37. Rumah Ardan

961 73 0
                                    

Kalevi keluar dari kamar mandi, tangannya sibuk menggosok rambut yang basah menggunakan handuk. Saat ini Ia tengah telanjang dada, menampakkan roti sobeknya.

"Lo tau dari mana kalo semalem gue pergi dari rumah?" tanya Kalevi kepada seorang lelaki yang tengah mengenakan seragam. Pasalnya semalam Ia belum sempat bertanya karena lelaki itu langsung tidur ketika mereka sampai di sini.

"Semalem Bi Siti nelpon gue. Katanya lo lagi ngegembel di emperan toko," jawabnya sambil mengancingkan baju.

Kalevi merengut. "Gue gak yakin Bi Siti ngomong begitu," dengusnya.

Ardan terkekeh. "Bercanda. Bi Siti nelpon gue katanya lo lagi berantem sama bonyok lo. Terus dia minta tolong sama gue buat nolongin lo," tutur Ardan. "lagian kenapa sih? Demen banget berantem. Durhaka baru tau rasa!" semprotnya.

Kalevi mulai mengenakan baju seragam yang dipinjamkan oleh Ardan karena baju yang Ia kenakan semalam sudah kotor. Dengan santai Ia menjawab, "orang yang neror Meysha, itu bokap gue."

"WHAT THE-" Ardan memekik kaget. "Lo tau dari mana kalo bokap lo yang neror Meysha?"

Kalevi terduduk di kasur Ardan. Tatapannya lurus ke depan. "Gue pernah mergokin bokap lagi nelpon seseorang." Ia mendongak, menatap Ardan yang tengah menyimak ucapannya. "Bokap nyuruh lawan bicaranya buat mengancam seseorang. Dan gue yakin orang yang dimaksud adalah Meysha."

"Itu namanya fitnah, Lev. Lo belum bisa buktiin kalo bokap lo yang neror Meysha." Ardan duduk di samping sahabatnya.

Embusan kasar dapat di dengar oleh Ardan dari Kalevi. Kerutan terpatri jelas di keningnya ketika Kalevi menyodorkan secarik kertas yang hampir tak berbentuk. Alis Ardan semakin bertaut ketika membacanya.

"Itu surat yang diterima Meysha dari peneror. Bukan cuma surat aja, tapi dengan sebuah kotak yang isinya bangkai hewan. Si brengsek itu juga ngancem Meysha lewat Kakaknya." Ardan terbelalak mendengar penuturan Kalevi. Separah itu kah?

Pantas saja seharian kemarin Kalevi uring-uringan di basecamp Pasukan Rajawali. Ternyata ini penyebabnya. Siapa yang tidak marah jika pacarnya diteror separah itu, apalagi penerornya adalah orang suruhan ayahnya sendiri.

"Terus Meysha gimana?"

"Sebelum gue cek hpnya, dia gak mau cerita. Kalo aja gue gak nemu itu surat di tempat sampahnya, mungkin gue gak akan tahu kalo Meysha udah diteror separah ini." Kalevi mendengus.

"Sebenernya apa sih tujuan bokap lo ngelakuin hal serendah ini?" tanya Ardan sedikit geram.

"Bokap gak setuju kalo gue sama Meysha. Dia pengen gue tunangan sama Clarissa buat mempererat kerja sama perusahannya dan perusahaan keluarga Clarissa," kata Kalevi tak bersemangat.

"Clarissa? Si Risa? Anak baru itu? Si bulepotan? Yang duduk sebangku sama Meysha?" berondong Ardan yang dibalas anggukan lemah oleh Kalevi.

"Meysha udah tahu kalo bokap lo dalang di balik peneroran ini?"

Kalevi menggeleng lemah. "Gue rasa belum."

"Gak masalah kalo gue yang jadi korban teror itu. Tapi Meysha? Gue bener-bener kehilangan kendali kalo sampe cewek gue tergores sedikit aja karena ulah peneror itu." Kilat amarah dapat Ardan lihat dari mata sahabatnya. Kalevi memang begitu, siapapun yang menyakiti orang-orang terdekatnya, maka dipastikan orang itu tak akan baik-baik saja.

"Gimana caranya gue bisa ngerubah sikap bokap gue untuk gak seenaknya sama orang lain. Kapan gue bisa memperluas sudut pandang mereka tentang arti sebuah keluarga. Kapan mereka bisa menerima Meysha apa adanya?" Kalevi menjambak rambutnya frustasi.

KaleviWo Geschichten leben. Entdecke jetzt