dan ia menggerak gerakkannya.

"Hentikan... Aku sudah tidak tahan lagi, a-aku tidak kuat lagi... Haaah..."

Lelaki itu menarik jarinya dan ia meninggalkan Yuuto di dalam kamar dengan tubuh yang masih telanjang. Yuuto sangat lemas dan hanya bisa tidur. Ia pun tidur dengan posisi telungkup karena pantatnya sakit dan mungkin lecet. Ketika Yuuto tertidur, Chiaki kembali masuk ke kamar dan ia membawa salep. Ia mengoleskan salep tersebut ke pantat Yuuto yang terluka.

"Heemmp... Ngk..." Desah Yuuto saat tidur. Ia pun terbangun karena merasakan suatu yang dingin di pantatnya.

"Apa yang kau lakukan? Beraninya kau menyerangku disaat aku sedang tidur." Kesal Yuuto.

"Diamlah, aku sedang memberikan mu salep pada luka mu. Salep ini sangat bagus, hanya sekali oles dan luka mu akan sembuh dalam beberapa jam. Setelah itu kau bisa berjalan seperti biasa, bahkan kau bisa melakukan seks lagi jika kau mau." Ledek Chiaki.

"Siapa yang mau melakukan seks lagi?! Apa kau gila? Pikiranmu hanya dipenuhi seks, kalau kau melakukan itu lagi kau bisa membuatku gila!"

"Haha aku hanya bercanda, sudah cukup bagiku untuk bermain main denganmu. Aku juga tidak tega melakukannya dengan anak kecil sepertimu."

"Kalau kau tidak tega, lalu apa yang kau lakukan sejak pagi tadi?"

"Kau yang membuatku begitu bergairah dan tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Kau sangat menggairahkan Yuuto, wajahmu yang penuh nafsu, siapa pun yang melihatnya pasti akan lepas kendali akan pikirannya sindiri. Maafkan aku yang sudah menyakiti tubuh mungilmu ini."

Usai memberikan salep, ia membelai rambut Yuuto dan mencium bibirnya untuk sesaat dan pergi meninggalkan Yuuto. Saat tengah malam Yuuto terbangun dari tidurnya, ia mencoba untuk berdiri dan berjalan. Benar apa yang di katakan pria tua itu, salep itu sangat bagus. Yuuto tidak lagi merasakan sakit pada pantatnya, ia bahkan bisa berjalan seperti biasa. Hanya saja punggung Yuuto yang masih terasa sakit. Yuuto mulai kedinginan karena sejak ia datang kesini dan Chiaki melecehkannya, Yuuto tidak lagi mengenakan pakaian.

Meski Yuuto meminta pakaiannya, dia bilang itu hanya menyusahkan nya jika dia ingin melakukannya lagi. Meski ini di dalam kamar, angin malam dapat ia rasakan dengan sangat jelas. Yuuto sangat kedinginan dan kepalanya mulai pusing.

Yuuto berteriak memanggil Chiaki.
"Chiaki... Chiaki....!" Berulang kali Yuuto berteriak barulah dia datang.

"Kenapa kau berisik sekali, apa kau merindukanku? Kau tidak sabar aku datang dan menemani mu tidur?" Seru Chiaki.

"Berikan aku pakaian, aku sangat kedinginan." Ujar Yuuto yang sedikit menggigil.

Chiaki yang melihat Yuuto mulai pucat, ia segera melepaskan ikatan pada tangan remaja itu dan memakaikannya pakaian. Setelah itu Yuuto segera pergi ke kasur dan meringkul dengan selimut yang ada disana.

"Ku rasa disini tidak dingin, kenapa kau menggigil seperti ini?" Ucap Chiaki.

"Kau membiarkan ku telanjang sepanjang hari, bagaimana aku bisa baik baik saja."

"Tapi aku menyelimutimu saat aku hendak tidur."

"Meski pun begitu kenapa angin malam disini sangat kuat padahal aku berada di dalam kamar?"

"Mungkinkah karena kita berada di laut?"

"Laut katamu?"

"Iya, saat ini kita berada di laut. Sejak awal kau disini kita sudah di laut."

"Ciih pantas saja. Berikan penghangat diruangan ini, hanya menggunakan selimut tebal masih tidak bisa membuatku hangat." Titah Yuuto tanpa kenal takut.

"Hoi berani sekali kau memerintahku, apa kau lupa kalau kau disini sedang aku culik?"

"Aku tidak lupa, tapi kalau kau tidak segera memenuhi permintaanku, kau bisa membunuhku secara perlahan, pak tua."

"Haah.. Apa yang salah denganmu? Dan berhenti memanggil ku pak tua, usia ku tidak jauh berbeda dengan kakak mu!"

"Cepat lakukan saja!"

"Tidak, aku tidak mau. Aku lelah dan ingin tidur, kau juga bisa gunakan selimut itu, aku tidak butuh." Tolak Chiaki, mungkin ia kesal tiba tiba di panggil pak tua oleh remaja itu. Chiaki pun tertidur di samping Yuuto, dan Yuuto semakin kedinginan.
Semakin malam, udara di ruangan ini semakin dingin. Dan Yuuto semakin kedinginan. Giginya beradu karena dingin, kalau seperti ini terus Yuuto bisa mati karena hipotermia.

Destiny (18+ / Ended)Where stories live. Discover now